jpnn.com, LEWOLEBA - Gunung Api Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, dua kali mengalami erupsi pada Rabu (2/12).
Kepala Pos Pemantauan Gunung Ili Lewotolok Stanis Ara Kian mengatakan bahwa erupsi yang terjadi pada pukul 09.42 dan 11.07 WITA disertai dengan suara dentuman keras.
BACA JUGA: Erupsi Gunung Ili Lewotolok, 5.830 Warga Mengungsi
"Erupsi itu disertai dengan dentuman yang sangat keras, sehingga masyarakat kami minta untuk selalu waspada," katanya seperti dilansir dari Antara.
Menurut dia, erupsi pertama pukul 09.42 WITA terekam seismogram beramplitudo maksimum 28 mm dan berlangsung kurang lebih 22 detik.
BACA JUGA: Pemilik Kafe Tewas Dikeroyok di Depan Istri, Brutal
Erupsi kedua yang terjadi pukul 11.07 WITA terekam di seismogram beramplitudo maksimum 30 mm dan berdurasi kurang lebih 40 detik.
Stanis mengatakan bahwa gempa dan dentuman masih terus terjadi di Ili Lewotolok.
"Jika dibandingkan dengan tanggal 30 November lalu, erupsi beberapa hari terakhir tidak terlalu besar dan masih fluktuatif saja, kadang kecil kadang besar," katanya.
Meski intensitas erupsi dan dentuman kecil, ia mengimbau warga tetap waspada karena ada kemungkinan terjadi erupsi lanjutan.
Ia mencontohkan, setelah erupsi pertama pada 27 November keadaan sempat tenang, namun pada 29 November erupsi besar yang disertai dentuman tiba-tiba terjadi lagi.
Menurut Stanis, saat ini status aktivitas Gunung Ili Lewotolok berada di level III atau Siaga.
"Selama status itu masih belum dicabut, masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas di daerah yang berada dalam jarak empat kilometer (dari kawah puncak)," katanya.
Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok antara lain berdampak ke Desa Jontona. Sebagian warga, termasuk orang tua, perempuan, dan anak-anak masih berada di desa tersebut.
Kawah gunung itu masih terlihat mengeluarkan asap tebal, namun bukan asap tebal berwarna pekat seperti yang keluar saat erupsi 29 November 2020.
PVMBG menyarankan warga sekitar gunung menyiapkan masker dan perlengkapan untuk melindungi mata dan kulit dari dampak abu vulkanik. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti