jpnn.com, JAKARTA - Direktur Manajemen Risiko PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Agus Sudiarto mengungkapkan keberlanjutan bisnis berdasarkan ESG atau sustainable finance menjadi salah satu perhatian utama investor untuk berinvestasi.
Oleh karena itu BRI berkomitmen menerapkan prinsip ESG atau Environmental, Social, and Governance.
BACA JUGA: Borneo FC Taklukkan PSM Makassar pada Kompetisi BRI Liga 1
ESG merupakan salah satu jawaban bisnis keuangan perbankan berkelanjutan.
“Selain itu perseroan memahami prinsip ESG sebagai standardisasi yang digunakan perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis dan operasional untuk mencapai kinerja yang berkelanjutan,” kata Agus dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (23/10).
BACA JUGA: BRI Kenalkan Brizzi LPG Card dan New BRIMOLA, Cara Mudah Bayar Gas Elpiji 3 Kg
Mengutip Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan sustainable finance sebagai dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Agus menegaskan DNA BRI adalah UMKM, titik fokus perbankan pelat merah itu berada di social dan governance.
BACA JUGA: Jadi Dirut BRI Sehari, Sisilia Optimistis Perempuan Bisa Berkarya
"Karena memang sejak BRI hadir pada 1895, jadi dari awal pendiriannya memang dikhususkan untuk membantu masyarakat kecil, dan kita ada di sana sejalan dengan sustainable finance,” kata Agus.
Menurut Agus, implementasi ESG pada portofolio keuangan BRI saat ini tidak hanya menggunakan pendekatan tradisional pada fundamental kinerja keuangan. Namun, sudah membubuhkan unsur-unsur penilaian assessment atas prinsip-prinsip tersebut.
Agus menyampaikan dalam pelaksanaan sustainable finance, BRI secara korporasi telah mengembangkan strategi bisnis.
Hal itu terkait dengan implementasi bisnis proses pada empat sektor, yaitu sektor aset, liabilitas, operasional, dan human capital yang harus sejalan dengan cita-cita perwujudan pola bisnis ESG.
Aset BRI hampir Rp 940 triliun, dari total aset tersebut yang sejalan dengan prinsip ESG mencapai lebih dari 64,5 persen dari total portofolio atau setara dengan Rp 588,6 triliun. Sebagian besar adalah segmen mikro, kecil, dan menengah yang jumlahnya senilai Rp 500 triliun.
Pada kategori green financing di luar nilai tersebut, yaitu mulai dari renewal energy Rp 16,1 triliun kemudian ada pula pencegahan polusi sebesar Rp 2,4 triliun, transportasi berbasis energi bersih seperti kendaraan listrik yang mencapai Rp 18,8 triliun dan green building senilai Rp 2,8 triliun dari total portofolio BRI.
Agus juga menyampaikan dari sisi liabilitas, pada 2019 perseroan sudah mengeluarkan sustainability bond yang listing di Singapura yang nilainya mencapai USD 500 juta.
BRI menjadi yang pertama di Asia Tenggara yang mengeluarkan sustainability bond dan pada saat itu obligasi BRI mengalami oversubscribe hingga 8 kali.
"BRI melakukan transformasi digital pada sistem operasional," ucap Agus.
Hasilnya, lanjut dia, digitalisasi yang ditempuh oleh bank dengan jaringan terluas di Indonesia tersebut mampu mengurangi penggunaan kertas.
Pada pengelolaan human capital, Agus mencontohkan BRI selalu menerapkan kebijakan yang memberikan hak-hak yang sama untuk setiap karyawan baik laki-laki maupun perempuan.
Strategi BRI mendorong SDGs itu seiring dengan Department of Economic and Social Affairs (DESA) dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
DESA menyebut 17 target SDGs hanya bisa dicapai jika seluruh aktivitas publik dan bisnis dilakukan secara berkelanjutan dan bersinergi, termasuk dengan melibatkan usaha masyarakat kecil seperti UMKM.
"BRI terus fokus dalam menerapkan program SDGs yang telah ditetapkan oleh PBB kepada Indonesia. Hal ini, akan terus dilanjutkan BRI untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ekonomi inklusif bagi semua pihak, “ tegas Agus Sudiarto. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia