Sri Mulyani Sebut Dua Skenario Perekonomian Dalam Menghadapi Covid-19

Kamis, 07 Mei 2020 – 02:50 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: ANTARA/Wahyu Putro A

jpnn.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa saat ini pemerintah bekerja dalam dua skenario perekonomian dalam menghadapi Covid-19.

Ia menjelaskan skenario pertama ialah kondisi yang berat dengan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga di kisaran 2,3 persen pada akhir 2020.

BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani: Ini Terendah dalam Sejarah

“Ini berkaitan dengan lamanya Covid-19, dan menyebabkan terjadinya PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dan penurunan aktivitas ekonomi,” kata Sri, saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, Rabu (6/5).

Ani, panggilan akrabnya, menjelaskan skenario kedua adalah kondisi sangat berat. Pada kondisi ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan -0,4 persen pada akhir 2020.

BACA JUGA: Bu Sri Mulyani Buka Data Menyedihkan, Termasuk Penerbangan yang Tinggal 70

“Kami menggunakan skenario itu tentu dengan terus melihat ketidakpastian akibat Covid-19 ini,” kata Ani.

Menurut Ani, untuk skenario berat, pemerintah masih berasumsi bahwa puncak Covid-19 terjadi pada Mei 2020, dan Juni 2020 mulai mengalami penurunan. “Dan, tentunya tidak terjadi outbreak kedua,” tegasnya.

BACA JUGA: Tagihan Listrik Melonjak Saat Corona, Laode Ida: Ini Menimbulkan Beberapa Kecurigaan

Sementara, untuk skenario sangat berat, penanganan Covid-19 kondisinya membutuhkan PSBB yang lebih panjang. PSBB itu tidak hanya di Jakarta saja, tetapi juga di luar pulau Jawa.

Ia mengatakan kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke dalam skenario sangat berat mungkin saja terjadi. Yakni, dari estimasi pertumbuhan ekonomi dalam situasi berat sebesar 2,3 persen, menjadi -0,4 persen dalam skenario sangat berat.

“Ini apabila pada kuartal tiga dan kuartal empat kita tidak mampu me-recover,” ujarnya.

Selain itu, kata Ani, kalau dalam keadaan pandemi, kemudian menimbulkan dampak lebih panjang di kuartal dua dan kuartal tiga secara penuh dan PSBB belum dilakukan pengurangan. “Kalau itu dilakukan kita masuki skenario sangat berat,” kata Ani.

Ia menambahkan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 saat rapat terbatas sudah menyampaikan peringatan untuk mewaspadai efek pingpong. Ia menjelaskan efek pingpong itu ialah ketika DKI Jakarta turun, kemudian di luar naik, dan kembali masuk ke DKI Jakarta.

“Tadinya pandemi di Jabodebatek, kemungkinan nanti akan jadi pandemi dengan episenter di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, mungkin di luar Jawa seperti di Sulawesi Selatan yang cukup tinggi,” ungkapnya.

Dia menambahkan Presiden Jokowi terus melakukan monitoring setiap harinya. Dalam sidang kabinet pagi tadi, Ani mengungkap Presiden Jokowi menginstruksi bahwa seluruh langkah penanganan harus konsisten dan disiplin. Presiden juga meminta pemerintah daerah, TNI dan Polri ikut melaksanakan penegakan disiplin sehingga masalah Covid-19 ini bisa ditangani.

Ia menambahkan saat ini pemerintah juga tengah mengkaji kemungkinan kebijakan pembukaan secara bertahap. Sebab, beberapa negara juga sudah mulai melakukan kebijakan pembukaan wilayah. “Namun, ini tentu tidak boleh menimbulkan outbreak kedua,” katanya.

Dia menegaskan langkah ini terus menerus dikaji presiden dan kabinet dari berbagai aspek dan data.

“Namun, ini masih tergantung testing dan tracing meluas. Oleh karena itu, dengan skenario tersebut 2,3 persen itu menjadi skenario yang cukup optimistis,”  pungkas Ani.(boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler