Stafsus Menteri BUMN Ungkap 3 Fakta Menarik Rights Issue BTN

Rabu, 16 November 2022 – 13:27 WIB
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BTN. Foto dok BTN

jpnn.com, JAKARTA - Rights issue PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dirasa akan sangat berbeda.

Hal ini disampaikan oleh Staf khusus Menteri Negara BUMN Arya Mahendra Sinulingga.

BACA JUGA: Hingga November 2022, PT PP Raih Kontrak Baru Rp 22,89 Triliun

“Rights issue ini tergolong langka karena BBTN terakhir melakukan aksi korporasi serupa pada 2012 lalu. Dan yang melakukannya adalah institusi perbankan dengan fokus bisnis yang spesifik karena menjalankan penugasan negara,” ujar Arya.

Selain itu, kata Arya, ada tiga fakta menarik lain yang mesti dicermati investor terkait rights issue ini. Fakta pertama, efek dilusi.

BACA JUGA: BTN Perkuat Kredit ke Para Pekerja Sektor Informal

Keputusan Kementerian BUMN yang mengizinkan BTN melakukan rights issue adalah bentuk apresiasi pemegang saham pengendali terhadap investor publik untuk meningkatkan atau mempertahankan porsi kepemilikan di bank ini.

“Jika opsinya private placement (tanpa HMETD), investor publik justru kehilangan haknya untuk mempertahankan prosentase kepemilikan. Kami tidak memilih opsi ini sebagai bentuk terima kasih atas dukungan investor publik selama ini,” kata Arya.       

BACA JUGA: Kiai Muda Nganjuk Dukung Ganjar jadi Presiden 2024, 3 Ribu Orang Hadir

Mengacu ke prospektus awal, investor yang tidak melaksanakan hak nya dalam rights issue ini akan terkena efek dilusi.

“Jadi, akan rugi kalau investor tidak eksekusi rights,” tegas Arya.

“Kedua, BBTN itu sahamnya murah, tapi tidak murahan. Kinerja keuangannya bagus dan terus bertumbuh,” ungkap Arya.

Fakta ketiga adalah prospek bisnis BBTN. Arya menjelaskan, banyak yang mengkhawatirkan kredit properti akan melambat imbas kenaikan inflasi dan suku bunga tinggi.

“Soal inflasi dan suku bunga, memang demikian faktanya. Tapi dampak ke setiap bank, belum tentu sama apalagi urusan kredit perumahan. Tidak bisa digeneralisasi karena kondisi masing masing bank sangat berbeda,” jelasnya.

Contohnya produk KPR. Arya optimistis permintaan KPR BTN akan tetap tumbuh karena target pasarnya adalah pemilik rumah pertama dan untuk ditinggali.

Mereka bukan tipe konsumen yang membeli rumah untuk investasi ataupun spekulasi.

Jumlah calon pemilik rumah pertama itu berlimpah karena angka backlog masih sangat tinggi di mana sebagian besar adalah golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

“BTN merupakan tulang punggung pemerintah dalam menyalurkan kredit bersubsidi ke segmen MBR,” katanya.

Berdasarkan tiga faktor tersebut, wajar jika banyak sekuritas yang merekomendasikan buy untuk saham BBTN.

Salah satunya RHB Sekuritas yang mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham.

Target tersebut merefleksikan kian pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah rights issue dan penjualan aset tuntas tahun ini.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
BUMN   BTN   Bank Btn   BBTN   Right Issue   perbankan   KPR BTN  

Terpopuler