Stok Cabai Menipis karena Telat Panen

Minggu, 24 Maret 2013 – 08:33 WIB
JAKARTA – Mundurnya masa panen kembali menjadi penyebab kenaikan harga cabai. Penurunan luas area panen yang menggerus komoditas penting tersebut juga membuat pasokan mulai menipis.

Ketua Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini mengatakan, masa panen cabai diperkirakan baru bisa dimulai Mei. ”Awalnya pembibitan dimulai Januari lalu dan bisa dipanen Maret atau April. Karena ada banjir, rusak semua. Jadi, mulai pembibitan Februari, bisa dipanen sekitar Mei,” kata Benny kepada Jawa Pos kemarin (23/3).

Harga cabai di pasaran kini sudah menembus Rp 50 ribuan atau hampir dua kali lipat dari harga normal sekitar Rp 28 ribu. Kenaikan harga cabai tersebut cukup memukul konsumen, terutama setelah didera krisis harga bawang.

Benny mengatakan, dengan menipisnya stok cabai, pedagang mulai sulit mendapat pasokan. Dia memperkirakan harga cabai bisa menyamai rekor bawang yang sempat menembus Rp 80 ribu. Namun, dia optimistis harganya bakal kembali normal ketika sudah masuk masa panen.

Dia menambahkan, cuaca ekstrem juga akan menurunkan produksi cabai. Luas area panen pun menyusut hingga 40 persen. Menurut dia, sesudah normal pada Mei, harga cabai kembali naik setelah stok aman berakhir pada Agustus.

Terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengungkapkan, harga cabai mulai melonjak pekan lalu. Saat ini rata-rata harga cabai di wilayah Jabodetabek mencapai Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram.

Kenaikan harga cabai baru terjadi pada jenis rawit. Cabai jenis lain masih normal. Misalnya, harga cabai merah keriting masih stabil di kisaran Rp 22 ribu. Namun, kata Ngadiran, kenaikan harga cabai biasanya menular. ”Jika satunya naik, pasti lainnya bakal ikut naik,” ucapnya.

Menanggapi lonjakan harga cabai, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku sedang memeriksa lebih lanjut permintaan dan pasokan komoditas tersebut. Untuk mengecek pasokan, pihaknya bakal mengumpulkan data dari distributor dan pelaku usaha lainnya.

Menurut mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut, penyikapan krisis harga cabai berbeda dengan bawang. Selama ini cabai bisa dipenuhi dari dalam negeri. Sementara itu, untuk bawang putih, 95 persen kebutuhannya dipenuhi dari impor.

Gita menganalisis, harga cabai saat ini naik lebih karena masalah produksi. Menurut dia, harga cabai jauh lebih berdampak pada inflasi daripada bawang. ”Jika ini terus terjadi, bisa berbahaya terhadap inflasi Maret. Akan kami hitung seperti apa bobotnya,” ujarnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi  mengimbau pemerintah segera bertindak cepat menyikapi kenaikan harga cabai. ”Saya pikir sebaiknya dilakukan impor,” terangnya. (uma/c10/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perketat Transaksi Kartu Kredit

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler