Sriwijaya Air Diguncang "Bom"

Enam Penumpang Tujuan Berau Diturunkan

Senin, 28 Januari 2013 – 11:02 WIB
BALIKPAPAN - Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 232 rute Balikpapan-Berau, Minggu (27/1) malam tadi digoncang isu bom. Pelaku pelempar isu itu adalah Syahrial Mansyah (33), karyawan perusahaan swasta di Berau. Tak pelak, pesawat yang sudah siap beranjak dari apron, terpaksa harus disterilkan dengan terlebih dahulu menurunkan seluruh penumpang beserta bagasi dan barang bawaannya dari pesawat Boeing 737 seri 300 tersebut.

Akibat candaannya di dalam pesawat dengan temannya para pegawai Dinas Pertambangan Berau, pria ini harus berurusan dengan pihak Polsek Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) Bandara Internasional Sepinggan.  Sebelumnya, pria kelahiran Tanjung Redeb, 7 Mei 1979 ini hendak pulang ke Berau dengan maskapai penerbangan Sriwijaya Airlines, setelah bepergian dari Jakarta.

Ketika di dalam pesawat, Syahrial iseng menjawab pertanyaan temannya mengenai boks bawaannya. “Aku bawa bom,” candanya kepada temannya. Pramugari yang bernama Lita tidak sengaja mendengar percakapan tersebut. Perempuan tersebut, mengira apa dikatakan Syahrial benar, dan melaporkannya kepada pilot dan security yang bertugas saat itu.

Penerbangan rute Balikpapan - Berau yang sedianya diberangkatkan pukul 18.20 Wita sebelumnya memang sudah mengalami keterlambatan. Pesawat dari Surabaya itu sudah siap ke Berau pada pukul 19.00 wita. Namun, setelah semua penumpang berada di dalam pesawat, termasuk di dalamnya sudah ada penumpang dari Surabaya yang tidak turun ke terminal, pesawat tak kunjung berangkat.

Sesaat kemudian, terlihat pramugari masuk ke ruang kokpit. Tak lama setelah itu, Kapten Pilot Alex Lumowa yang memimpin penerbangan bersama Co Pilot Geeta menyampaikan pengumuman agar seluruh penumpang kembali ke ruang tunggu terminal dengan membawa seluruh barang bawaan kabin.

"Mohon maaf, demi alasan keselamatan penerbangan, kami harap semua penumpang bisa turun membawa serta semua barang bawaan," demikian kata pilot dari ruang kemudi.  Sempat beberapa kali pilot meminta maaf dari ruang kokpit. Termasuk setelah mendarat.
 
Seluruh penumpang pun menyimpan tanda tanya. Namun tak ada satu pun awak kabin maupun kru darat yang bersedia buka mulut. Yang jelas, begitu turun dari tangga pesawat, beberapa petugas keamanan bandara sudah siap dengan alat deteksi logam. Oleh petugas keamanan bandara, dibantu aparat kepolisian, semua penumpang diarahkan untuk ke ruang tunggu terminal, mengambil kertas transit sebagai ganti kertas boarding pass yang sudah disobek sebelumnya. Semua penumpang tanpa terkecuali, diarahkan kembali ke luar dan masuk lagi melalui pintu pemeriksaan sinar X.

Terlihat wajah-wajah lelah penumpang dari Jakarta, Jogjakarta, dan Surabaya. Mereka hanya bisa pasrah mengikuti arahan petugas, dengan masih menyimpan tanda tanya, ada apa sebenarnya. Tak hanya di area sekitar pesawat, petugas keamanan bandara terlihat hilir mudik di ruang terminal dan melakukan koordinasi melalui handy talkie.
 
Sementara itu Syahrial serta kelima temannya, yakni Suriansyah (52), Rusdiansyah Yophandra (33), Wendy Hariawan (38), Idrus (28), dan Yusli (32), kelimanya bekerja di Dinas Pertambangan Berau, harus diturunkan dari pesawat.  Keenam penumpang ini duduk di bangku nomor 5 A sampai F. Keenam orang ini digelandang untuk dimintai keterangan di kantor Polsek Bandara Internasional Sepinggan. Seluruh barang bawaannya di bagasi juga diperiksa. Berdasarkan pemeriksaan pihak kepolisian, boks bawaan Syahrial berisi roti yang hendak ia bawa pulang ke Berau.
 
