jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu mengatakan, wabah Corona (COVID-19) bukan seperti tsunami, banjir, gempa atau sejenis bencana alam yang terlokalisir di satu tempat.
Wabah corona bisa mengorbankan siapa saja, kapan saja dan di mana saja di seluruh penjuru Indonesia.
"Salah satu caranya memenangkan perang melawan virus Corona hanya bisa dengan membangun perlawanan rakyat secara bersama sama," ujar Adian di Jakarta, Senin (23/3).
Menurut anggota Komisi I ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dengan dalam membangun perlawanan rakyat. Antara lain, mengajak masyarakat penduli Kesehatan.
BACA JUGA: Adian Napitupulu: Excavator Siang Malam Menggali Kuburan jika Negara Lambat
Kemudian, membanjiri pasar dengan alat-alat kesehatan yang diperlukan. Misalnya, masker, alat pelindung diri, thermometer, sarung tangan, sanitizer, disinfektan dan alat rapid test.
"Saya kira, ketika apotek, Indomart, Alfamart, toko obat memiliki stok berlimpah akibat kran impor alat medis dibuka, bisa saja bidan dan perawat di pelosok kampung membeli APD dan rapid test lalu membuka layanan rapid test corona di teras rumahnya," ucap Adian.
BACA JUGA: Corona Makin Ganas, BKN Perbarui SE tentang Kerja PNS
Selain itu, warga satu RT kata Adian, juga bisa urunan membeli disinfektan untuk menyemprot seluruh permukiman yang ada.
Kemudian, para relawan dan donatur juga bisa urunan membeli alat medis dari importir dan membagikannya ke puskemas puskesmas.
"Jangan kaget juga, ketika tukang sayur yang berkeliling dengan motor dan gerobak sayurnya berikutnya tidak hanya menjual sayur, tetapi juga menjual masker dan berbagai jenis APD," katanya.
Sekjen Perhimpunan Aktivis'Nasional (Pena) 98 ini meyakini, bila situasi yang dilayangkan terjadi, maka gerakan melawan corona bukan hanya tanfgung jawab BNPB, BUMN atau Pemerintah, tetapi semua pihak termasuk para importir, pedagang, tukang sayur, bidan desa, perawat, dokter-dokter desa, warga di kampung-kampung, mahasiswa, relawan dan para donatur.
"Semua bergerak melawan corona dan berikutnya menjadi gerakan rakyat di semua level. Kunci kemenangan kita adalah gotong royong, bergerak bahu membahu hingga di akhir cerita nanti tidak ada menteri, gubernur atau satu dua tokoh yang jadi pahlawan, karena pahlawan sesungguhnya adalah rakyat itu sendiri," ucapnya.
Adian mengutarakan gagasannya, karena menyadari keuangan negara terbatas. Demikian juga dengan aparatur negara, sangat terbatas.
Tentu tidak sanggup mengatasi kondisi yang ada, tanpa melibatkan masyarakat. Apalagi di tengah keterbatasan, kondisi diperparah krisis global.
"Intinya, bila negara tidak mampu melindungi seluruh rakyat, maka berikan peluang agar rakyat melindungi dirinya sendiri. Caranya, membuka impor alat medis semudah mungkin dengan bea dan pajak semurah mungkin," pungkas Adian. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang