jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan penarikan utang menurun dari Rp 336,9 triliun menjadi Rp 149,6 triliun atau sebesar 15,4 persen dari target APBN sebesar Rp 973,6 triliun.
Di sisi lain, pemerintah masih memiliki Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) APBN Rp 149,7 triliun.
BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani Sentil Pemda Gegara Dana Mengendap, Ternyata Angkanya Fantastis
Sri Mulyani mengatakan penarikan utang Maret 2022 turun sebesar 55,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
"Penerbitan surat utang sampai dengan Maret justru menurun yang sangat drastis. Itu karena penerimaan negara yang makin kuat, belanjanya terkendali, maka defisitnya dan pembiayaan mengalami penurunan," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Rabu (20/4).
BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani Terbang Ke Amerika, Bertemu World Bank, Ada Apa?
Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menekankan kondisi APBN Indonesia berbeda dengan Sri Lanka yang sudah gagal bayar utang luar negeri.
"Dalam hal ini kita melihat kondisi APBN Indonesia jauh sangat berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh negara seperti Sri Lanka. Oleh karena itu, kita akan tetap menjaga secara hati-hati," ucapnya.
BACA JUGA: Syarief Hasan Kritik Menkeu Soal Utang Indonesia Tembus Rp 7 Ribu Triliun yang Dianggap Aman
Penarikan utang Indonesia menurun karena terdapat penyesuaian strategi antisipasi pasar keuangan yang masih fluktuatif dan kondisi kas yang masih cukup.
Menurutnya, penarikan utang turun karena penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) menurun 60,4 persen dari Rp 337,2 triliun pada Maret 2021 menjadi Rp 133,6 triliun di Maret 2022, atau baru mencapai 13,5 persen dari target APBN Rp 991,3 triliun.
"Kami sudah menciptakan ketahanan APBN dengan kondisi kas yang cukup. Pasar keuangan yang volatile tidak harus dipaksa melakukan pembiayaan untuk APBN. Ini strategi yang pas dan sesuai. Dengan demikian APBN mendapatkan reputasi dan kredibilitas yang baik," jelas dia.
Menteri Keuangan Terbaik 2022 versi Global Market itu menilai penurunan utang ini tak terlepas dari kerja sama otoritas fiskal dengan Bank Indonesia yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) I dan SKB II.
"BI memiliki dua peranan, yakni sebagai standby buyer atas SBN yang diterbitkan, serta pendukung belanja di bidang kesehatan dan bantuan sosial," ucap Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, BI sudah membeli Rp 15,3 triliun SBN, dengan perincian pembelian SUN senilai Rp 7,6 triliun dan SBSN Rp 7,7 triliun.
"Jadi Indonesia merupakan salah satu negara yang dalam hal ini kondisi APBN-nya dalam posisi yang cukup baik dengan situasi yang ada, yaitu harga komoditas dan pemulihan ekonomi yang dua-duanya memberi dampak positif sehingga defisit kita menurun," ucap Menkeu Sri Mulyani.(antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkeu Sri Mulyani Umumkan THR dan Gaji ke-13 Segera Cair, Catat Tanggalnya!
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul