Sri Lanka Masih Mencekam, Aparat Keamanan pun Tertekan

Rabu, 24 April 2019 – 23:35 WIB
Polisi Sri Lanka berjaga di dekat salah satu lokasi serangan bom Paskah. Foto: AFP

jpnn.com, KOLOMBO - Pada hari berkabung nasional kemarin, Selasa (23/4) masyarakat Sri Lanka tidak bisa khusyuk. Mereka masih dihantui kabar-kabar serangan lanjutan. Menurut The Guardian, kepolisian di Kolombo sedang mencari sebuah truk atau van. Kendaraan itu diakui menyimpan peledak.

Kabar tersebut cukup meyakinkan saat fakta baru penyelidikan terungkap. Rupanya, ada hotel keempat yang menjadi sasaran. Namun, aksi itu gagal.

BACA JUGA: Polri Perketat Pengawasan Jaringan Teroris di Indonesia Pascateror Sri Lanka

Tidak jelas bomnya gagal meledak atau pelakunya berubah pikiran. ''Pelaku ini check in di hotel sehari sebelumnya. Sama dengan pelaku bom bunuh diri hotel lainnya,'' ungkapnya.

Karena curiga, staf hotel melapor ke pihak berwajib. Pria tersebut dilacak sampai penginapan di dekat Kebun Binatang Dehiwala. Namun, di sana dia meledakkan diri menyeret dua korban jiwa lainnya.

BACA JUGA: Keheningan Membekap Sri Lanka

Jumlah korban jiwa setelah serangan itu memang terus bertambah. Terakhir, 321 orang dinyatakan sudah meninggal. Lebih dari 500 orang terluka akibat ledakan bom di delapan lokasi terpisah. PBB menyatakan bahwa 45 korban meninggal adalah anak-anak.

Aparat penegak hukum merasa tertekan. Penyelidikan terpisah dilakukan untuk memeriksa peran pihak berwenang terhadap pencegahan aksi tersebut.

BACA JUGA: Jejak ISIS dan Keluarga Pengusaha di Teror Bom Sri Lanka

BACA JUGA: Keheningan Membekap Sri Lanka

Nyatanya, rencana keluarga anggota NTJ itu sudah bocor dan diketahui petinggi kepolisian. ''Unit intelijen sudah mengetahui rencana ini dan membuat laporan. Tapi, informasi ini hanya beredar di beberapa petinggi,'' kata Wijewardene dilansir Associated Press.

Banyak pakar yang merasa bahwa kasus Sri Lanka menjadi bukti yang mengerikan. Negara mana pun tidak akan lolos dari incaran para ekstremis. Termasuk Sri Lanka yang bukan negara dengan mayoritas penduduk beragama Kristen.

Sri Lanka merupakan wilayah dengan mayoritas penganut agama Buddha. Bahkan, kaum minoritas Hindu jauh lebih banyak daripada jemaat Kristen di sana.

''Zaman sekarang bom bunuh diri merupakan balas dendam yang disukai. Mereka lebih berdampak dan mungkin lebih masuk berita global,'' terabf Iain Overton, direktur eksekutif Action on Armed Violence.

Robert Pape, pakar politik di University of Chicago, menyebutkan bahwa ada 350 serangan bunuh diri yang terjadi di dunia sejak 1980. Mereka datang dari orang-orang yang terjangkit paham jihad dari organisasi ekstrem seperti Al Qaeda atau ISIS.

''Memang tak banyak (yang terpengaruh, Red). Tapi, tidak perlu terlalu banyak orang untuk melakukan aksi seperti ini,'' tutur Pape. (bil/c14/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Sri Lanka Salah Memprediksi Tanggal Serangan Bom


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler