jpnn.com - jpnn.com - Bank Indonesia (BI) memperkuat stabilitas nilai tukar dengan mendorong transaksi menggunakan mata uang lokal.
Hal itu dilakukan sebagai antisipasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed fund rate) akhir bulan ini.
BACA JUGA: Efek Trump: Rupiah Melemah, Yuan Juga
BI meneken perjanjian kerja sama bilateral currency swap arrangement (BCSA) dengan Bank of Korea pada Senin (6/3).
Kesepakatan itu bertujuan mendorong perdagangan bilateral dan memperkuat kerja sama keuangan kedua negara.
BACA JUGA: Masyarakat Masih Ragu Gunakan Rupiah Terbaru
Kedua bank sentral bisa melakukan pertukaran mata uang lokal senilai KRW 10,7 triliun atau setara Rp 115 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan, perjanjian kerja sama tersebut akan membantu pengembangan ekonomi kedua negara.
BACA JUGA: Rupiah Tak Terpengaruh Efek Donald Trump
Perdagangan dan investasi diyakini lebih berkembang bila didukung pembiayaan atau pembayaran menggunakan mata uang lokal.
Menurut Agus, perjanjian itu akan menjamin penyelesaian transaksi perdagangan dalam mata uang lokal antara kedua negara sekalipun dalam kondisi krisis.
Hal tersebut bertujuan mendukung stabilitas keuangan regional.
”Perjanjian itu berlaku efektif selama tiga tahun dan bisa diperpanjang jika ada kesepakatan antara kedua pihak,” terang mantan menkeu tersebut.
Agus berharap, penguatan mata uang USD tidak melemahkan nilai tukar rupiah secara signifikan.
”Iya, bisa mengurangi intensitas kita ke dolar,” ujarnya.
Sebelum menggandeng Korea, BI telah menjalin kerja sama local currency setlement dengan Tiongkok senilai USD 20 miliar dan Australia (USD 10 miliar).
Di samping ketiga negara, lanjut Agus, BI memiliki perjanjian bilateral dengan Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank of Thailand untuk mendorong penyelesaian perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal.
Kerja sama diharapkan berlaku pada semester pertama tahun ini.
Saat ini, BI sedang dalam finalisasi untuk meyakinkan bagi eksporter atau importir yang terima currency dalam Thailand baht atau Malaysia ringgit untuk bisa akses kurs lebih efisien dari kantor kedua negara dengan Indonesia.
”Itu sedang kami bangun agar struktur biaya menjadi lebih efisien bagi pelaku perdagangan internasional,” tuturnya.
BI juga menjajaki kerja sama serupa dengan negara lainnya.
Namun, Agus masih enggan membeberkan negara mana saja yang akan digandeng lagi. (ken/c25/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasir Rumah Makan dan Petugas SPBU Tolak Rupiah Terbaru
Redaktur & Reporter : Ragil