Sri Mulyani Beberkan Kemungkinan Terburuk Kenaikan Harga Pangan Dunia

Jumat, 15 Juli 2022 – 18:42 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan potensi kenaikan harga pangan global menuju akhir 2022. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan potensi kenaikan harga pangan global hingga 20 persen menuju akhir 2022.

Hal itu diungkapkan Sri Mulyani dalam High Level Seminar G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (15/7).

BACA JUGA: Sri Mulyani Ungkap 3 Ancaman Serius Bagi Ekonomi Global, Dampaknya Tak Main-Main

"Harga pangan dunia melonjak hampir 13 persen pada bulan Maret 2022. Ini juga mencapai level tertinggi baru dan kemungkinan akan naik lebih jauh," kata Sri Mulyani.

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan saat ini seluruh dunia menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kelaparan global.

BACA JUGA: Ada Situasi Serius di Dunia saat ini, Sri Mulyani Ajak Menteri Keuangan G20 Bertindak

Perang di Ukraina dan memburuknya pembatasan ekspor memperparah dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan ketidaksesuaian permintaan pasokan dan gangguan pasokan.

"Mendorong harga pangan ke level tertinggi," ucap Sri Mulyani.

BACA JUGA: Sri Mulyani Buka-bukaan soal Investasi Baru yang Lebih Hijau, Sangat Menjanjikan

Tantangan terhadap ekonomi global, sambung dia, kemungkinan akan terus berlanjut sehingga harga pangan tetap tinggi di masa mendatang.

"Situasi saat ini pada tahun 2022 diproyeksikan akan semakin memburuk dan ini bukan kabar baik bagi kita semua," ungkap dia.

Sri Mulyani mengungkapkan Covid-19 yang belum terselesaikan serta perang di Ukraina kemungkinan akan memperburuk kerawanan pangan akut pada 2022 yang sudah parah.

Selain itu, krisis pupuk yang mengancam juga berpotensi memperburuk dan memperpanjang krisis pangan, bahkan hingga 2023 dan seterusnya.

"Ada urgensi di mana krisis pangan harus ditangani," kata perempuan kelahiran Bandarlampung itu.

Bendahara Negara mengingatkan agar pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas finansial dan sosial.

Hal ini nyata dan mendesak, terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang.

"Kebijakan ekonomi makro yang baik dipandang masih perlu untuk dipertahankan," ucap Sri Mulyani.

Salah satu perempuan berpengaruh versi Forbes itu menyebutkan G20 membahas ketahanan pangan dan krisis pangan, namun, itu bukanlah hal baru.

Selama diskusi di Presidensi Indonesia, para anggota G20, telah mengidentifikasi kebutuhan mendesak untuk G20, serta mengambil langkah nyata dan kerja sama dengan organisasi internasional untuk mengatasi ketahanan pangan, terutama untuk negara yang membutuhkan.

"Indonesia sebagai Presidensi G20 mendesak tindakan nyata untuk mengatasi kerawanan pangan yang meningkat dan tantangan terkait," tegas Sri Mulyani. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler