Stok Pangan Aman, Mentan: Tidak Ada Alasan Harga Beras Naik

Kamis, 08 November 2018 – 15:59 WIB
Mentan Amran memberikan kuliah umum kuliah umum di Universitas Negeri Padang (UNP). Foto: dok. humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman kembali melakukan sidak ke pasar, Kamis (8/11) pagi. Menteri Amran mengecek ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), sebagai barometer stok beras nasional.

Berdasarkan pantauan langsung bersama Direktur Umata (Dirut) Bulog, Satgas pangan Polri, Dirut PT. Food Station Tjipinang Jaya sebagai pengelola PIBC, perwakilan Bank Indonesia dan Pemprov. DKI Jakarta, Mentan memastikan ketersediaan beras mencukupi dan harga terkendali.

BACA JUGA: Kementan Berbagi Pengalaman Penanganan Penyakit Zoonosis

"Kami mengecek pangan di lapangan mulai jam 5 subuh tadi. Alhamdulillah semua posisi stabil. Tidak ada alasan (harga naik). Maaf jangan lagi di bawa ke ranah politik. Ini pangan kita stabil harga ayam hanya Rp 27 ribu/kg, telur Rp 22ribu/kg, kami cek langsung dengan tim lengkap," ujar Amran.

Amran menyampaikan, kenaikan harga beras medium belakangan ini di tengah kondisi stok beras yang cukup, sebagai sebuah anomali.

BACA JUGA: Kementan Pastikan Mi Bakal Diproduksi dengan Bahan Lokal

Stok Beras PIBC

Dirut PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi menjelaskan, stok beras di PIBC sangat cukup. "PIBC hari ini stok nya 50 ribu ton, kemarin 51 ribu ton. Lebih tinggi dari biasanya," kata Arief.

BACA JUGA: Sudah Tiga Tahun KPK Kawal Anggaran Kementan

Dia mengakui ada pergerakan harga untuk beras jenis medium. Dan sudah diantisipasi dengan meminta Pemerintah melalui Bulog agar melakukan Operasi Pasar untuk menjaga laju inflasi. "Tapi dalam kondisi saat ini sebenarnya memang produksi dari pertanian kita dalam hal ini beras sebenarnya cukup. Kalau di Jakarta saya harus sampaikan cukup, pasokan masih normal?" tambahnya.

Menurut Arief ketersediaan beras medium menurun karena ada kecenderungan di up menjadi beras premium.

"Artinya kalau panennya segitu kemudian mereka prefer ke premium, karena margin nya lebih tinggi. Ini adalah mekanisme ekuilibrium baru, ini fenomena yang terjadi. Jadi bukan masalah produksi," sambung Arief.

Selama ini yang disebut sebagai beras Premium itu dengan spesifikasi 5 persen broken. Sedangkan di pasar sekarang, yang disebut premium itu 15 persen broken. Dan jumlahnya samgat banyak (dibanding medium).

"Kalau saya melihatnya ini lebih baik. Jadi orang ngambilnya berasnya yang lebih baik. Nggak mau lagi beras medium," pungkasnya.

Saat ini ketersediaan beras premium di PIBC mencapai lebih dari 80 persen. Sedangkan beras medium di bawah 15 persen.

Bulog Siap Kawal Pasar

Dirut Bulog Budi Waseso (Buwas) menyatakan Bulog siap memenuhi permintaan PIBC menambah stok beras medium untuk mengendalikan harga. Sampai hari ini Kamis (8/11) Buwas melaporkan stok beras yg ada di Bulog jumlahnya 2,7 juta ton.

"Stok kita sangat banyak, dan kita operasi pasar setiap hari. Saya berharap malah tiap hari bisa diserap 15ribu ton, utk stabilisasi harga. Ternyata memang serapannya kecil. Kita cek di lapangan hari ini stok beras begitu banyak," kata Buwas.

Buwas menambahkan, program perubahan pola tanam Kementan membuat musim panen menjadi lebih cepat. Sehingga lebih menjamin ketersediaan beras.

"Yaitu mulai Januari Februari sudah mulai ada panen. Ini saya sampaikan sulaya ymasyarakat tak usah takut tak usah ragu tak usah khawatir, kalau beras itu kurang", tegas Buwas.

Satgas Pangan Awasi Spesifikasi Beras

Mengenai anomali harga beras medium yang naik saat pasokan beras mencukupi, Ketua Satgas Pangan Pusat Irjen Setyo Wasisto menyebutkan bahwa ada yang merubah spesifikasi (beras) dari medium menjadi premium.

"Ini menjadi tugas saya sebagai satgas pangan untuk melakukan pengawasan. Kita akan lakukan cek di lapangan dan melakukan uji laboratorium juga atas kualitas beras yang ada di lapangan," ujarnya.

Ini penting dilakukan agar apa masyarakat membeli beras sesuai dengan kriterianya, baik medium maupun premium. Agar tidak ada konsumen yang dirugikan.

Di luar persoalan anomali harga beras medium, Bank Indonesia mencatat dalam 3 tahun terakhir Indonesia berhasil menjaga stabilitas harga pangan, sehingga menurunkan sangat signifikan angka inflasi pangan.

"Untuk pangan tahun 2010 (inflasi pangan) cukup tinggi 10 persen. Memang 2-3 tahun terakhir berhasil ditekan terakhir menjadi 1,29 persen. Bahkan 3 tahun berturut-turut harga pangan stabil. Lebaran 2 tahun terakhir juga sangat stabil, Oktober kemarin bahkan pangan deflasi," jelas Trisno Nugroho Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta.

Komoditas pangan yang menyumbang penurunan inflasi di antaranya beras, daging ayam ras, juga telur. Ia memastikan Pangan tidak ada masalah di tahun-tahun ini.

"Kami juga memberi proyeksi terkendali sampai akhir tahun ini. Ini rekor, baik sekali di DKI Jakarta TPID nya melihat bahwa 2-3 tahun terakhir pangan enggak ada masalah," tandasnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Pimpin Aksi Penanggulangan Zoonosis Tingkat Global


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler