Strategi BRI Menghadapi dan Meraup Keuntungan di Era Disrupsi

Senin, 20 Desember 2021 – 14:28 WIB
BRI menyiapkan transformasi digital untuk dalam menjawab kebutuhan pasar dan nasabah yang berkembang pesat. Foto: BRI

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melaporkan nilai ekonomi digital di Indonesia bisa menembus USD 124 miliar atau setara Rp 1.775 triliun pada 2025.

Oleh karena itu, Presiden RI Joko Widodo mengatakan pentingnya menyiapkan strategi untuk mengambil kesempatan di tengah kemajuan teknologi melalui ekosistem digital.

BACA JUGA: Bikin Penjualan SUN dan SBSN Moncer, BRI Diganjar 3 Pengharaan dari Kemenkeu

Pada acara Indonesia Digital Tribe 2021 Jokowi menyampaikan digitalisasi perlu ditopang dengan meningkatkan kemampuan atau skills digital talenta-talenta muda tanah air.

“Potensi pasarnya ini besar, jangan yang mengambil nanti orang lain. Kita sekarang ini memiliki 2.319 start-up, makin hari makin tambah, tambah, tambah. Saya meminta semua perusahaan teknologi, semua perusahaan besar agar mau ditempati untuk magang mahasiswa-mahasiswa kita, anak-anak kita agar secepatnya semuanya berubah, mindset digital ada, skill digital ada, sehingga terbentuk sebuah kultur digital di negara kita,” ucap Jokowi beberapa waktu yang lalu.

BACA JUGA: Mengenal Localoka yang Diluncurkan BRI Khusus untuk UMKM

Dalam acara tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, serta Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate.

Menjawab arahan presiden, Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo mengungkapkan transformasi digital menjadi kunci penting dalam menjawab kebutuhan pasar dan nasabah yang berkembang pesat.

BACA JUGA: BRI Apresiasi Pelaku Usaha lewat UMKM Awards 2021

Hal itu yang dilakukan BRI untuk menghadapi era disrupsi sehingga layanan perbankan BRI dapat semakin cepat, aman, serta dapat menjawab kebutuhan pasar.

Transformasi Digital Bank BRI mengacu pada 3 Framework utama.

Pertama, Digitizing Core atau digitalisasi proses bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan berfokus pada efisiensi, sebagaimana dengan hadirnya aplikasi super Apps BRImo, BRISpot & BRILink.

Kedua, Digital Ecosystems di mana BRI menyiapkan platform-platform digital untuk mendorong BRI masuk ke dalam bisnis ekosistem value chain.

"Diharapkan menjadi sumber pertumbuhan baru di sisi CASA, FBI dan Nasabah baru BRI, sebagaimana hadirnya BRIAPI," kata Indra.

Ketiga, New Digital Propositions.

BRI pun melakukan inovasi financial technology dengan pendekatan Fully Digital dan New Business Model dengan tujuan dapat memberikan layanan kepada nasabah lebih cepat, lebih baik, dan lebih efisien.

Transformasi digital ini kami kembangkan untuk memberikan layanan perbankan hingga ke berbagai wilayah secara Go Smaller, Go Shorter & Go Faster.

"Sejalan dengan visi utama perseroan untuk menjadi The Most Valuable Banking group in Southeast Asia & Champian of Financial Inclusion” kata Indra.

Transformasi Digital yang dilakukan oleh BRI ditopang dengan BRIBRAIN.

BRIBRAIN adalah platform berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning.

"Berfungsi sebagai enabler pekerja BRI dalam memberikan rekomendasi produk maupun dalam melakukan mitigasi risiko," ungkapnya.

Solusi yang diusung oleh BRIBRAIN dipercaya dapat meningkatkan customer engagement dengan memberikan layanan keuangan yang lebih personalized kepada nasabah, lebih berkualitas, efisien, serta minim risiko.

Di sisi lain untuk menjawab peluang pada era open banking, BRIAPI menjadi akselerator integrasi produk BRI kepada lebih dari 200 ekosistem digital yang berbasis aplikasi front-end di berbagai sektor, mulai dari ride hailing, marketplace, hingga fintech.

"Menggunakan BRIAPI, waktu integrasi dapat dipersingkat dari dua minggu menjadi hanya kurang dari satu jam," ujarnya.

Tidak hanya itu, BRIAPI bahkan menjadi Open API pertama di Asia Tenggara yang telah mendapatkan sertifikasi PA-DSS (Payment Application Data Security Standard) dari PCI Security Standard Council di Amerika Serikat, untuk memastikan keamanan data nasabah.

"BRI juga tetap berusaha hadir ke berbagai lapisan masyarakat," kata Indra.

Bank yang menginjak usia 126 tahun pada 16 Desember 2021 ini, mengandalkan luasnya jaringan outlet serta agen BRILink dalam melayani kebutuhan layanan perbankan di berbagai pelosok Indonesia.

Indra mencontohkan terobosan anyar yang dilakukan BRI untuk bisa melakukan transformasi digital tanpa meninggalkan nasabah tertentu. Hal ini ditempuh melalui strategi digital BRI yang mengandalkan hybrid bank.

Hadir dalam sesi talkshow di Indonesia Digital Tribe 2021, Senior Vice President Head of IT Strategy & Governance Division BRI, Shinta Indriyaty Thio menjelaskan, konsep hybrid bank yang diusung BRI lantaran Indonesia memiliki karakteristik nasabah yang sangat beragam, banyak di antaranya yang masih belum familiar dengan digital banking atau yang belum memiliki literasi digital.

Shinta menyebut BRI mengerahkan ‘perpanjangan tangan’ untuk mendampingi nasabah dalam mengakses layanan digital.

"Kami perlu perpanjangan tangan dan ini kami wujudkan melalui AgenBRILink, ini lah aspek strategi digital digitalisasi BRI yang sangat unik. Kami percaya nasabah di Indonesia ini sangat beragam karakteristiknya,” ucap Shinta.

BRI hingga kini memiliki 488 ribu Agen BRILink tersebar di 55.405 desa, dan melingkupi 15.440 BUMDes, serta hadir di 7.500 pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan layanan perbankan masyarakat.

Shinta menyebut BRI optimistis bisa mewujudkan visi utama perseroan menjadi The Most Valuable Bank in Southeast Asia & Home to The Best Talent. Visi utama ini dibarengi dengan upaya BRI dalam menjaring talenta-talenta digital terbaik. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... HUT ke-126, BRI Bangkitkan UMKM hingga Rights Issue Luar Biasa


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler