Bisnis Startup Bikin Okupansi Perkantoran Meningkat

Kamis, 11 Oktober 2018 – 13:45 WIB
Ilustrasi kantor. Foto: Dewi Maryani/Indopos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Okupansi perkantoran di area Jakarta, baik yang berada di central business district (CBD) maupun non-CBD, mengalami meningkat.

Head of Research JLL Indonesia James Taylor mengatakan, hampir setengah ruang perkantoran grade A CBD yang terserap pada triwulan ketiga 2018 berasal dari perusahaan teknologi.

BACA JUGA: Saran Bekraf untuk Pelaku Usaha Startup

Berdasar data JLL Indonesia, okupansi kantor di daerah CBD pada triwulan tiga 2018 meningkat 17 persen menjadi 78 persen.

Sementara itu, tingkat hunian perkantoran di kawasan non-CBD stabil.

BACA JUGA: Perkantoran Konvensional Mulai Ditinggalkan

”Tahun lalu perkantoran masih didominasi perusahaan mining, migas, dan lain-lain. Tapi, sekarang beralih pada perusahaan digital, fintech, dan startup yang membutuhkan kantor,” ujar James saat pemaparan di kantor JLL Indonesia, Rabu (11/10).

Meningkatnya keterisian kantor di grade A tidak terlepas dari beberapa perusahaan yang melakukan upgrade dan pindah menuju ruang kantor yang lebih baik.

BACA JUGA: Garap Perkantoran, Satoria Gandeng Kontraktor Tiongkok

Perkantoran grade A didominasi perusahaan teknologi seperti Go-Jek, Grab, hingga WeWork.

James menambahkan, mulai terisinya perkantoran juga tidak terlepas dari terbatasnya jumlah pasokan gedung baru.

Disinggung mengenai kondisi pasar properti hunian, khususnya di kelas menengah, pihak JLL Indonesia menyebutkan pasar masih rentan terhadap fluktuasi rupiah dan naiknya suku bunga acuan.

Menurut Head of Residential JLL Luke Rowe, kedua faktor sangat memengaruhi ditambah lagi faktor Pemilu 2019 mendatang serta ketidakpastian ekonomi.

Menurut dia, kalaupun ada, satu area yang berpotensi tumbuh adalah wilayah pertumbuhan baru yang dekat atau terintegrasi dengan infrastruktur transportasi, terutama light rail transit (LRT).

Tipe hunian tersebut ditambah dengan sasaran pasar menengah ke bawah, masih sangat menjanjikan.

Selama triwulan ketiga 2018, penjualan unit-unit hunian vertikal di sepanjang jalur LRT menunjukkan angka positif.

Terutama unit-unit ukuran kecil dengan harga terjangkau maksimal Rp 20 juta per meter persegi. (agf/c25/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sasar Kaum Hawa, Startup Jepang Lebarkan Sayap ke Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler