STY Out

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kamis, 13 Oktober 2022 – 14:19 WIB
Shin Tae Yong. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - Tagar STY Out menjadi trending topics di media sosial beberapa hari ini.

Tagar itu berisi seruan agar Shin Tae-yong (STY) pelatih tim sepak bola nasional Indonesia mundur dari jabatannya.

BACA JUGA: Diberi Kesempatan Kedua oleh Shin Tae Yong, Ferdiansyah Dapat Pesan dari Luis Milla

Seruan itu muncul setelah STY  ‘’menantang’’ akan mengundurkan diri jika Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan alias Iwan Bule, mengundurkan diri karena didesak oleh netizen dan penggemar sepak bola Indonesia.

Tagar STY Out merupakan buntut dari kasus tragedi Kanjuruhan yang memakan korban 132 orang tewas.

BACA JUGA: Iwan Bule Out Trending di Twitter, Petisi Ketum PSSI dan Direktur PT LIB Harus Mundur Banjir Dukungan

Polisi sudah menetapkan beberapa tersangka, kapolda Jawa Timur sudah dicopot, tetapi publik masih belum puas, karena ketua umum PSSI masih tetap kukuh dengan pendapatnya bahwa dia tidak bersalah dan tak bisa dimintai pertanggungjawaban.

Tuntutan agar Iwan Bule mundur muncul dalam bentuk petisi online yang sudah ditandatangani oleh puluhan ribu orang.

BACA JUGA: Ketum PSSI Soal Kedatangan FIFA ke Indonesia, Sebut Ada Andil Presiden Jokowi

Kecaman terhadap Iwan Bule muncul dari banyak kalangan. Akan tetapi, Iwan Bule tetap tidak merasa bertangung jawab. 

Kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang memeriksanya, Iwan Bule menyodorkan sejumlah aturan yang menyatakan bahwa semua kejadian dalam pertandingan sepak bola berada dalam tanggung jawab PT LIB (Liga Indonesia Baru).

Karena itu, Direktur Utama LIB, Akhmad Hadian Lukita ditetapkan sebagai tersangka, dan Iwan Bule merasa dirinya sudah bersih dan tidak akan tersentuh oleh tanggung jawab hukum sama sekali.

Akan tetapi publik tidak akan membiarkan Iwan Bule melenggang tanpa tanggung jawab.

Desakan dan tuntutan supaya Iwan Bule mundur bukan mereda tetapi malah mengeras.

Iwan Bule merasa terdesak dan mencoba mencari pembelaan.

Salah satu pembelaan datang dari Agum Gumelar, mantan ketua umum PSSI yang sekarang menjadi dewan pembina PSSI.

Agum membela Iwan Bule dan memintanya untuk tidak mengundurkan diri.

Kata Agum, mengundurkan diri tidak akan menyelesaikan masalah.

Agum melihat bahwa dengan mendatangi korban dan memberi santunan Iwan Bule sudah menunjukkan tanggung jawabnya.

Pembelaan Agum tidak banyak membawa efek.

Desakan kepada Iwan Bule untuk mundur tetap keras dan makin bergelombang.

Tiba-tiba saja STY masuk ke lapangan dan membuat unggahan di akun pribadinya membela dan memasang badan untuk Iwan Bule.

STY menyebut prestasi sepak bola Indonesia tidak bisa dilepas dari peran Iwan Bule.

STY menyebut Iwan Bule tokoh yang mencintai sepak bola dan punya komitmen kuat untuk memajukan sepak bola Indonesia.

STY sedang menjadi darling sepak bola nasional. 

Dia sukses mengatrol ranking FIFA Indonesia naik 21 poin ke posisi 152 setelah mengalahkan Curacao dua kali berturut-turut.

STY membawa timnas senior lolos putaran final Piala Asia 2023.

STY juga sukses membawa timnas U-20 lolos ke putaran fina Piala Asia 2023 di Uzbekhistan.

Untuk kali pertama dalam sejarah sepak bola Indonesia timnas U-20 bermain di Piala Dunia.

Kali ini Indonesia ketiban rezeki nomplok karena menjadi tuan rumah Piala Dunia, Juni tahun depan.

Karena menjadi tuan rumah, Indonesia secara otomatis mendapat hadiah ikut bermain di Piala Dunia.

Dibanding negara-negara peserta lain, Indonesia dianggap sebagai tim pupuk bawang.

Akan tetapi, di bawah STY publik sepak bola Indonesia menaruh harapan besar, paling tidak bisa lolos dari fase grup.

Hal ini bisa saja menjadi mission impossible, mengingat persaingan yang sangat keras di turnamen ini.

Akan tetapi, di bawah STY nothing is impossible.

Sebagai pemain, STY pernah bermain di Piala Dunia.

Sebagai pelatih, dia sukses membawa timnas Korea mengalahkan timnas Jerman di Piala Dunia 2018 di Korea Selatan.

Faktor tuan rumah dan keahlian STY meracik taktik dan strategi menjadi kekuatan yang bisa menjungkalkan raksasa Jerman.

Hal itulah yang diharapkan bakal dilakukan STY ketika nanti membawa Indonesia di Piala Dunia.

Akan tetapi, insiden Kanjuruhan bisa membuyarkan harapan itu.

Komentar STY yang memasang badan untuk Iwan Bule membuat publik sepak bola Indonesia marah.

Tantangan STY pun dijawab dengan munculnya tagar STY Out yang menjadi trending topics di jagat maya.

Tidak ada sepak bola seharga nyawa. Apalagi ratusan nyawa.

STY dianggap tidak menghormati korban Tragedi Kanjuruhan.

Lebih dari itu, STY diangap berpolitik dengan membela Iwan Bule.

Sikap STY itu memunculkan kecurigaan adanya aktor yang memaksanya untuk membuat unggahan itu.

Tragedi Kanjuruhan bukan hanya memojokkan Iwan Bule.

Korps kepolisian juga terpojok karena dianggap bertanggung jawab terhadap penggunaan gas air mata yang menyebabkan korban jatuh.

Ada dugaan influencer dan buzzer digunakan untuk mengubah opini dan mengalihkan tanggung jawab dari polisi.

Kasus ‘’penjual dawet’’ palsu yang akhirnya ketahuan identitasnya menunjukkan ada upaya framing untuk mengalihkan tanggung jawab dari polisi ke pihak lain.

Tumpuan kesalahan itu sekarang dibebankan kepada LIB, panitia pelaksana pertandingan, dan suporter Arema.

Narasi penjual dawet yang mengatakan bahwa suporter mabuk sebelum masuk ke stadion menjadi indikasi bahwa suporter harus bertanggung jawab terhadap tragedi ini.

YouTuber Ade Aramando juga menuduh suporter Arema sok jagoan dan petentang-petenteng masuk ke lapangan untuk membuat ricuh.

Unggahan Ade Armando ini membuat suporter Arema berang dan melaporkan Armando kepada polisi.

Menko Polhukam Mahfud Mahmodin yang menjadi ketua TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta) mulai merasakan ruwetnya urusan bola di Indonesia.

Dia membuat kesimpulan awal bahwa  penyelenggaraan Liga Indonesia agak kacau.

Hal ini dibuktikan dengan adanya saling lempar tanggung jawab antara PT LIB, PSSI, panpel, hingga Indosiar selaku broadcaster.

Mahfud menyebut jika hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan dapat membahayakan dunia persepakbolaan Indonesia.

TGIPF belum mengeluarkan rekomendasi. 

Akan tetapi bahwa terjadi saling menghindar dari tanggung jawab operasional lapangan menjadi tanda bahaya bagi dunia persepakbolaan Indonesia.

Wajar saja Mahfud kaget, karena dia baru kali ini mendalami kondisi sepak bola Indonesia.

Mungkin Mahfud belum tahu ada tiga cabang olahraga yang populer di Indonesia, yaitu lempar, lari, dan panjat.

Bukan lempar lembing, bukan lari 100 meter, atau panjat tebing.

Akan tetapi, lempar tanggung jawab, lari dari tanggung jawab, dan panjat sosial.

Ketika timnas Indonesia sedang moncer karena sukses di sebuah turnamen banyak yang melakukan panjat sosial dengan mengklaim jasanya atas sukses itu.

Iwan Bule dan Menpora Zainuddin Amali ikut mejeng naik podium menerima piala, ketika timnas U-17 Indonesia menjadi juara AFF.

Aksi ini dikritik banyak pihak, karena hal ini tidak lazim dan tidak sesuai dengan protokol.

Hal itu juga terlihat sebagai upaya panjat sosial untuk mencari popularitas.

Akan tetapi, ketika timnas U-17 secara memalukan digilas oleh Malaysia 1-5 dan gagal lolos ke Piala Asia, tidak ada komentar dari Iwan Bule.

Dan sekarang, ketika 132 suporter meninggal dan ratusan luka-luka, Iwan Bule dengan enteng berkata, ‘’Bukan tanggung jawab saya’’.

Ketika dia selesai memenuhi panggilan TGIPF, dia menghilang tidak mau menemui wartawan yang menyanggongnya.

Nilai dasar olahraga adalah sportivitas.

Nilai utamanya adalah respek, penggormatan kepada semua stakeholder olahraga.

Cara-cara yang ditunjukkan Iwan Bule jauh dari respek dan sportivitas. (*)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler