Tim ilmuwan internasional telah menemukan manfaat kafein yang dapat membantu mengatasi stres dan mencegah depresi, serta hilang ingatan.
Rodrigo Cunha, profesor neurofarmasi di Universitas of Coimbra di Portugal baru saja selesai melakukan penelitian.
BACA JUGA: Kini Jumlah Domba di Selandia Baru Tinggal 20 Juta Ekor
Ia memberikan kafein kepada tikus-tikus kemudian mengkondisikan tikus-tikus dalam keadaan penuh kecemasan dan tekanan.
"Jika hewan tidak dalam keadaan street, tidak ada perubahan yang jelas dalam parameter psikologis dan perilakunya," jelas Profesor Rodrigo. "Namun jika kita ubah gaya hidup mereka, mereka bisa mengatasinya dengan lebih baik."
BACA JUGA: Dokter Gigi Tidak Terdaftar Praktek Gelap 10 Tahun di Melbourne
Professor Rodrigo dan rekan-rekannya di Boston dan Brazil telah menemukan bahwa kafein memiliki kemampuan untuk memblokir bahan kimia yang berhubungan dengan stres. Tak hanya itu kafein juga memiliki potensi untuk mencegah masalah yang terkait hilang ingatan. Kopi diketahui memiliki manfaat untuk mengurangi stres dan depresi.
"Kafein tidak membuat sistem bekerja lebih baik. Tetapi dapat menghindari cara yang salah dalam sebuah sistem," ujarnya. "Jadi kafein lebih sebagai pencegah kerusakan dan bukan untuk perbaikan."
BACA JUGA: Kesempatan Melihat dari Dekat Bayi Paus Berbahaya
Kepada ABC, ia menjelaskan bagaimana kafein memiliki dampak besar pada fungsi otak.
"Jika Anda mengkonsumsi kafein secara rutin, maka kafein dapat membuat fungsi pada sirkuit otak menjadi normal."
Tapi menurutnya ada perbedaan mendasar antara asupan kafein yang membuat ketagihan dengan konsumsi kafein secara teratur.
Tak hanya itu, lewat penelitian ini ditemukan jika kafein dapat membantu melawan depresi. Tapi hal ini mesti dilakukan penelitian lebih lanjut, karena apakah yang membuat seseorang senang itu tindakan membeli kafein ke kafe-kafe, atau kandungan kafein itu sendiri.
"Karena tikus-tikus yang diteliti, tentunya tidak pergi ke kafe-kafe untuk membeli kopi atau menghabiskan waktu untuk nongkrong bersama teman-temannya.
Profesor Rodrigo menegaskan bahwa manusia memiliki otak yang sangat berbeda dengan tikus, karenanya perlu dilakukan investigasi lanjutan.
Namun, lewat studi barunya ini, ia mengatakan bahwa ada langkah untuk pengobatan stres yang lebih baik.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Seekor Anjing Menang di Mahmakah Agung Australia