Startup dan Komunitas Bersinergi Kembangkan Potensi Ekonomi Digital di Daerah 3T

Rabu, 02 Desember 2020 – 22:28 WIB
Program Cakap BAKTI untuk meningkatkan kemampuan SDM dari sisi bahasa asing. Foto dok BAKTI

jpnn.com, JAKARTA - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan program Dayamaya untuk mengembangkan potensi ekonomi digital di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Program ini mengajak para pelaku Startup eCommerce, Komunitas, Kelompok masyarakat dan UMKM digital bersinergi mengembangkan potensi serta membuat solusi tepat guna bagi masyarakat di daerah 3T.

BACA JUGA: Kemendes PDTT Raih Penghargaan Mitra Bakti Husada 2020

“Melalui peran startup, komunitas, dan UMKM yang terlibat, kami harapkan dapat mempercepat kemajuan di daerah 3T.  Saat ini sudah ada lima inisiatif, dari 18 yang terpilih pada 2019, yang mulai berproses di masyarakat. Kami yakin dengan peran serta mereka, akan segera terjadi perubahan di daerah 3T menuju ke arah yang lebih baik,” kata Direktur Layanan TI untuk Masyarakat dan Pemerintah Danny Januar Ismawan.

Untuk tiga dari 18 inisiatif yang telah berkesempatan memberikan kontribusi kepada masyarakat yaitu Atourin, Cakap, dan Jahitin.

BACA JUGA: Dikritik Richard Kyle Hingga Warganet, Baim Wong Hapus Postingan di Instagram

Atourin sebagai perusahaan teknologi di sektor pariwisata yang menyediakan jasa dan layanan baik secara online maupun offline untuk industri pariwisata Indonesia, pada 2019 berkesempatan menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi pemandu wisata di Natuna melalui program Dayamaya.

Selaras dengan Atourin, Cakap sebagai platform online pembelajaran bahasa asing mendukung pengembangan daerah wisata dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dari sisi penguasaan bahasa, utamanya bahasa Inggris.

BACA JUGA: 2021, Melaney Ricardo Berharap tak ada Lagi Hidung dan Mulut yang Dicolok-colok

Pada 2019 melalui program Dayamaya, Cakap telah menyelenggarakan digital assessment di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menggunakan standarisasi CEFR (The Common European Framework of Reference for Languages).

Program melibatkan peserta setingkat pelajar SMA sebanyak 250 orang, kegiatan ini dilakukan secara daring melalui ruang belajar digital dalam sebuah kelas online yang diisi oleh guru bahasa Inggris asing (ESL Teacher).

Bila Cakap meningkatkan kemampuan SDM dari sisi bahasa, maka Jahitin Academy memberdayakan SDM dengan meningkatkan skill para penjahit di Provinsi NTT, khususnya di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.

Melalui workshop pengolahan limbah kain tenun, Jahitin  mengajarkan bagaimana cara mengolah limbah tenun menjadi produk yang bernilai jual, seperti untuk membuat cushion pillow.

Tidak hanya itu, Jahitin juga membantu para penjahit agar dapat lebih mudah mengakses pasar. Dampaknya saat ini penjahit di Sumba sudah mendapatkan akses langsung berhubungan dengan Dinas Perdagangan.

“Dengan merangkul stakeholder strategis, kami yakin kita akan memiliki daya atau berdaya untuk bersama-sama membawa perubahan di daerah 3T. Utamanya perbaikan dari sisi perekonomian berbasis ekonomi digital. Hal ini selaras dengan campaign yang kami angkat, yaitu Berdaya Bersama,” seru Ari Soegeng Wahyuniarti, selaku Kepala Divisi Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler