Sri Lanka Usut Dugaan Konspirasi terkait Serangan Antimuslim

Minggu, 11 Maret 2018 – 07:19 WIB
Tentara Sri Lanka mengecek bekas lokasi kerusuhan antara umat Buddha dan Islam di Kota Kandy. Foto: AP

jpnn.com, COLOMBO - Pemerintah Sri Lanka berupaya keras menangani serangan antimuslim di Distrik Kandy yang pecah sejak Senin (5/3) lalu.

Setelah menetapkan status darurat nasional, kini Presiden Maithripala Sirisena membentuk komite yang bertugas menyelidiki insiden tersebut.

BACA JUGA: Antisipasi Serangan, Salat Jumat Dibagi Dua Shift

Komite terdiri dari tiga orang yang semuanya adalah pensiunan hakim. Mereka diharapkan bisa mengungkap adakah konspirasi di balik kekerasan yang terjadi.

Penegakan hukum saat terjadi kekerasan di Kandy memang patut dipertanyakan. Sebab, meski status darurat nasional diberlakukan sejak Selasa (6/3), pembakaran tetap terjadi.

BACA JUGA: Kematian Sopir Angkot Picu Kerusuhan SARA, Sangat Mencekam

Padahal, polisi dan tentara bersenjata dikerahkan dalam jumlah besar ke Distrik Kandy. Sejak Kamis (8/3) hingga Jumat pagi (9/3), setidaknya enam properti milik warga muslim dibakar.

Juru Bicara Kabinet Dayasiri Jayasekara juga mengakui bahwa di beberapa tempat polisi telah gagal menjalankan tugas untuk mengamankan situasi.

BACA JUGA: Jokowi Minta BUMN Bangun Infrastruktur di Sri Lanka

Selain komite yang ditunjuk presiden, pihak kepolisian berupaya menyelidiki situasi di Kandy. Saat ini mereka tengah menginvestigasi sepuluh tersangka yang dituding sebagai para pemimpin kelompok yang melakukan kerusuhan.

Selain mereka, ada 65 orang lainnya yang ditangkapi di berbagai penjuru Distrik Kandy. ”Kami tengah menyelidiki siapa yang mendanai mereka, apa yang mereka rencanakan,” terang Ruwan Gunasekara, juru bicara kepolisian, seperti dilansir Reuters.

Mereka juga tengah menyelidiki kemungkinan ada peran dan pendanaan dari pihak asing. Tiga di antara sepuluh dalang utama itu berasal dari Kandy dan sisanya dari luar distrik.

Jam malam yang sebelumnya dicabut kembali diberlakukan di Kandy. Yaitu, mulai Jumat pukul 20.00 sampai pukul 05.00 kemarin. Hanya turis asing yang boleh berkeliaran. Itu pun, mereka harus membawa serta paspornya.

Daily Mirror mengungkapkan bahwa para pemimpin partai politik yang memiliki kursi di parlemen berencana berkunjung ke Kandy untuk melihat dengan mata kepala mereka sendiri efek kerusuhan.

Jumat mantan Presiden Mahinda Rajapaksa lebih dulu datang. Dia bertemu dengan para pemuka agama Buddha, Hindu, dan Islam. Mereka berkumpul untuk mendiskusikan cara mengembalikan kedamaian di distrik yang menjadi jujukan wisatawan itu.

Pemerintah Sri Lanka juga telah menerjunkan orang ke Kandy untuk menganalisis kerusakan di Kandy. Mereka akan merumuskan pemberian kompensasi kepada para korban. Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe juga akan menggelar rapat khusus untuk membahas masalah di Kandy.

Sementara itu, di Kolombo toko-toko milik warga muslim tutup sebagai bagian dari protes atas apa yang terjadi di Kandy. Jumat massa yang terdiri atas para aktivis HAM, warga muslim, dan para biksu Buddha juga turun ke jalan untuk menentang aksi kekerasan.

Tak semua umat Buddha membenci warga muslim. Pada saat salat Jumat, belasan biksu Buddha datang untuk memberikan dukungan dan membantu persiapan ibadah. (sha/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungan Jokowi ke Sri Lanka Catat Sejarah


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler