jpnn.com, JAKARTA - Professor of Business & Technology INSEAD Soumitra Dutta menuturkan, kurangnya kesiapan atau kedewasaan dalam pengelolaan inovasi mengakibatkan investasi inovasi dari 80 persen organisasi menjadi sia-sia.
Padahal, perusahaan-perusahaan tersebut sudah melakukan investasi yang tidak sedikit untuk berinovasi.
BACA JUGA: Selamat Ultah buat PSI, Semoga Jadi Unicorn di Kancah Parpol
Menurutnya, kurangnya kesiapan itu disebabkan dua hal. Pertama, tidak singkronnya model operasi organisasi mereka saat ini dengan model opearasi yang dibutuhkan oleh perusahaan abad 21.
Kedua, ketidakmampuan para pimpinan dan karyawan dalam mengadopsi gaya kerja yang lebih inovatif, agile dan customer-centered. Lalu bagaimana cara membuat perusahaan besar berinovasi layaknya sebuah Startup?
BACA JUGA: 8 Startup Masuk Inkubasi Appcelerate 2018
“Startup sedang jadi primadona saat ini. Kecepatannya bertumbuh secara eksponensial dan kemampuannya menggoyang industri dan menggeser tahta penguasa pasar membuat gaya bisnis startup tidak bisa diabaikan," ujar Indrawan Nugroho, Chairman Asia Corporate Innovation Summit dalam acara Corporate Startup: Build Your New Engine of Growth”. ACIS 2018 di Jakarta, Rabu (14/11).
Indrawan berharap ACIS 2018 ini bisa membantu perusahaan-perusahaan di Asia, khususnya Indonesia dalam menemukan cara inovatif dalam mentransformasi perusahaannya dan sumberdaya manusia di dalamnya untuk menjawab tantangan industri di abad 21 ini.
BACA JUGA: Nasir Sebut Era Jokowi Mampu Mencetak 1.000 Startup
Tahun lalu, ACIS 2017 dihadiri oleh sekitar 150 corporate executives; termasuk Chief Executive Officers, Chief Innovation Officers, Chief Technology Officers, Chief Learning Officers, New Business Development Executives, Corporate Planning Executives, Human Capital Directors, Human Resources Managers, dan para eksekutif yang bergerak dalam bidang inovasi.
"Perusahaan besar orang korporasi eksekusi bisnis dengan jalani SOP. Susah untuk cari yang baru dan ubah yang sudah ada, kekebalan tubuh mereka kuat. Perusahaan besar bisa antisipasi menjawab tantangan itu. Gimana karyawan punya mindset sebagai founder startup," tutur dia.
CEO Amoeba Telkom Indonesia Fauzan Feisal mengatakan, proses inovasi penting untuk membuat nilai tambah secara cepat. Sementara kalau membuat produk baru akan butuh perjuangan.
"Perjuangan banget, tapi inovasi tidak juga 100 persen. Porsinya 75 persen dan produk baru 25 persen," katanya.
Sementara, Director of Business Treasury CITI Peter Williams menambahkan, sangat mungkin perusahaan besar bisa membesarkan startup dari dalam. Contohnya Google yang membawahi banyak startup.
"Bahwa itu sangat mungkin misal perusahaan besar buat startup seperti Google. Google membangun startup kecil berubah jadi Alphabet dengan membawahi banyak startup yang bisa jadi unicorn," pungkasnya.
ACIS 2018 diinisiasi dan diselenggarakan oleh CIAS (Corporate Innovation Asia), sebuah perusahaan konsultan inovasi korporat yang berdomisili di Jakarta (www.cias.co). CIAS membantu perusahaan dalam mendesain dan mengimplementasikan inovasi untuk mendorong kinerja bisnis.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisnis Startup Bikin Okupansi Perkantoran Meningkat
Redaktur & Reporter : Yessy