jpnn.com, JAKARTA - Industri farmasi harus memutar otak di tengah ketergantungan bahan baku obat yang harus didatangkan dari luar negeri.
Apalagi, fluktuasi nilai tukar rupiah pada akhir tahun lalu sempat berdampak pada naiknya biaya produksi.
BACA JUGA: Industri Farmasi Maksimalkan Bahan Baku Lokal
Head of Marketing OTC PT Prapata Nirmala (Fahrenheit) Nofa Sumawarti menyebutkan, ada beberapa strategi untuk mengatasi harga bahan baku obat yang makin mahal.
Salah satu opsinya adalah mengganti bahan baku dengan harga yang lebih murah.
BACA JUGA: Industri Farmasi Fokus Obat Generik
Namun, Nofa menegaskan pentingnya menjaga kualitas bahan baku pengganti tersebut. Dengan begitu, kualitas obat yang dijual di pasar tidak berkurang.
Alternatif lain adalah mengganti kemasan atau menambah jumlah produksi barang untuk menurunkan biaya produksi.
BACA JUGA: Pemerintah Diingatkan Soal Sinkronisasi Kebijakan
’’Kalau bahan baku tidak bisa dikorbankan, ya, kami ganti di packaging atau tambah muatan produksinya supaya biaya tiap barangnya berkurang,’’ kata Nofa, Minggu (27/1).
Meski bisnis industri farmasi menurun tahun lalu, Nofa optimistis tahun ini pertumbuhannya positif.
Meningkatnya perputaran uang mendorong permintaan obat pada awal 2019.
Pihaknya juga melihat ada peluang baru untuk jenis obat yang dapat dibeli tanpa resep.
’’Ini ada pasar yang membeli obat tanpa harus resep, tanpa harus ke dokter. Ini yang sangat bisa dikembangkan di industri farmasi,’’ ujar Nofa. (ell/c14/fal)
Redaktur & Reporter : Ragil