Stunting, Ekofeminisme, dan Saran untuk Kaesang PSI

Oleh: Shakina Muannisa,

Selasa, 12 Desember 2023 – 11:43 WIB
Ratusan kader dan pendukung Partai Solidaritas Indonesia atau PSI saat mendaftar di KPU Lombok Timur. Foto: PSI Lombok Timur for JPNN.com

jpnn.com - Ekofeminisme, stunting, dan peran partai politik memiliki keterkaitan yang signifikan dalam konteks kesehatan masyarakat, lingkungan, dan kesetaraan gender.

Ekofeminisme, sebagai kerangka teoritis yang menggabungkan perspektif feminisme dengan isu-isu lingkungan, menyoroti keterkaitan antara dominasi terhadap alam dan perempuan serta dampaknya terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan manusia.

BACA JUGA: Kaesang Perkenalkan Caleg Andalan PSI di Jatim VII Sholeh

Perspektif ekofeminisme menyoroti bahwa dalam masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan jenis kelamin, perempuan seringkali lebih terhubung dengan alam atau lingkungan, baik secara fisik maupun dalam peran mereka sebagai pemelihara dan pemenuh kebutuhan keluarga.

Ekofeminisme menekankan bahwa degradasi lingkungan seringkali memengaruhi perempuan secara langsung, mengingat ketergantungan mereka pada sumber daya alam untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

BACA JUGA: Canda Ketum PSI di Hadapan Sukarelawan Magetan: Saya Kaesang, Bukan Gibran

Vandana Shiva dan Maria Mies merupakan dua nama yang turut berkontribus dalam upaya mengembangkan teori ekofeminisme.

Dalam Staying Alive: Women, Ecology, and Survival in India, Vandana Shiva menyoroti pentingnya mempertimbangkan pemahaman tradisional masyarakat yang sering kali lebih inklusif terhadap alam.

BACA JUGA: Kaesang Blak-blakan soal Debat Cawapres, Singgung tentang Aura yang Hilang

Sementara Maria Mies dalam Patriarchy and Accumulation on a World Scale: Women in the International Division of Labour menekankan bahwa eksploitasi lingkungan dan penindasan perempuan adalah hasil dari kapitalisme yang memaksakan kontrol atas sumber daya alam dan manusia.

Vandana Shiva dan Maria Mies melihat dominasi terhadap alam dan perempuan merupakan hasil dari sistem yang saling memperkuat, yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan sosial.

Penelitian mereka menunjukkan bahwa perempuan, terutama di komunitas yang rentan, seringkali lebih terpapar pada dampak buruk lingkungan, yang juga berdampak pada kesehatan anak-anak yang mereka rawat.

Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak mendukung tumbuh kembang anak dan berkontribusi pada stunting.

Stunting, yang merupakan kondisi gizi buruk yang memengaruhi pertumbuhan anak-anak, seringkali terkait dengan ketimpangan gender, keterbatasan akses terhadap sumber daya, dan lingkungan yang tidak mendukung.

Peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat membuat mereka rentan terhadap tekanan ekonomi dan lingkungan yang berdampak pada akses mereka terhadap sumber daya dan kesehatan.

Keterbatasan akses terhadap pangan berkualitas, layanan kesehatan yang memadai, serta sanitasi yang layak memengaruhi kesehatan perempuan dan kesejahteraan anak-anak.

Peran partai politik dalam konteks ekofeminisme sangat signifikan. Mereka memiliki tanggung jawab dalam merumuskan kebijakan yang melindungi lingkungan dan mendorong kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan.

Partai politik dapat menjadi motor utama dalam mengadvokasi kebijakan pro-lingkungan dan pro-kesetaraan gender.

Peran partai politik menjadi kunci dalam mengatasi tantangan ini dengan merumuskan kebijakan yang berkelanjutan, inklusif, dan berdampak pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks ini, peran partai politik sangat relevan dalam mengatasi stunting dan masalah kesehatan terkait dengan ekofeminisme.

Partai politik memiliki kemampuan untuk merumuskan kebijakan yang mendukung kesehatan anak-anak dan perempuan, serta memastikan keberlanjutan lingkungan dalam pengambilan keputusan politik mereka.

Namun demikian, meskipun ada retorika pro-lingkungan dari beberapa partai politik, tindakan nyata untuk mengatasi degradasi lingkungan dan memperjuangkan kesetaraan gender seringkali terbatas.

Implementasi kebijakan yang konkret dan berdampak dalam membangun keadilan sosial dan lingkungan masih menjadi isu yang belum terselesaikan.

Tantangan yang dihadapi adalah kecenderungan untuk mengabaikan aspek lingkungan dan gender dalam prioritas kebijakan ekonomi dan politik.

Kebijakan ekonomi yang mendominasi seringkali lebih memprioritaskan pertumbuhan ekonomi daripada keadilan sosial dan lingkungan.

Hal ini menghambat implementasi kebijakan yang berdampak pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mengatasi tantangan ini, partai politik perlu mengintegrasikan perspektif ekofeminisme ke dalam agenda politik mereka.

Termasuk peningkatan kesadaran akan isu-isu lingkungan dan kesetaraan gender, serta pembentukan kebijakan yang holistik yang memperhitungkan kedua aspek ini.

Partai politik juga perlu mengutamakan pendekatan berkelanjutan yang memperhitungkan keberlanjutan lingkungan dalam pembuatan kebijakan mereka.

Di mana mereka harus mempertimbangkan aspek lingkungan, kesetaraan gender, dan kesehatan dalam agenda politik mereka.

Hal ini melibatkan peningkatan kesadaran akan hubungan antara kondisi lingkungan, kesehatan perempuan, dan stunting, serta mengambil tindakan nyata untuk memperbaiki kondisi tersebut.

Di sisi lain, pendidikan politik juga diperlukan dalam memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya perspektif ekofeminisme.

Partai politik bisa berperan sebagai agen perubahan dengan memperjuangkan kurikulum yang memasukkan isu-isu lingkungan dan kesetaraan gender di tingkat pendidikan.

Partai politik bisa berperan dalam mendukung pendidikan yang mencakup isu-isu tersebut di lembaga-lembaga pendidikan serta melalui kampanye publik.

Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk pemahaman, sikap, dan tindakan individu terhadap isu-isu lingkungan, ekofeminisme, dan kesetaraan gender.

Pendidikan dalam konteks partai politik dan agenda politik Kaesang Pangarep serta Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapat menjadi landasan penting untuk membentuk kesadaran dan tindakan dalam bidang-bidang tersebut.

Pendidikan dalam kurikulum partai politik, khususnya PSI, dapat mengintegrasikan isu-isu lingkungan, ekofeminisme, dan kesetaraan gender dalam program-programnya.

Kaesang Pangarep dan kader-kader PSI diharapkan dapat memperjuangkan pendidikan yang mencakup pemahaman akan keterkaitan antara ekologi, gender, dan keadilan sosial.

Mereka bisa mendorong penyusunan kurikulum yang mendidik anggota partai tentang dampak lingkungan pada kesetaraan gender, serta bagaimana langkah-langkah politik dapat berkontribusi pada pemecahan masalah-masalah tersebut.

Selain pendidikan dalam kurikulum pelatihan partai, kampanye-kampanye yang dijalankan oleh Kaesang dan kader-kader PSI juga dapat memasukkan isu-isu lingkungan, ekofeminisme, dan kesetaraan gender.

Mereka bisa menggunakan platform politik mereka untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hubungan antara isu-isu ini, serta bagaimana kebijakan-kebijakan yang inklusif dapat menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

Dengan mengintegrasikan isu-isu lingkungan, ekofeminisme, dan kesetaraan gender dalam kurikulum pendidikan partai serta melalui kampanye-kampanye yang mereka jalankan, Kaesang dan kader-kader PSI dapat memainkan peran yang signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang inklusif dalam rangka menciptakan perubahan positif dalam lingkungan dan masyarakat.

Dalam kesimpulan, peran partai politik dalam menerapkan perspektif ekofeminisme sangat penting untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan keadilan gender.

Dengan adopsi pendekatan yang holistik dan komitmen nyata untuk mengubah kebijakan yang menguntungkan lingkungan dan perempuan, partai politik dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam merespons tantangan global terkait lingkungan dan kesetaraan gender.

Penulis adalah staf Divisi Acara Remaja Masjid Istiqlal

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler