jpnn.com - Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) telah menyimpulkan bahwa SARS-CoV-2 yang menimbulkan Covid-19 tidak berasal dari Intitute Virology Wuhan atau Wuhan Institue of Virology (WIV) di Tiongkok.
Pemerintah Tiongkok pun menggunakan narasi itu untuk membela diri dari tuduhan yang telanjur menyebar bahwa WIV sebagai sumber virus pemicu pandemi global tersebut.
BACA JUGA: Laboratorium di Wuhan Akui Simpan Virus Corona Sejak 2004, tetapi...
Namun, ada hal yang patut dicermati. Sebab, WIV diduga telah mengajukan hak paten tentang sistem 'kandang pemeliharaan kelelawar' dan 'pembiakan buatan' sekitar 12 bulan sebelum SARS-CoV-2 muncul pertama kali.
Selama ini WIV telah menjadi sorotan internasional lantaran diketahui melakukan eksperimen pada virus corona dari kelelawar. Lokasi laboratorium itu pun hanya beberapa mil dari kota Wuhan yang dikenal sebagai titik nol Covid-19.
BACA JUGA: Analisis Intelijen soal Corona, Antara Virus untuk Senjata Biologi & Menyalahkan Pasar Hewan
Laman Mail on Sunday mengungkapkan, WIV mendaftarkan permohonan tentang paten untuk 'kandang pemeliharaan kelelawar' pada Juni 2018. Kandang itu disebut mampu membuat kelelawar tumbuh dan berkembang biak dalam buatan.
Izin untuk paten itu telah diberikan pada Januari 2019 atau 11 bulan sebelum otoritas Tiongkok melaporkan kasus pertama virus corona di Wuhan.
BACA JUGA: Laporan Intel Jerman Sebut Presiden Tiongkok Minta Bos WHO Tunda Peringatan Bahaya Corona
WIV juga mendaftarkan permohonan paten lainnya tentang 'metode pembiakan buatan kelelawar liar' pada 16 Oktober 2020.
Dalam paten itu ada pembahasan tentang penularan SARS-CoV lintas spesies dari kelelawar ke manusia ataupun hewan lainnya.
"Kelalawar yang terinfeksi virus secara alami atau buatan tidak memiliki gejala klinis yang jelas dan mekanismenya tidak diketahui," tulis laporan tersebut.
Pengungkapan tentang kandang kelelawar itu memicu pertanyaan lebih lanjut mengenai pekerjaan yang dilakukan tim ilmuwan Tiongkok di bawah pimpinan Dr Shi Zhengli. Perempuan pakar virologi itu memperoleh julukan Batwoman beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Memang WIV sebelumnya telah membantah tuduhan bahwa laboratorium penelitian itu menyumpan kelelawar hidup. Namun, profil WIV di laman daring justru menyebut kemampuannya menyimpan 12 kandang kelelawar.
Investigator WHO Peter Daszak yang memiliki hubungan lama dengan WIV mengeklaim lembaga penelitian milik Pemerintah Tiongkok itu tidak menyimpan kelelawar.
"Semua kelelawar setelah pengambilan sampling dilepas kembali ke situs mereka di gua. Ini adalah langkah konservasi dan jauh lebih aman ketimbang membunuhnya atau menyimpannya di laboratorium," ujarnya.
Pada Desember lalu Daszak mengulangi klaimnya dengan menyatakan bahwa di WIV tidak ada kelelawar hidup ataupun mati. "Tidak ada bukti di mana pun bahwa itu ada," tegasnya.
Sementara Dominic Dwyer yang juga seorang investigator WHO menyebut pemerintahan Tiongkok di bawah rezim Partai Komunis menolak menyerahkan data mentah tentang beberapa kasus pertama Covid-19.
"Mengapa itu tak terjadi, saya tak bisa berkomentar. Apakah itu politik atau karena memang sulit," katanya.
Dominic juga tidak bisa memastikan apakah datanya memang tak tersedia. Namun, hal itu jelas menimbulkan pertanyaan di publik.
"Saya tidak tahu. Orang hanya akan berspekulasi," katanya.(Daily Mail/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Antoni