Stafsus BPIP Romo Benny Susetyo Ajak Pemuda Keluar dari Mentalitas Manusia Terjajah

Senin, 12 Agustus 2024 – 18:44 WIB
Stafsus BPIP Romo Benny Susetyo menyampaikan sejumlah pesan penting untuk pemuda yang disampaikan saat menjadi narasumber Dialog Kebhinekaan di Malang. Foto: source for jpnn

jpnn.com, MALANG - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengajak pemuda untuk keluar dari mentalitas manusia penjajah.

Hal ini disampaikan Romo Benny yang akrab disapa saat menjadi narasumber dalam acara Dialog Kebhinekaan yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) dan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiah (PDNA) Kabupaten Malang.

BACA JUGA: Romo Benny Ingatkan Demokrasi dalam Bahaya Jika Terjadi Calon Tunggal di Pilkada 2024

Kegiatan yang mengusung tema 'Merajut Harmonisasi Dalam Keberagaman' berlangsung di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang pada Minggu (11/8).

Dialog Kebhinekaan yang dihadiri seluruh pimpinan dan para anggota dari PDPM dan PDNA se-Kabupaten Malang juga menghadirkan narasumber selain Stafsus BPIP Romo Benny Susetyo, ada Nurbani Yusuf sebagai Ketua MUI Kota Batu, serta Staf Ahli Pusat Pendidikan dan Pelatihan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Pendiri Komunitas Padhang Makhsyar.

BACA JUGA: BPIP Serahkan Duplikat Bendera Pusaka Kepada Bupati dan Wali Kota Seluruh Indonesia

Romo Benny menyampaikan Muhammadiyah adalah inspirasi Gerakan muda yang mencerahkan.

"Bung Karno, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bagian dari Muhammadiyah. Ibu Fatmawati jelas bagian dari Muhammadiyah. Muhammadiyah dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Gerakan Muhammadiyah, di Indonesia Timur, seperti Jayapura dan Kupang, misalnya, memberikan inspirasi di dunia Pendidikan," terangnya.

BACA JUGA: Begini Pesan Kepala BPIP Saat Membuka Pemusatan Diklat Paskibraka Tingkat Pusat Tahun 2024

Lebih lanjut Benny mengatakan gerakan pendidikan seperti ini sesuai dengan pengamalan nilai Pancasila sila kelima, yakni keadilan sosial.

"Itu diwujudkan dengan juga pemerataan dalam dunia Pendidikan. Kenapa? Agar mental manusia terjajah itu dihapuskan. Sumber daya alam dan manusia dijajah dengan mentalitas seperti ini, akhirnya membawa kesengsaraan, kesenjangan sosial, kemiskinan," terangnya.

Saat ini, kata Benny, kita harus melawan ideologi popularisme.
"Popularisme menghancurkan demokrasi, calon-calon boneka, calon-calon tunggal keluar, masyarakat dengan algoritma diarahkan untuk menjadi satu suara tanpa ada suara kritis dan dialetika untuk kebaikan bersama, akhirnya Pancasila menjadi retorika saja. Nilai keadilan sosial menjadi angan-angan saja," tuturnya.

Pakar komunikasi politik ini menyatakan para pemuda harus dapat bergerak menjadi suara-suara yang berani menyatakan jika ada yang salah.

"Sedihnya kita saat ini, para pemuda banyak yang tidak lulus SMP. Tanpa pengetahuan dan pendidikan, demokrasi Pancasila dibajak oleh oligarki yang terkait dengan kapital. Akhirnya? Mental manusia terjajah terus dilestarikan," tegasnya.

Dia pun mengajak pemuda untuk melakukan refleksi dalam menyambut perayaan HUT ke-79 Kemerdekaan RI.

"Mari kembali pada visi para founding fathers kita, kembali menyelenggarakan kehidupan berbangsa bernegara sesuai tujuan negara di Pembukaan UUD 1945. Jadilah manusia merdeka seutuhnya. Gunakan media sosial untuk menyuarakan untuk menghancurkan mentalitas manusia terjajah ini. Belajar sejarah dengan baik, mengerti cara berpikir para pendiri dan tokoh negara kita. Jadilah petarung, bukan pecundang," pesan Romo Benny.

Narasumber lainnya, Nurbani Yusuf menyampaikan Soekarno sampai kepada Puan Maharani adalah bagian dari keluarga Muhammadiyah.

Dia menyebut Soekarno itu murid dari KH Ahmad Dahlan. Ibu Fatmawati juga bagian dari Muhammadiyah, aktivis Aisyiah, dan yang menjahit Sang Saka Merah Putih.

"Ayah dari Ibu Fatmawati adalah konsul dari Muhammadiyah di Bengkulu. Hal-hal ini hilang di kita, sehingga mudah kita mengganggap Bu Mega dan Bu Puan, misalnya, bukan bagian dari Muhammadiyah. Padahal dari kakeknya, semua bagian dari keluarga Muhammadiyah," kata Nurbani.

Nurbani menekankan benar pemuda-pemudi Muhammadiyah sudah kurang mengenal sejarah dan pengetahuan tentang Muhammadiyah.

"Tidak banyak yang tahu pemuka Muhammadiyah, banyak yang hilang, dianggap malah menjadi mitos. Ki Bagus Hadikusumo, yang mengikut serta dalam pembentukan Pancasila, hilang dan dilupakan. Itu seharusnya diingat terus menerus, baik tokohnya dan jasa-jasanya," paparnya.

Dia pun mengusulkan untuk para pemuda-pemudi Muhammadiyah untuk berbicara dan berdialog dengan generasi sebelumnya untuk menjalin pengetahuan dan persahabatan.

"Hal yang saya usulkan kepada teman-teman semua datang pada PDMN dan PDNA yang lama sehingga tidak ada gap. Mendekatkan hati, dan pemikiran semua, sehingga tidak lagi ada misinformasi dan disinformasi," pesannya. (mar1/jpnn)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler