JAKARTA – Rencana pemisahan PT Garuda Indonesia dan Citilink diperkirakan rampung April mendatang. Surat Izin Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal (SIUA/NB) dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pun sudah dikantongi. Kini, strategic business unit (SBU) Garuda tersebut tinggal mengurus Air Operator Certificated (AOC) sebelum melakukan pemisahan secara resmi.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Djoko Murjatmodjo mengatakan, pada 27 Januari lalu diterbitkan SIUAU/NB-027 untuk Citilink. Dengan terbitnya izin usaha tersebut maskapai yang sahamnya dimiliki Garuda ini tinggal mengurus AOC.
’’Setelah dapat AOC, Citilink harus mengusulkan rute penerbangan untuk dapat izin terbang. Dengan proses AOC, maka pemisahan sudah dimulai. Sekarang ini, meski sudah ada SIUAU (Surat Izin Usaha Angkutan Udara, Red), Citilink tetap menjadi tanggung jawab Garuda. Aspek teknis dan operasional yang tanggung jawab Garuda,” ungkap Djoko saat memberikan keterangan pers di Kantor Garuda Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (30/1).
Sesuai bisnis plan, lanjut Djoko, Citilink tahap awal mengoperasikan 5 pesawat Boeing 737-300 dan Airbus 320. Ada 70 rute domestik dan 16 rute internasional yang akan dilayani. ’’Itu hak yang dikantongi Citilink. Tapi implementasi tetap mengajukan ke Ditjen Perhubungan Udara,” tegas Djoko.
VP SBU Citilink Con Konfiartis mengatakan, maskapai akan melakukan restrukturisasi sebagai bagian dari spin off . Tidak mudah untuk mendapatkan izin usaha dari regulator. ’’Sekarang ini pesawat kami ada 5 Boeing 373-300 dan 2 Airbus 320. pesawat itu melayani 9 rute dengan 35 penerbangan tiap hari. 2012 ini ditargetkan pesawat bertambah jadi 20 unit,” ujarnya.
Sementara Direktur Keuangan Garuda Indonesai Elisa Lumbantoruan mengatakan, izin usaha merupakan tahap pertama pendirian airlines baru. Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah pengajuan AOC.
’’Prosesnya kita daftar siapa pengurusnya (direksi, Red), dapat manual operasi, maintenance, dan aturan perusahan untuk menguji komplain regulasi yang ada. Proses ini biasanya paling lambat 90 hari. Kira-kira April bisa berdiri sendiri sebagai airlines. April PT Citilink jadi maskapai baru. Itu tahapan berikutnya,” terang Elisa.
Menurut Elisa, regulator dalam hal ini Kemenhub akan melakukan fit and proper test terhadap calon-calon direksi yang diajukan Garuda. Sekarang ini, baru ada nominasi (calon) yang ada ke direksi Garuda. ’’Dalam 2 minggu ini susunan pengurus disetujui di level direksi Garuda lalu diajukan ke Kemehub untuk fit and proper test,” katanya.
Dijelaskan Elisa, modal yang disetor Garuda berupa pesawat Boeing 737-300 sebanyak 5 unit dan berupa dana cash. Totalnya Rp 430 miliar. Jika diterjemahkan pada modal awal maka setara dengan Rp 1,7 hingga 1,8 triliun.’’Dari regulati wajibkan kita memberikan dana operasional. Itu untuk sewa 5 pesawat lagi. Jadi mendukung operasional perusahaan selama 1 tahun. Bagi Citilink yang jadi SBU sudah jalan. Tinggal dipindahkan ke PT Citilink saja. Tahun ini mereka memiliki 5 pesawat dan menyewa 15 lagi,” tuturnya.
Menurut Elisa, Garuda sudah menandatangani kontrak Airbus untuk mendatangkan 23 pesawat baru. Rata-rata harganya USD 750-1 juta. Selain itu, 100 orang pilot sudah disiapkan. Biaya untuk penyiapan 1 orang pilot antara Rp 300-500 juta. Begitu juga dengan kabin kru sebanyak 100 orang dengan biaya pelatihan Rp 50-70 juta per orang.’’Total investasi yang kita lakukan cukup besar. Belum lagi Juni lalu kita sudah kontrak dengan Airbus untuk pembelian pesawat bagi Citilink. Kita sudah bayar uang muka dan uang jadi,” tandasnya.
Menurutnya, rencana spin off tersebut sudah sesuai strategi perusahaan sejak keterbukaan informasi pra initial public offering (IPO). Saat ini, lanjut Elisa, Citilink masih rugi. Hal ini karena cost structure yang belum cocok. Karena lebih banyak mengoprasikan pesawat 737-300 dengan kapasitas hanya 160 orang. Berbeda dengan Airbus 320 dengan 180 kursi.’’Kita perkirakan tahun ini ada perbaikan signifikan. Airbus akan lebih banyak. 320 lebih menguntungkan 58 persen dari tipe 737-300,” katanya. Elisa memperkirakan, tahun ini Citilink akan rugi sebesar Rp 10-15 miliar. Tapi, tahun depan langsung meraih laba sekitar Rp 200 miliar. (cdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Subsidi BBM Dipangkas, Uangnya untuk Apa?
Redaktur : Tim Redaksi