jpnn.com - JAKARTA - Masyarakat ekonomi kelas menengah diimbau untuk berada di garis depan dalam mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, mereka pula yang selama ini paling dirugikan oleh subsidi BBM.
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri mengatakan, subsidi BBM menyebabkan reaksi berantai yang berujung kepada naiknya suku bunga bank. Dampaknya, katanya, paling dirasakan oleh kelas menengah.
BACA JUGA: HET Elpiji 3 Kilogram Diusulkan Naik
"Suku bunga bank naik otomatis konsumsi kita (kelas menengah) menurun. Cicilan semua jadi makin mahal," kata Faisal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (7/9).
Dijelaskannya, subsidi BBM yang nilainya ratusan triliun telah menyebabkan pemerintah mengalami defisit anggaran. Untuk menutupnya, pemerintah terpaksa mencari pinjaman ke masyarakat dengan menerbitkan surat berharga seperti obligasi dan sukuk.
BACA JUGA: Dobel Track Selatan mulai 2015
Faisal menilai langkah pemerintah itu membuat bank kesulitan menarik dana dari masyarakat. Akhirnya, langkah menaikkan suku pun diambil sebagai satu-satunya solusi.
"Defisit APBN karena subsidi BBM juga membuat rupiah lemah terus. Kelas menengah kan banyak mengonsumsi barang impor, akibatnya harga-harga kamera, gadget, laptop semua naik. Lah, kan malah rugi mereka," lanjut Faisal.
BACA JUGA: Pencabutan Subsidi BBM untuk Ekonomi Indonesia Lebih Maju
Lebih lanjut Faisal mengatakan, sudah saatnya kelas menengah mensosialisasikan dampak negatif subisidi BBM. Menurutnya, akses terhadap teknologi informasi yang dimiliki kelas menengah akan sangat bermanfaat dalam mengedukasi masyarakat.
"Masyarakat kelas menengah ini kan banyak dan suaranya paling keras. Karena mereka punya media sosial," pungkasnya.(dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Perumahan Tidak Berizin
Redaktur : Tim Redaksi