jpnn.com, JAKARTA - Direktur lembaga Survei dan Poling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara memaparkan sejumlah dugaan kecurangan dalam pemilu legislatif yang merugikan Partai Gelora.
Pengamat politik dari Universitas Jayabaya ini menjelaskan, ada tiga modus kecurangan yang menjadi faktor partai pimpinan Anis Matta berada di posisi ketujuh dari perhitungan sementara KPU.
BACA JUGA: PKB dan Gelora Lampaui Kenaikan Suara PSI
"Partai Gelora dirugikan karena ada penghilangan suara dengan modus 'kertas suara gelora' dinyatakan tidak sah," kata Igor dalam potcast pilitik di cafe kahwa Jaktim pada Minggu (10/3).
Pertama, terjadi pada saat pemungutan suara yang berlangsung di TPS (tempat pemungutan suara). Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan lembaga Survei & Polling Indonesia (SPIN) pasca pemungutan suara 14 Februari 2024, ada temuan dugaan kecurangan yang melibatkan oknum partai dengan bantuan oknum penyelenggara di Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
BACA JUGA: Partai Gelora Dirugikan atas Indikasi Kecurangan saat Rekapitulasi Suara di Kota Tangerang
Kedua, terjadi pada level proses rekapitulasi di tingkat kecamatan atau kabupaten. Dengan Dugaan adanya indikasi kemungkinan penggelembungan suara yang dilakukan oknum parpol lain.
"Oleh karena itu, Partai Gelora perlu memaksimalkan Tim Saksi yang ada untuk mengawal setiap rekapitulasi di tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) kabupaten atau kota," jelasnya.
BACA JUGA: Survei Median: 10 Parpol Ini Diprediksi Masuk Parlemen, Ada PSI dan Partai Gelora
Ketiga, Dugaan praktek jual beli suara sindikasi pasar gelap. Sepertihalnya Fenomena jual beli suara dengan penggelembungan suara dari oknum parpol lain.
Beberapa partai lewat oknum caleg menurut igor diduga kerap menggunakan petugas KPPS, sehingga proses pemindahan suara tidak sah menjadi milik caleg lainnya atau mengalihkan suara caleg tertentu ke caleg dari partai lainnya yang merupakan modus yang biasa dimainkan oleh oknum KPPS.
Seperti diketahui, Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menemukan dugaan kecurangan yang berpotensi merugikan suara partai tersebut.
Seperti yang terjadi saat Rapat Pleno penghitungan suara tingkat Kota Tangerang yang digelar di Hotel Days, Kota Tangerang, Banten, 6 Maret yang lalu.
Menurut saksi tingkat kabupaten/kota Partai Gelora Indonesia, saat proses pencermatan Dapil 3 Kecamatan Cipondoh, ditemukan data caleg DPRD Kota Tangerang dari Gelora atas nama Nadine Tarizza kehilangan 6 suara, dari 365 menjadi 359 suara.
Selain itu, caleg tunggal DPRD Provinsi Banten Dapil Tangerang 8, Indra Kurniawan, juga kehilangan 10 suara. Suara Indra berkurang dari semula 155 menjadi 145.
"Sirekap KPU yang sekarang hanya menampilkan formulir model C hasil plano saja juga dinilai membingungkan. Oleh karena itu, KPU harus lakukan perbaikan dan pembersihan Sirekap yang datanya tidak sinkron, agar dapat menampilkan data yang lebih mendekati potret data yang lebih riel dan transparan," jelasnya.
"Beberapa partai lewat oknum caleg biasanya sering memegang petugas KPPS, sehingga proses pemindahan suara tidak sah menjadi milik caleg lainnya atau mengalihkan suara caleg tertentu ke caleg dari partai lainnya merupakan modus yang biasa dimainkan oleh oknum KPPS," bebernya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif