JAKARTA – Masuknya Pramono Edhie Wibowo di jajaran elite Partai Demokrat memang menuai cibiran banyak pihak. Namun elite Demokrat di DPR seolah tutup mata atas kemungkinan efek yang ditimbulkannya. Buktinya, hampir semua politisi PD mendukung bergabungnya mantan KSAD tersebut. Keputusan yang instan memasukkan ipar SBY tersebut pada jabatan elite di Demokrat dianggap telah melanggengkan politik oligarki. Kondisi ini juga menjadi preseden buruk dalam proses demokratisasi di negeri ini.
Pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens mengatakan, kondisi tersebut makin menguatkan persepsi publik bahwa regenerasi politik di tubuh Partai Demokrat masih tetap didominasi oleh lingkaran keluarga Cikeas. Hal ini akan berimbas buruk pada sistem demokrasi di negeri ini.
“Saya melihat politik dinasti ditubuh Demokrat suah makin jelas. Bayangkan, meski baru 4 hari memiliki kartu anggota, adik ipar SBY itu menjadi anggota Dewan Pembina Demokrat. Ini jelas politik dinasti, dimana kekuasan harus selalu berpusat kepada keluarga yang harus terus merek jaga,” kata Boni kepada INDOPOS (JPNN Grup), Senin (1/7).
Menurt Boni, Demokrat pun tidak malu lagi dicap oleh publik sebagai partai keluarga. Mereka yang menolak pun tidak memiliki keberanian untuk mengkrtik langkah para pemegang kekuasaan di partainya. “Mereka cenderung memilih jalur aman,” paparnya.
Boni juga melihat masuknya Pramono Edhie ke Demokrat makin menegaskan ada langkah untuk mengamankan keluarga Cikeas di Demokrat, terutama menjelang Pemilu 2014. “Karena salahsatu kepentingan tertinggi SBY pasca-tahun 2014 adalah bagaimana mengamankan keluarga Cikeas. SBY tidak berpikir mengekalkan kekuasaan tapi bagaimana aman, dengan tidak mendapat gangguan politik,” ungkapnya.
Salahsatu cara yang paling logis mengamankan keluarga besar SBY dari serangan politik adalah dengan memasukkan keluarga SBY itu sendiri ke ranah politik. “Bukan tidak mungkin akan banyak serangan politik jelang dan pasca 2014 nanti,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, pengamat politik Point Indonesia Karel Harto Susetyo mengatakan, hadirnya Pramono Edhie Wibowo menjadi bagian Partai Demokrat tidak akan berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas Partai Demokrat. “Saya pikir tidak akan membawa pengaruh banyak, sosok Pramono Edhie juga kurang menonjol,” kata Karel, kemarin (1/7).
Karel memprediksi, bukan tidak mungkin kehadiran Pramono Edhie sebagai anggota dewan pembina (DP) partai akan menimbulkan konflik baru di internal Demokrat itu sendiri. “Ya pasti di tingkatan kader ada juga yang tidak suka, karena dari cara masuknya saja, saya pikir sudah kontroversial. Pramono tiba-tiba di dewan pembina. Jadi pasti ada sedikit gejolak. Namun, kenapa mereka yang tidak suka tidak protes, hal ini karena Pramono Edhie adalah adiknya Ibu Ani atau adik ipar SBY,” tuturnya.
Oleh sabab itu, kata Karel, wajar apabila di luar ada suara-suara yang menyatakan Partai Demokrat saa ini sudah mirip dengan perusahaan keluarga. Dimana pemegang saham mayoritasnya didominasi oleh lingkungan keluarga salahsatu petinggi partainya.
“Ya realitas seperti ini memang terjadi, mungkin tidak hanya di Demokrat tapi bisa juga terjadi di partai lain, namun kadarnya saja yang membedakan,” tegasnya.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Fraksi Partai Demokrat (F-PD) Nurhayati Ali Assegaf mengaku ingin figur capres yang diajukan adalah dari kalangan keluarga Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono. Ada dua figur yang utama, yakni Ani Yudhoyono dan atau Pramono Edhie Wibowo yang baru saja masuk jadi anggota Dewan Pembina.
“Kalau saya ditanya siapa yang saya inginkan maju ke konvensi capres, ya kalau tak Bu Ani, ya Pak Pramono Edhie. Karena Pramono, menurutnya punya track record baik, sekaligus IQ tertinggi di antara sesama prajurit militer seangkatannya,“ kata Nurhayati di Gedung DPR RI, Senayan, Senin (1/7).
Sedangkan mengenai stigma publik yang mencap Demokrat sebagai partai keluarga, Nurhayati mengatakan pandangan itu sesuatu yang wajar. “Partai politik lain kan begitu. Ini tidak bisa dinafikan. Itu bukan lari dari demokrasi, bukan berarti mengkerdilkan demokrasi,” tutur Nurhayati.
Sebagaimana diketahui, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Demokrat kemarin, Pramono Edhie langsung ditetapkan sebagai anggota Dewan Pembina Partai. Saat ini, SBY masih menjabat ketua umum menggantikan Anas Urbaningrum. Sementara Sekjen dijabat Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu SBY. (dms)
Pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens mengatakan, kondisi tersebut makin menguatkan persepsi publik bahwa regenerasi politik di tubuh Partai Demokrat masih tetap didominasi oleh lingkaran keluarga Cikeas. Hal ini akan berimbas buruk pada sistem demokrasi di negeri ini.
“Saya melihat politik dinasti ditubuh Demokrat suah makin jelas. Bayangkan, meski baru 4 hari memiliki kartu anggota, adik ipar SBY itu menjadi anggota Dewan Pembina Demokrat. Ini jelas politik dinasti, dimana kekuasan harus selalu berpusat kepada keluarga yang harus terus merek jaga,” kata Boni kepada INDOPOS (JPNN Grup), Senin (1/7).
Menurt Boni, Demokrat pun tidak malu lagi dicap oleh publik sebagai partai keluarga. Mereka yang menolak pun tidak memiliki keberanian untuk mengkrtik langkah para pemegang kekuasaan di partainya. “Mereka cenderung memilih jalur aman,” paparnya.
Boni juga melihat masuknya Pramono Edhie ke Demokrat makin menegaskan ada langkah untuk mengamankan keluarga Cikeas di Demokrat, terutama menjelang Pemilu 2014. “Karena salahsatu kepentingan tertinggi SBY pasca-tahun 2014 adalah bagaimana mengamankan keluarga Cikeas. SBY tidak berpikir mengekalkan kekuasaan tapi bagaimana aman, dengan tidak mendapat gangguan politik,” ungkapnya.
Salahsatu cara yang paling logis mengamankan keluarga besar SBY dari serangan politik adalah dengan memasukkan keluarga SBY itu sendiri ke ranah politik. “Bukan tidak mungkin akan banyak serangan politik jelang dan pasca 2014 nanti,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, pengamat politik Point Indonesia Karel Harto Susetyo mengatakan, hadirnya Pramono Edhie Wibowo menjadi bagian Partai Demokrat tidak akan berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas Partai Demokrat. “Saya pikir tidak akan membawa pengaruh banyak, sosok Pramono Edhie juga kurang menonjol,” kata Karel, kemarin (1/7).
Karel memprediksi, bukan tidak mungkin kehadiran Pramono Edhie sebagai anggota dewan pembina (DP) partai akan menimbulkan konflik baru di internal Demokrat itu sendiri. “Ya pasti di tingkatan kader ada juga yang tidak suka, karena dari cara masuknya saja, saya pikir sudah kontroversial. Pramono tiba-tiba di dewan pembina. Jadi pasti ada sedikit gejolak. Namun, kenapa mereka yang tidak suka tidak protes, hal ini karena Pramono Edhie adalah adiknya Ibu Ani atau adik ipar SBY,” tuturnya.
Oleh sabab itu, kata Karel, wajar apabila di luar ada suara-suara yang menyatakan Partai Demokrat saa ini sudah mirip dengan perusahaan keluarga. Dimana pemegang saham mayoritasnya didominasi oleh lingkungan keluarga salahsatu petinggi partainya.
“Ya realitas seperti ini memang terjadi, mungkin tidak hanya di Demokrat tapi bisa juga terjadi di partai lain, namun kadarnya saja yang membedakan,” tegasnya.
Sementara itu di lain pihak, Ketua Fraksi Partai Demokrat (F-PD) Nurhayati Ali Assegaf mengaku ingin figur capres yang diajukan adalah dari kalangan keluarga Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono. Ada dua figur yang utama, yakni Ani Yudhoyono dan atau Pramono Edhie Wibowo yang baru saja masuk jadi anggota Dewan Pembina.
“Kalau saya ditanya siapa yang saya inginkan maju ke konvensi capres, ya kalau tak Bu Ani, ya Pak Pramono Edhie. Karena Pramono, menurutnya punya track record baik, sekaligus IQ tertinggi di antara sesama prajurit militer seangkatannya,“ kata Nurhayati di Gedung DPR RI, Senayan, Senin (1/7).
Sedangkan mengenai stigma publik yang mencap Demokrat sebagai partai keluarga, Nurhayati mengatakan pandangan itu sesuatu yang wajar. “Partai politik lain kan begitu. Ini tidak bisa dinafikan. Itu bukan lari dari demokrasi, bukan berarti mengkerdilkan demokrasi,” tutur Nurhayati.
Sebagaimana diketahui, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Demokrat kemarin, Pramono Edhie langsung ditetapkan sebagai anggota Dewan Pembina Partai. Saat ini, SBY masih menjabat ketua umum menggantikan Anas Urbaningrum. Sementara Sekjen dijabat Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu SBY. (dms)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Minta Jamaah Lansia Diprioritaskan
Redaktur : Tim Redaksi