Kematian Sopir Angkot Picu Kerusuhan SARA, Sangat Mencekam

Sabtu, 10 Maret 2018 – 10:28 WIB
Tentara Sri Lanka mengecek bekas lokasi kerusuhan antara umat Buddha dan Islam di Kota Kandy. Foto: AP

jpnn.com, KANDY - Ketakutan menyelimuti Fathima Rizka. Penduduk Kandy, Sri Lanka tersebut tak bisa tidur semalaman. Dia begitu khawatir saat para pria di keluarganya pergi ke luar rumah pada Kamis malam (8/3) itu. Mereka bersiap, berjaga-jaga jika diserang. 

Berita simpang siur bahwa kelompok Buddha Sinhala akan kembali datang membuat mereka tak bisa berdiam diri dan tidur dengan tenang.

BACA JUGA: Amit-Amit! Konflik Umat Bergama Bikin Sri Lanka Tegang

”Polisi tidak melindungi kami. Mereka hanya melihat saat serangan-serangan kian sering dilakukan. Kami tak tahu lagi apa yang bakal terjadi nanti,” terang perempuan 25 tahun itu seperti dilansir Al Jazeera.

Situasi di distrik yang menjadi jujukan turis itu memang mencekam sejak kematian seorang warga Buddha Sinhala pada Minggu (4/3) di Kota Digana, Distrik Kandy. Beberapa hari sebelumnya, pengemudi truk tersebut berkelahi dengan orang muslim.

BACA JUGA: Jokowi Minta BUMN Bangun Infrastruktur di Sri Lanka

Antisipasi Serangan, Salat Jumat Dibagi Dua Shift

Karena tak terima, massa dari umat Buddha Sinhala langsung menyerang properti muslim keesokan harinya. Selasa pagi (6/3) status darurat nasional akhirnya diberlakukan agar kericuhan tak meluas.

BACA JUGA: Kunjungan Jokowi ke Sri Lanka Catat Sejarah

Sri Lanka pernah memiliki sejarah kelam konflik komunal antara warga Sinhala dan Tamil. Hampir seluruh penduduk Sinhala merupakan umat Buddha, sedangkan Tamil terdiri atas penganut Hindu, muslim, dan umat kristiani.

Bentrok dimulai pada 1983 dan baru berakhir pada 2009. Saat itu sekitar 100 ribu orang dari kedua pihak tewas. Pemerintah Sri Lanka tak mau kejadian tersebut terulang.

Hingga kemarin, Jumat (9/3), terhitung sudah tiga orang yang tewas. Sekitar 200 bangunan dan kendaraan milik warga muslim dibakar maupun dihancurkan.

Beberapa masjid juga hangus maupun rusak gara-gara amukan massa. Belum diketahui jumlah kerugian yang diderita penduduk.

Sebagian pelaku serangan adalah penduduk yang selama ini tinggal berdampingan dengan umat muslim di Kandy selama bertahun-tahun.

Penduduk muslim Kandy yakin bahwa ada petinggi pemerintahan yang terlibat dalam serangan. Sebab, serangan massa begitu terorganisasi.

Penduduk yakin bahwa serangan itu hanyalah ide segelintir orang. Mayoritas warga Buddha Sinhala tak terlibat.

”Mayoritas penduduk Sinhala cinta damai dan baik hati, kecuali beberapa ekstremis dan politisi yang terlibat serangan ini,” tegas Ashar Careem. (sha/c11/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Jokowi Kunjungi Sri Lanka, Ini Hasilnya


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler