Sport Tourism di Jateng Bisa Sukses Meski Pandemi, Ganjar: Ini Karena Inovasi Penyelenggara

Minggu, 01 November 2020 – 08:28 WIB
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melaunching event spot tourism Borobudur Marathon, Sabtu (31/10). Foto Humas Pemprov Jateng.

jpnn.com, MAGELANG - Pandemi Covid-19 tidak membuat sport tourism di Jawa Tengah terhenti. Berbagai event tetap diselenggarakan berkat inovasi dan pengubahan konsep dengan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat.

Sejumlah event sport tourism di Jateng pun tetap bisa digelar dengan sukses. Salah satu sport tourism yang baru selesai digelar adalah Tour de Borobudur.

BACA JUGA: Buruh Puji Keberanian Gubernur Ganjar Mengabaikan SE Menaker, Tetap Naikkan UMP

Ajang gowes sepeda dari Semarang menuju Candi Borobudur, di Magelang itu telah usai diselenggarakan pada Sabtu (31/10) kemarin.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Istri Arie Untung Minta Cerai, Dua Prajurit TNI Dikeroyok Pengendara Moge, Dapat Kompensasi Rp 10,92 Miliar

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, event Tour de Borobudur tahun ini dilaksanakan secara berbeda.

Jika biasanya ribuan peserta start secara bersama-sama, tahun ini event dipecah-pecah dalam kelompok kecil dan diselenggarakan sejak Oktober hingga November sebanyak 21 kali.

BACA JUGA: Silakan Daftar Borobudur Marathon, Begini Caranya

Setiap akhir pekan, rombongan Tour de Borobudur mengikuti event dengan protokol kesehatan ketat dan peserta tidak lebih dari 50 orang.

Setelah Tour de Borobudur, event akbar yang selanjutnya diadakan adalah Borobudur Marathon. Ajang lomba lari yang fenomenal itu akan mulai digelar pada 15 November mendatang.

Pembukaan event Borobudur Marathon dilakukan langsung oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Usai menutup kegiatan Tour de Borobudur, Ganjar langsung melaunching event Borobudur Marathon.

"Setelah Tour de Borobudur, sekarang kita serah terimakan ke Borobudur Marathon. Jadi event tetap jalan, namun dengan protokol kesehatan yang ketat," kata Ganjar, kemarin.

Mantan legislator Senayan itu menjelaskan, awalnya memang ada keraguan untuk mengadakan sejumlah event termasuk Borobudur Marathon. Namun karena inovasi dan kreasi penyelenggara, event ini tetap bisa jalan.

"Konsepnya hybrid. Jadi ada dua konsep, yakni ada yang lari beneran di Borobudur dan ada yang lari virtual. Yang lari beneran ini, kami undang para atlet dan profesional, dan hanya 30 pelari saja," jelas Ganjar.

Sementara yang lainnya bisa mengikuti event ini dengan cara virtual. Mereka bisa berlari di tempat masing-masing dan tetap akan dicatat sebagai peserta.

"Ternyata antusiasme masyarakat tinggi. Yang ikut lari virtual itu ada 9.090 orang. Jadi ini sport tourism bisa jalan, dan event tetap terselenggara dengan baik," ungkapnya.

Perhelatan Borobudur Marathon tahun ini memang tidak bisa memberikan dampak besar pada sektor ekonomi. Sebab, pembatasan peserta dilakukan, sehingga orang tidak bisa berbondong-bondong datang ke candi atau Kuil Budha terbesar di dunia itu.

"Kalau tahun lalu kan orang bisa berbondong-bondong datang, mengajak keluarga, teman dan membuat Balkondes penuh, UKM laris dan lainnya. Kalau tahun ini sepertinya tidak. Tetapi ini sekaligus belajar, bahwa event besar Borobudur Marathon tidak hilang, tetapi di manajemen yang baik dan penerapan protokol kesehatan yang ketat," tuturnya.

Sementara itu, penyelenggara Borobudur Marathon, Lukminto Wibowo menjelaskan, nantinya hanya ada 30 pelari yang mengikuti Borobudur Marathon di Magelang. Mereka adalah para atlet yang diundang khusus mengikuti acara itu.

Mereka akan berlari di dalam kawasan Candi Borobudur dan mengitari candi itu sebanyak 12 kali untuk menyelesaikan full marathon berjarak 42 km. "Sementara yang lainnya sebanyak 9.090 akan mengikuti secara virtual di tempatnya masing-masing," kata Lukminto.

Masyarakat Magelang sendiri sangat senang dengan adanya event-event di Borobudur. Menurut mereka, dengan adanya event maka nama Borobudur dan daerahnya menjadi terkenal.

"Saya sangat senang, karena event-event yang digelar ini pasti membawa nama baik Borobudur dan Magelang. Adanya event di sini, membuat Borobudur sebagai warisan nenek moyang akan tetap lestari," kata sesepuh desa Sabrangrowo Borobudur Basuni Supriyadi (65).

Meskipun tahun ini perhelatan digelar berbeda dari tahun sebelumnya, namun tidak mengurangi kebahagiaan masyarakat Magelang. Menurut Basuni, masyarakat akan tetap mendukung penuh event yang akan dilaksanakan.

"Meskipun tidak semeriah tahun lalu, tetapi kami tetap akan memberikan dukungan. Mungkin kami hanya bisa menyaksikan dan memberikan semangat dari luar pagar, namun tidak apa-apa. Kami tetap bahagia," pungkasnya.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler