jpnn.com, JAKARTA - Pertamina International Shipping (PIS) mengupayakan berbagai cara untuk mewujudkan target net zero emission 2060.
CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi mengatakan pihaknya fokus dalam upaya dekarbonisasi di sektor transportasi.
BACA JUGA: Pertamina Tegaskan Kesiapannya Jadi Market Leader Perdagangan Karbon di Indonesia
Hal itu diungkapkan Yoki dalam sesi “Decarbonizing the Transport and Logistics Sector“ pada forum Katadata Sustainability Action for The Future Economy atau SAFE 2023 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (26/9).
“Pertamina Group tidak terkecuali di sektor shipping, sudah punya komitmen menuju net zero emission di 2060. Langkah-langkah menuju ke sana sudah ada,” ujarnya.
BACA JUGA: Dukung Pengelolaan Sampah Lebih Baik, Pertamina Hadirkan PLTS di TPS3R Desa Kedonganan
Yoki menjelaskan perusahaan berupaya menekan emisi dari operasional kapal-kapal dan terlibat di transisi energi.
Ke depan, kata dia, investasi kapal dilakukan pada jenis dual fuel, bisa tetap menggunakan energi fosil tetapi yang lebih ramah lingkungan.
“Ada juga kapal-kapal yang kami investasi untuk mengakomodir kebutuhan supply chain future energy,” tuturnya.
Menurutnya, sektor perkapalan menyumbang 1 miliar ton emisi per tahun atau 1.000 megaton CO2. Angka tersebut sekitar kurang dari tiga persen dari total emisi dunia.
Namun, International Maritime Organization sudah memiliki greenhouse gas strategy.
Yoki menyebut pada 2030 ditargetkan sekitar 30 persen emisi sudah bisa diturunkan. Lalu pada 2040 sekitar 70-80 persen emisi ditargetkan untuk bisa turun dan pada 2050 bisa net zero emission.
"Maka, diperlukan upaya mengefisienkan penggunaan bahan bakar dan penggunaan net zero carbon fuel," ungkap Yoki.
Di sisi lain, lajut Yoki, dalam konteks Indonesia, ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi oleh sektor perkapalan yakni masih terbatasnya kapal-kapal modern.
“Di Indonesia, isu utama logistik adalah affordability, bagaimana transportasi atau logistik barang maupun komoditas bisa ditransportasikan dengan semurah-murahnya,” kata Yoki.
Dia berpendapat untuk mengatasi tantangan tersebut diperlukan pemutakhiran armada kapal yang harus memperhatikan 4 faktor.
Pertama, bagaimana membuat mesin kapal termutakhir menjadi lebih murah. Kedua, bagaimana mendorong agar konsumen mau menggunakan kapal dengan mesin ini.
Ketiga, bagaimana membuat pendanaan kompetitif untuk kapal-kapal ramah lingkungan dan keempat dibutuhkan regulasi yang mendukung.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul