Sri Lanka Bangkrut, Ada Jebakan Utang Manghantui

Kamis, 23 Juni 2022 – 21:53 WIB
Sri Lanka akhirnya mengalami kebangkrutan setelah gagal membayar utang luar negeri (ULN). Foto: DNAIndia.com

jpnn.com, JAKARTA - Sri Lanka akhirnya mengalami kebangkrutan setelah gagal membayar utang luar negeri (ULN). 

Akibat gagal bayar tersebut Sri Lanka kekurangan komoditas bahan bakar karena tidak mampu untuk melakukan impor. 

BACA JUGA: Menkeu Jaga Utang Tak Melebihi 42, 42 Persen PDB

"Kami sedang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan," ujar Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/6). 

Pemerintah Sri Lanka, bahkan memutuskan untuk menutup sekolah dan menghentikan layanan pemerintahan untuk menghemat cadangan bahan bakar yang hampir habis. 

BACA JUGA: Puan Beri Peringatan Kepada Pemerintah soal Utang

Menurut Ranil, kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merupakan jalan satu-satunya agar Sri Lanka bisa kembali pulih. 

Menanggapi hal itu, pengamat ekonomi Bhima Yudhistira menilai kegagalan negara Sri Lanka membayar utang ke China harus menjadi pelajaran bagi negara lain, termasuk Indonesia. 

BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani Bilang Silpa Sisa Triliunan Rupiah, Utang Turun Drastis

Pasalnya, istilah jebakan utang China kembali ramai setelah Sri Lanka mengalami krisis ekonomi terparah dalam sejarahnya. 

Negara berpenduduk 22 juta jiwa itu dinyatakan tidak mampu membayar utang luar negerinya, bahkan rasio utang Sri Lanka naik drastis dari 42 persen di 2019 menjadi 104 persen di 2021. 

Menurut Bhima, salah satu penyebanya karena beban pengeluaran selama pandemi, utang infrastruktur dan kegagalan mengatasi naiknya harga barang atau inflasi. 

ketergantungan akut Sri Lanka pada utang dimulai pada ekspansi proyek infrastruktur yang tidak masuk akal secara ekonomi. 

Misalnya, Pelabuhan Hambantota dengan kerjasama utang dari China direncanakan menjadi hub pelabuhan internasional yang memuat kapal kapal kargo besar. 

"Proyek tersebut masuk dalam OBOR (One Belt One Road) tahun 2017-2019. Faktanya, proyek pelabuhan Hambantota tidak sesuai rencana," ujar Bhima kepada JPNN.com. 

Selain itu, pemerintah Sri Lanka kesulitan membayar pokok dan bunga utang mega-proyek dan akhirnya membuat China menguasai konsesi pelabuhan Sri Lanka hingga puluhan tahun. 

Mengutip data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Februari 2022, China ialah pemberi utang terbesar keempat buat Indonesia, bersama dengan Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Jepang. (mcr28/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Ekonomi   Sri Lanka   Utang   jebakan utang   ULN  

Terpopuler