"Saya memang dengar, salah satu dari penumpang yang duduk di bangku nomor 5 menyebut kata-kata bom," sebut salah satu penumpang yang duduk di bangku nomor 3.

Setelah semua bagian pesawat diperiksa dan dinyatakan aman, pada pukul 20.35 semua penumpang akhirnya diperbolehkan naik. Pemeriksaan memakan waktu sekira satu jam. Setelah petugas tidak menemukan barang-barang yang berbahaya. Para penumpang kembali boarding, dan tepat pukul 20.45 Wita, pesawat kembali take off menuju Berau. Namun seluruh penumpang yang duduk di bangku nomor 5 sebanyak enam orang, tak ikut serta. Bangku itu terlihat kosong.
 
Kapolsek KP3 Bandara Sepinggan AKP Kifli S Supu berpesan agar kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama yang akan bepergian dengan menggunakan pesawat. “Penerbangan ini adalah objek vital, jadi jangan sampai dibuat bercandaan. Apalagi bercanda menggunakan kata-kata seperti membawa bom,” pesannya.

Pesawat yang diberi nama Perlindungan itu akhirnya mendarat mulus di Bandara Kalimarau Berau pada pukul 21.23 Wita. Beruntung, penerbangan malam tadi didukung dengan cuaca yang baik dengan suhu di luar pesawat 26 derajat celcius.
 
Dalam penerbangan malam tadi, tercatat beberapa pejabat penting dari Berau yang ikut serta, di antaranya Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Redeb Rudy Hartawan Manurung, Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Redeb M Basir, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan  Tanjung Redeb A Nasir, hingga anggota DPRD Berau Burhan Bakran. Ada pula Ketua PSSI Hasanul Haq Batubara.

Beberapa pejabat penting ini pun lebih memilih rileks dan menunggu sambil nyeruput kopi di salah satu kafe. "Kalau terpaksa harus menginap ya menginap," gurau Nasir untuk memecah ketegangan. Ketua PSSI Hasanul Haq Batubara beserta Kajari Tanjung Redeb Rudy Hartawan pun lebih memilih santai sambil menanti keberangkatan di kafe tersebut.

Sementara itu, penundaan keberangkatan Sriwijaya Air dari Balikpapan ternyata banyak diketahui sebagian besar penjemput. Pasalnya, di depan ruang kedatangan Terminal Bandara Kalimarau tampak sepi.

Indera, salah satu penjemput mengaku menunggu temannya cukup lama hingga pesawat tiba di Berau. Ia mengatakan awalnya mengetahui keberangkatan pesawat dari Balikpapan pukul 18.20 Wita dan telah menunggu sejak pukul 19.00 Wita agar tak terlalu lama menunggu di Bandara.

“Saya ke bandara pukul 19.00 Wita agar  waktunya pas dengan saat pesawat tiba di Berau, nggak taunya ditunda,” ungkapnya.

Indera mendapatkan kabar dari temannya ada penundaan keberangkatan karena masalah teknis, karena tak ingin kembali lagi. Ia memutuskan untuk menunggu di Bandara.
“Katanya sih ada masalah teknis nggak tau juga teman saya juga sms diduga ada bom di pesawat jadi disterilkan terlebih dahulu, ini smsnya,” sembari Indera menunjukkan pesan singkat yang dikirimkan temannya.

Hampir dua jam lebih ia menunggu di Terminal Bandara Kalimarau, sekira pukul 19.00 Wita saat ia berada disana penjemput tidak ada yang terlihat.
“Sepi, kemungkinan pada tahu kalau ada penundaan kayaknya pada nunggu di mobil semua,” ujarnya.

Dikatakannya pukul 21.00 Wita penjemput baru terlihat menunggu di depan ruang kedatangan. Ia pun tak lama kemudian mendapatkan kabar pesawat telah berangkat.

Distric Manager (DM) Sriwijaya Air Berau Puguh saat dikonfirmasi pukul 20.03 Wita malam tadi belum mendapatkan konfirmasi dari pihak Balikpapan terkait penundaan. “Saya masih konfirmasi mas,” ujarnya. (eff/app/*/rkp)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belasan Warga Tewas Tertimbun Longsor

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler