Sri Mulyani Berharap Bimbingan IMF, Rizal Ramli Meradang

Sabtu, 17 April 2021 – 18:53 WIB
Rizal Ramli. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom senior Rizal Ramli menyampaikan pernyataan menanggapi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berharap Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) membimbing Indonesia mengatasi beban utang luar negeri yang terus meningkat.

Rizal Ramli secara lugas menyebut Sri Mulyani sebagai tenaga promosi IMF.

BACA JUGA: Rizal Ramli: Tidak Perlu Bandar atau Cukong

“Dasar SPG (Sales Promotion Girl, red) Bank Dunia/IMF,” tulis Rizal di akunnya di Twitter @RamliRizal, Sabtu (17/4).

RR, inisial beken Rizal Ramli merasa heran Sri Mulyani membutuhkan bimbingan IMF dalam mengatasi utang.

BACA JUGA: Sri Mulyani Sebut Indonesia Termasuk 10 Negara Terbanyak Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pasalnya, perekonomian Indonesia bisa goyang, jika IMF terlibat di tanah air.

“Undang IMF lagi, ekonomi Indonesia akan semakin hancur seperti 1998,” tegas Rizal Ramli.

BACA JUGA: Gempar di Jalan Ahmad Yani Surabaya Sabtu Dini Hari, Pemilik Tas Sudah Dibawa ke Polsek

Pria kelahiran Padang 1954 itu mengingatkan sejarah kelam Indonesia saat berurusan dengan IMF.

Bukannya keluar dari krisis moneter tahun 1998, Indonesia malah terjerumus ke dalam krisis ekonomi.

"Saya dulu ekonom yang menentang masuknya IMF. Saya bilang keras-keras, Indonesia tidak butuh IMF," ungkap Rizal.

Namun, kata dia, Presiden Soeharto justru meneken perjanjian dengan IMF.

Bos IMF kala itu yaitu Michel Camdessus menyaksikan momen penandatanganan tanggal 15 Januari 1998 itu sambil menyilangkan kedua lengan di dada. 

Sementara Soeharto membungkuk untuk menandatangani Letter of Intent (LoI). Inilah momen kekalahan Indonesia oleh IMF.

Kekhawatiran RR soal IMF bukan tanpa alasan. Eks Menteri Keuangan itu melihat beberapa negara malah terperosok makin dalam sejak IMF masuk mengurusi ekonomi.

Menurut RR, butuh bertahun-tahun hingga Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi itu.

Dia membandingkan sikap Malaysia yang menolak IMF dan mengeluarkan kebijakan ketat soal moneter. Hasilnya mereka dengan mudah keluar dari krisis.

Oleh karena itu, saat RR menjadi Menko Perekonomian era Presiden Abdurahman Wahid, dirinya menolak secara tegas saran IMF.

Menurutnya, cuma di era Gus Dur ada presiden tak menambah jumlah utang negara.

"Waktu saya masuk, minus 3 persen ekonominya. Kami putuskan tidak mengikuti kebijakan IMF, kita jalan sendiri dengan segala kontroversinya," kata Rizal.

Rizal mengaku bisa menarik napas lega saat perekonomian Indonesia yang tadinya minus 3 persen dalam kurun waktu 2 tahun tumbuh menjadi 4,5 persen.

"Mimpi buruk soal IMF itu masih kita ingat. Indonesia tak perlu bantuan IMF," tandas Rizal Ramli.

Sebelumnya, Sri Mulyani menyampaikan harapan agar bahwa Bank Dunia dan IMF senantiasa mendukung negara-negara di dunia dalam hal pengelolaan beban utang.

Pernyataan tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional-Kelompok Bank Dunia Tahun 2021.

Pertemuan tersebut diselenggarakan secara daring pada 5-11 April 2021.

Agenda yang dibahas di dalam pertemuan tersebut berfokus pada topik pembangunan internasional, pembiayaan, pemulihan ekonomi, vaksin, dan perubahan iklim.

“Kami membutuhkan pengawasan dan bimbingan yang lebih besar dari Bank Dunia dan IMF untuk mengatasi masalah utang dan mengurangi tekanan yang meningkat,” kata Sri Mulyani, Selasa (13/4). (ast/jpnn)


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler