jpnn.com, JAKARTA - Suara DPD tingkat II diyakini akan menjadi kunci dalam penentuan calon ketua umum Golkar di munas mendatang.
Meski secara formal nilainya sama dengan DPD I, suara DPD II dianggap lebih penting karena mereka berhubungan langsung dengan akar rumput.
BACA JUGA: Golkar Dinilai Akan Lebih Maju Jika Ketum Tak Rangkap Jabatan
Hal ini disampaikan politikus senior Partai Golkar Marzuki Darusman jelang Munas Golkar pada Desember mendatang.
"DPD II kunci dari hasil Munas. Suara yang diberikan bukan hanya sekadar hak suara, tapi suara yang dipertimbangkan karena menyuarakan langsung aspirasi anggota partai di daerah yang sehari-hari berurusan dengan mereka," kata Marzuki.
BACA JUGA: Maju jadi Caketum Golkar, Bamsoet Ungkap Masalahnya dengan Airlangga
Calon ketua umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengklaim didukung mayoritas pengurus Golkar di DPD I. Sedangkan lawannya, Bambang Soesatyo mendapat dukungan dari 367 DPD II.
Menurut Marzuki, DPD II memilih mendukung Bambang karena memahami kondisi Golkar saat ini harus dipulihkan dari kemorosotan.
Perolehan suara Golkar di Pemilu 2019 turun. Pemilu 2014, Golkar mendapat 91 kursi di DPR, tetapi di Pemilu 2019 hanya mengantongi 85 kursi.
Marzuki mengatakan, untuk memulihkan ke posisi semestinya, Golkar harus dipimpin sosok yang fokus, tidak rangkap jabatan di partai dan pemerintahan.
"Partai Golkar memerlukan pimpinan yang terus menerus secara penuh memerhatikan Golkar," tegas Marzuki.
Dia mengingatkan, tantangan agenda politik ke depan makin berat dan kompleks. Dia khawatir Golkar tidak siap menghadapi tantangan ke depan.
Karena itu, Marzuki percaya, dengan dipimpin Bambang Soesatyo Golkar akan bisa meraih sukses pada Pemilu 2024.
"Kami ini dalam keluarga besar, tidak ada masalah individu, kami hanya ingin partai ini selamat," ujar Marzuki.
Sedangkan pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan dukungan dari DPD II kepada salah satu calon bisa menggagalkan upaya menunjuk ketua umum Golkar secara aklamasi. Dia juga yakin suara DPD II adalah penentu hasil pemilihan ketua umum.
Pangi mencontohkan Munas Golkar pada 2004 lalu. Kala itu Akbar Tanjung sebagai calon ketua umum Golkar, sangat percaya diri karena sudah memegang penuh suara DPD I. Namun, Akbar akhirnya dikalahkan oleh Jusuf Kalla yang bergerilya mendekati DPD II. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia