Stabilkan Harga Cabai di Akhir Tahun, Kementan Turunkan Tim untuk Lakukan Hal Ini

Selasa, 28 November 2023 – 08:10 WIB
Kementerian Pertanian menyebut produksi cabai saat ini masih dalam level aman jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi. Foto: Dokumentasi Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperhatikan dinamika harga cabai di berbagai daerah menjelang tahun tahun.

Hal ini dilakukan khususnya dalam menjaga stabilitas harga komoditas hortikultura menjelang Hari-Hari Besar Keagamaan (HBKN).

BACA JUGA: Tingkatkan Produksi Cabai & Bawang, Ditjen Hortikultura Meluncurkan Nurseri Soilblock

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya kehadiran jajaran Kementan di lapangan untuk mendukung petani, memantau produksi, mencatat masalah yang dihadapi, dan memberikan solusi bersama dinas pertanian.

"Jelang Naturu (Natal dan Tahun Baru) ini kita semua harus berada di lapangan, harus berada di dekat petani, hitung produksinya, catat masalahnya dan berikan solusi. Tentunya kalau bersama-bersama dinas pertanian kita bisa temukan solusi terbaik itu," tegas Mentan Amran.

BACA JUGA: Stabilkan Harga, Kementan Bersama Petani Champion Distribusikan Cabai ke Pasaran

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto, memerintahkan untuk secara terus-menerus petugas dari Kementan berada di lapangan.

Tim tersebut terlibat dalam pemantauan harga, distribusi bantuan, pemantauan serangan hama, penyakit tanaman, serta memberikan edukasi kepada petani.

BACA JUGA: Ikuti Arahan Mentan, Dirjen Holtikultura Pastikan Stok Bawang dan Cabai Aman

"Tim kami sudah di lapangan, ada yang memantau harga, ada yang memantau bantuan di titik bagi, tim POPT memantau serangan hama dan penyakit tanaman, dan beberapa tim hadir untuk mengedukasi petani," Terang Anton, sapaan akrabnya.

Anton yang juga menjabat sebagai Plt Sekjen Kementan menjelaskan meskipun kenaikan harga cabai merupakan hal biasa, upaya pemberian bantuan pompa sumur dalam di beberapa wilayah telah dilakukan untuk mengatasi dampak kekeringan sehingga produksi diharapkan dapat kembali normal.

Menurut Anton, produksi cabai saat ini masih dalam level aman jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi.

Dia menegaskan dengan turunnya hujan, para petani akan kembali menanam, dan produksi cabai diprediksi surplus untuk tahun ini meskipun bulanan bisa mengalami fluktuasi yang bersifat musiman.

Di Kabupaten Bulukumba, kenaikan harga cabai terjadi secara drastis.

Petani seperti Ice Rismayani dan Muhammad Ramli merasakan dampaknya.

Ice mengaku stok cabai berkurang akibat dari cuaca ekstrem El Nino.

Sementara Ramli menganggap harga yang tinggi sebagai peluang untuk mengembangkan lahan cabai lebih besar dan mengatasi kerugian sebelumnya.

Menurut pengakuan petani cabai di Desa Bontobangun, Kecamatan Rilau Ale itu.

Harga cabai rawit di tingkat petani saat ini dibadrol seharga Rp 45 ribu, cabai keriting Rp 37 ribu, sedangkan cabai besar Rp 25 ribu.

Hal ini diakui, Ice karena memang stok cabai di kota Kabul (sebutan Kota Bulukumba di kalangan anak milenial) berkurang akibat kekeringan yang melanda hampir sekitar empat bulan lamanya.

"Saya selaku petani tentunya saat ini senang sekali kalau harga cabai mahal, karena bisa mengembalikan kerugian kami dulu," ungkap Ice.

Saat ini, Ice mengaku bisa menabung lantaran mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

"Harusnya masyarakat mengizinkan kami untuk menikmati keuntungan cabai itu agar para petani seperti kami ini bisa merasakan kesejahteraan," ujarnya.

Kenaikan harga cabai juga terjadi di Jeneponto, di mana cabai rawit mencapai harga Rp 60 ribu per kilogram.

Terpantau di lapangan banyak petani cabai merugi akibat kekeringan yang belum teratasi sepenuhnya, meskipun bantuan pompa air dari Kementan telah memberikan manfaat bagi sebagian petani.

Kementan terus berupaya mendukung petani dengan memberikan bantuan tambahan, memantau kondisi lapangan, dan memberikan solusi agar harga cabai kembali stabil di tengah dinamika perdagangan yang terjadi. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler