Rabu dini hari lalu (21/11), staf Humas Polda NTB A Fandi, 62 tahun menjadi korbannya. Rumahnya di Jalan Batu Bolong, Perumahan Griya Pagutan Indah dimasuki sekawanan perampok sekitar pukul 02.30 Wita. Pelaku diperkirakan berjumlah enam orang. Semuanya mengenakan cadar. Mereka dilengkapi dengan senjata api (senpi) dan senjata tajam (sajam).
Kawanan rampok tersebut masuk ke dalam rumah korban melalui pintu belakang. Mereka mendobrak paksa pintu yang sudah dikunci dari dalam. Korban A Fandi menceritakan, saat rampok masuk ke dalam rumah, istrinya terbangun dan memberi tahu dirinya. Dia pun segera beranjak dari tempat tidur dan menuju pintu belakang rumah. ‘’Saya cek ke belakang,’’ tuturnya di Mapolda NTB, Kamis (22/11).
Setibanya di pintu belakang, matanya langsung disorot lampu senter oleh pelaku sambil mengarahkan senpi. Korban pun panik dan berusaha menyelamatkan diri. Namun, usahanya digagalkan pelaku. ‘’Jangan bergerak, jika tidak mau kepalamu meledak,’’ katanya menirukan ancaman sang perampok.
Korban pun tidak kuasa melawan di bawah todongan pistol rakitan dan samurai. Selanjutnya, dia hanya bisa pasrah melihat aksi kawanan rampok tersebut. ‘’Mereka todong saya,’’ katanya.
Menurutnya, ada lima pelaku yang masuk ke dalam rumah. Sedangkan satu orang berdiri di pintu belakang untuk memantau situasi. ‘’Tak semuanya masuk rumah,’’ akunya.
Tidak hanya Gandi yang disekap, namun istri dan anaknya yang duduk di bangku kelas 2 SMA ikut disekap dan ditodong sajam. Keduanya disekap di dalam kamar mandi. ‘’Kita semua ditodong dan disekap,’’ ujar Fandi.
Saat ditodong, korban sempat memberikan perlawanan dengan menyikut salah satu perampok hingga hidungnya berdarah. Namun, perlawanan korban dibalas dengan memukul telinganya menggunakan gagang pistol. ‘’Satu orang sempat saya lihat wajahnya. Karena, saat disikut dia sempat membuka cadar untuk mengusap darah di hidungnya,’’ jelas korban.
Setelah membuat korban tidak berdaya, kawanan rampok itu dengan leluasa mengobrak abrik isi rumah korban. Mereka mengambil satu unit laptop berisi data Humas Polda NTB, perhiasan berupa gelang, cincing, kalung, uang sekitar Rp 8 juta. Sehingga total kerugian yang dialami korban sekitar Rp 15 juta. ‘’Perhiasan itu mereka ambil paksa di leher istri dan anak saya. Bahkan, bajunya dirobek,’’ ungkapnya.
Ia mengungkapkan ciri-ciri kawanan perampok tersebut, yakni memakai pakaian seperti orang usai mencari belut. Dua orang memakai sarung, sementara yang lain hanya memakai celana dalam. ‘’Satu orang gemuk. Logatnya seperti orang dari Pulau Sumbawa,’’ kata Fandi.
Usai menguras harta dan mengobrak abrik rumah korban, pelaku pergi melalui pintu belakang. ‘’Saya masih trauma. Karena, saat disekap saya khawatir istri dan anak saya diperkosa,’’ tandas Fandi.
Peristiwa yang membuatnya shock itu dilaporkan di Polsek Mataram. Ia menyampaikan laporan pagi hari atau empat jam pascaperistiwa perampokan.
Kapolsek Mataram Kompol M Yunus Junaidi yang dikonfirmasi Koran ini membenarkan adanya kejadian itu. Ia mengatakan, pihaknya sudah turun dan melakukan olah TKP, termasuk mengambil keterangan korban. ‘’Kita masih selidiki,’’ katanya singkat. (mis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mertua Shezi Idris Ditangkap Polda Kalsel
Redaktur : Tim Redaksi