jpnn.com - BANDUNG - Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah bahasa daerah terbanyak di dunia. Sedikitnya ada 617 bahasa daerah yang telah teridentifikasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud).
Meski begitu, pelestarian bahasa daerah belum sesuai dengan yang diharapkan, bahkan kondisinya semakin memprihatinkan. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, ada 15 bahasa daerah yang sudah dinyatakan punah. Sementara sebanyak 139 bahasa daerah berstatus terancam punah.
BACA JUGA: Tenang Aja..Program Sertifikasi dan Tunjangan Profesi Guru Tetap Berjalan
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Suhendar mengatakan, banyak faktor yang membuat bahasa daerah punah. Berdasarkan hasil penelitian, salah satu penyebab punahnya bahasa daerah adalah pernikahan antar suku.
"Contohnya suku Sunda menikah dengan suku Bugis. Kemudian (suku Sunda) ikut ke Makassar hidup puluhan tahun, mungkin kemampuan bahasa Sundanya berkurang," kata dia usai menghadiri Kongres Bahasa Daerah Nusantara di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (2/8).
BACA JUGA: Mendikbud Pastikan Dua Program untuk Guru Tetap Berjalan
Penyebab lainnya adalah sikap dari masyarakatnya itu sendiri terhadap bahasa daerah. Masyarakat seharusnya berupaya menuturkan bahasa daerah yang dimiliki, meski berada di luar daerahnya. "Paling utama adalah sikap penutur bahasa sendiri terhadap bahasa daerah. Jadi sebagai orang Sunda, saya bersama teman-teman asal Sunda juga masih menggunakan Bahasa Sunda meski lagi di Jakarta," ucapnya.
Agar bahasa daerah tetap terjaga seperti yang diamantkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, dia mengingatkan pemerintah agar membina bahasa daerah supaya tidak punah. "Banyak kita lakukan pengembangan dan pelindungan bahasa daerah. Kan menurut undang-undang, pemda wajib membina bahasa daerah bekerja sama dengan lembaga kebahasaan," ujarnya.
BACA JUGA: Dadang: Turki tak Boleh Campuri Urusan Pendidikan Kita
Selain itu, pihaknya juga telah memerintahkan 30 balai dan kantor bahasa di seluruh Indonesia untuk mengusulkan kosa kata baru. Selain upaya melestarikan bahasa daerah, langkah ini juga sebagai upaya memperkaya kosakata bahasa Indonesia. "Karena sampai saat ini dari ratusan bahasa daerah yang telah teridentifikasi baru 201 (bahasa daerah) yang telah dikamuskan," katanya.
Kongres Bahasa Daerah Nusantara sendiri merupakan kegiatan yang digelar Pemprov Jawa Barat. Agenda yang mengambil tema 'Peranan Bahasa Daerah Nusantara dan Mengokohkan Jatidiri Bangsa'ini merupakan yang pertama kalinya digelar di Indonesia.
Kongres inipun sebagai cara dan upaya yang dilakukan Pemprov Jabar dalam melestarikan bahasa daerah. Terlebih, di Jabar terdapat Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah yang harus dijalankan. Sebanyak 225 peserta hadir yang terdiri dari pakar, sastrawan, dan mahasiswa.
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, kongres ini sangat positif karena mengandung spirit untuk menjaga bahasa daerah sebagai bahasa yang merepresentasikan jati diri bangsa. Deddy berharap, dengan adanya kongres ini, menjadi modal pemerintah dalam mendokumentasikan beragam bahasa yang ada di Indonesia, baik yang masih ada maupun yang terancam hilang.
"Kan ratusan (bahasa yang terancam punah), tadi 139 kalau data dari Dikbud. Tapi kalau dari salah satu situs ada 169 yang terancam punah," ujarnya. Selain menggelar kongres, Yayasan Budaya Rancage menganugerahkan hadiah sastra Rancage untuk sastrawan Sunda, Jawa, Bali, dan Batak, serta hadiah Hardjapamekas untuk guru bahasa Sunda tingkat SD, SMP, dan SMA. (agp/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala Sekolah Bantah Terima Dana dari Turki
Redaktur : Tim Redaksi