Strategi BKP Kementan Akselerasi Pengembangan Industri Pangan Lokal

Jumat, 04 Oktober 2019 – 08:12 WIB
Kegiatan pengembangan industri pangan lokal. Foto: BKP Kementan

jpnn.com, GROBOGAN - Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (BKP Kementan) memfokuskan salah satu kegiatannya pada pengembangan industri pangan lokal untuk memantapkan kemandirian pangan di daerah.

Hal tersebut dikatakan Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi ketika memberikan sambutan dalam penandatanganan kesepakatan bersama dengan Bupati Grobogan, Rini Sumarni di kawasan Teknopark Grobogan, Kamis (3/10).

BACA JUGA: BKP Kementan Dorong Kerja Sama Menumbuhkan Petani Muda

“Kesepakatan ini adalah untuk pengembangan industri pangan lokal. Kami harus membangun korporasi dari hulu hingga hilir, sehingga ada nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan petani” Ujar Agung.

Selaras dengan pernyataan Agung, Rini Sumarni mengatakan, Teknopark Grobogan dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan teknologi dan inovasi.

BACA JUGA: BKP Kementan Perkuat Pengawasan keamanan Pangan Segar Mendukung Ekspor

Agung juga menyatakan bahwa Kabupaten Grobogan akan dijadikan sebagai percontohan nasional dalam pengembangan industri pangan lokal. Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah ini merupakan salah satu penerima sasaran program Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL). “Teknopark Grobogan akan kami jadikan training center nasional untuk pengembangan industri pangan lokal dan sudah dituangkan dalam MoU dengan Bupati Grobogan hari ini” demikian ditekankan oleh Agung Hendriadi.

BKP Kementan pada tahun 2019 melakukan kegiatan PIPL yang diberikan kepada 10 kelompok pangan lokal di 10 provinsi, yaitu: Riau, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua. Komoditas utamanya adalah ubi kayu, jagung, dan sagu.

BACA JUGA: Pengembangan Korporasi Usaha Tani BKP Kementan Bangkitkan Semangat Petani Sembalun

Menurut Agung, PIPL difokuskan pada produksi tepung berbasis pangan lokal sebagai alternatif bahan baku untuk industri pangan olahan. Karena itu ia menegaskan pentingnya tiga komponen dalam pelaksanaan PIPL, yaitu petani sebagai produsen bahan baku, kelompok pengolahan pangan, dan pemasaran sebagai off taker. "PIPL diharapkan memproduksi tepung berbasis pangan lokal yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan industri pangan dalam negeri," ucap Agung.

Seusai menandatangani kesepakatan bersama, Kepala BKP Kementan bersama Bupati Grobogan meninjau produksi tepung mocaf menggunakan teknologi vertical mill dryer. Dengan teknologi ini proses penepungan dan pengeringan dilakukan dalam satu alat ini. Kapasitas alat 150 kg/jam produk atau 1,5 ton per hari.

Agung berharap UKM dapat didorong untuk memproduksi tepung lokal dalam skala industri, sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri pangan nasional. “Secara bertahap produk tepung lokal dapat terserap oleh pasar. Sehingga perlahan-lahan dapat mendominasi penyediaan bahan baku industri pangan dan menurunkan impor terigu,” pungkas Agung.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler