Sudah 73 tahun tapi Kalau Daftar Taruna Lagi Masih Bisa

Sisi Lain dari Berpulangnya Mantan Wagub NTT, Mayjen (Purn) S.H.M. Lerrick (1)

Sabtu, 24 Juni 2017 – 02:35 WIB
Mantan Wakil Gubernur NTT, Alm. Mayjen (Purn) S.H.M. Lerrick ( Foto: Facebook

jpnn.com, KUPANG - MENDIANG Mayjen (Purn) S.H.M. Lerrick terkenal sangat disiplin dalam melakoni pola hidup sehat. Dia juga rutin memeriksa kondisi kesehatannya.

OBED GERIMU - Jakarta

BACA JUGA: Pak Jenderal, Selamat Bertemu dengan Istri Tercinta

JOICE LERRICK, putri kedua almarhum merasakan kejutan yang luar biasa.

Itu karena ayahnya yang terkenal sehat tiba-tiba meninggal tanpa penyebab yang pasti.

Mantan Wagub NTT dan Danrem 161 Wira Sakti Kupang itu dimata anaknya tak pernah terlihat sakit dan loyo. Dia terus semangat dalam berbagai aktivitasnya.

"Papi ini terkenalnya sehat. Semangat terus," kata perempuan yang biasa disapah Jessy itu.

Ia terus merenung dalam ketidakpastian akan penyebab kematian ayahnya. "Karena teman papi yang satu leting itu tau sekali papi itu tidak sakit," ujar perempuan berhijab itu seperti dilansir Timor Express (Jawa Pos Group).

"Tapi apakah papi kena serangan jantung? Tadi saya masih berpikir seperti itu. Tapi nggak ada riwayat sakit," lanjutnya.

Ibu satu anak itu katakan, disiplin ayahnya tidak bisa dilawan. Setiap hari tertib bangun pagi pukul 03.30 WIB dan tidur malam tepat pukul 20.30 WIB.

"Nggak usah pakai alarm juga pasti bangun. Kalau malam pengen nonton sepak bola pukul 20.00, tapi pukul 20.30 papi tidur," kenangnya.

Almarhum menurut Jessy juga rutin setiap tiga bulan sekali melakukan cek darah dan enam bulan sekali cek lengkap sampai stres treadmill dengan hasil selalu sempurna.

"Dokter sampai bilang bapak ini kan pensiunan. Sudah 73 tahun tapi kalau daftar taruna lagi masih bisa. Itu karena hasilnya memang bagus," ungkap dia.

Namun sebagai umat beragama, Jessy percaya semua yang terjadi merupakan kehendak Ilahi.

"Sudah kehendak-Nya. Papi telah menyelesaikan pertandingannya di dunia dengan sempurna. Sesuai yang dia inginkan yaitu ada dalam suasana senang di lapangan golf bersama sahabat-sahabat terbaiknya," kata dia.

Sementara, Selvia Antoneta Lerrick, putri sulung almarhum mengaku sebelum meninggal, ia tahu betul ayahnya sangat senang dan bersemangat ingin bermain golf bersama dua sahabatnya, Irjen Pol (Purn) M.D. Primanto dan Mayjen TNI (Purn) Sebastian Sumarsono.

"Dari persiapan semua, saya tahu betul papi itu senang banget," sebut dia.

Selly katakan Sumarsono adalah sahabat ayahnya. Karena sesama Kristen, sehingga pada bulan puasa, saat teman-temannya yang Islam berpuasa, almarhum biasa mengajak yang tidak berpuasa untuk bermain golf bersama.

Sejak seminggu yang lalu kata Selly, ayahnya mengaku sangat rindu bermain golf dengan dua sahabatnya itu.

"Sebenarnya ayah tau om Primanto itu luar biasa sibuknya. Sejak minggu lalu papi sudah seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu. Pulang dari kantor baru lepas sepatu sudah SMS temannya untuk janjian main golf," cerita Selly.

"Papi SMS om Primanto, tanya kamu di mana sih, koq susah banget. Papi bilang pengen main golf. Sampai dengan minggu kemarin pulang dari gereja rutenya selalu sama. Dua belas tahun enam bulan sejak mami tidak ada, rutenya sama. Pulang gereja dari Halim langsung ke makam mami di Pondok Rangon. Setiap minggu untuk mami," imbuh Selly.

Sampai di makam mami, lanjut Selly, mereka biasa menyiram air mawar, termasuk pada makam di sampingnya karena tampak tak terawat. Bagi dia makam di kiri dan kanan itu yang menjaga maminya.

"Sambil siram air mawar kadang kita bergurau. Biasanya saya ngadu ke mami, papi ini sibuk sekali dan nakal. Terus papi biasanya bilang yang nakal sebenarnya Selly. Jadi kita selalu bergurau dan itu setiap minggu," kenang Selly.

Minggu kemarin, lanjut Selly, papinya bilang, setelah dari makam mami mereka langsung ke rumah Sumarsono, katanya istri sahabatnya itu sakit.

Sampai di rumah Sumarsono, setelah membesuk, kedua purnawirawan TNI AD bintang dua itu lanjut ngobrol dan almarhum tanyakan lagi waktu bermain golf bersama.

"Aku kangen sekali (main golf). Itu yang dikatakan papi berulang-ulang," ungkap perempuan yang menjalani bisnis kosmetik itu.

Sampai pada Selasa (13/6), almarhum menghubungi Primanto, dan sahabatnya itu mengaku berada di Jakarta.

Almarhum juga menanyakan kapan mereka bisa bermain golf bersama. "Om Primanto bersedia hari Jumat. Terus ayah usul di Halim 1, tapi sepakatnya ke lapangan Geulis Bogor," sebut dia.

Setelah pasti waktunya, almarhum tampak semakin senang. Selly melihat sang ayah seperti seorang anak kecil yang mendapatkan iming-iming sesuatu dan dia yakin sekali akan mendapatkannya.

"Itu yang saya lihat. Dua hari kemudian papi pulang bawa satu stick golf. Katanya dikasih teman kantor. Papi senang sekali dan nyetel stick itu. Semuanya papi siapkan untuk main golf hari Jumat," katanya.

Tiba saatnya, pada Jumat pagi seperti biasa almarhum bangun pukul 03.30 lalu memanaskan mobil serta mengecek semua yang ada di mobil agar siap berangkat.

"Papi cek oli dan segala macam. Biasanya pukul 05.00 baru berangkat. Tapi saat itu sudah siap pukul 04.43. Saya tanya apakah tidak kepagian. Tapi dia bilang sudah pas. Terus saya bilang portalnya belum buka sambil nengok ke portal tapi koq tumben sudah buka. Biasanya kalau belum pukul 05.00 belum buka. Tapi saat itu sudah buka sehingga dia langsung berangkat," urai Selly.

Setelah almarhum pergi bermain golf, Selly mengaku kembali dengan rutinitas pagi, dan sekira pukul 10.30 WIB ia menelpon adiknya Jessy di Kupang.

Dari ngobrol biasa sampai keduanya bisa ketawa yang rasanya ada sesuatu yang lucu tetapi membuat keduanya senang.

"Seharusnya hari Jumat itu, saya dan papi ke Kupang. Karena adik mau lebaran dan papi semangat sekali. Dia bilang kalau sudah sampai di sana bisa buat ini dan itu. Papi juga bilang nanti sekalian tengok kuburnya opa dan oma," sebut Selly.

Menurut dia, saat mau mengakhiri obrolan, selalu ada yang lucu sehingga membuat keduanya tertawa lagi.

Dan setelah tutup telepon, sekira 10 menit kemudian Primanto menelponnya.

"Sambil lihat HP saya pikir kenapa om Primanto telepon. Tapi saya nggak mau angkat karena android saya biasanya kalau diangkat mati. Jadi saya biarkan," kata dia.

Selly yang tanpa firasat sedikit pun hanya bertanya dalam hati kenapa Primanto menelponnya.

"Om Primanto kadang kalau lagi main golf suka telepon iseng. Biasa tanya, nanti pulang mau dibawain makanan apa. Atau bilang papi koq mainnya bagus banget. Memang om Primanto suka bergurau," sebut dia.

Walau Primanto sudah dua kali menelponnya, Selly belum mau menjawab. Dan tiba-tiba masuk SMS yang memintanya agar mengangkat telepon.

"Karena telepon saya nggak angkat, om Primanto SMS bilang, "Selly teleponnya diangkat. Penting". Saya langsung telepon dengan nomor lain. Om Primanto hanya bilang papa. Saya bilang papa siapa, karena saya biasanya panggil papi. Terus dis bilang om Lerrick. Terus saya bilang kenapa, ada apa dengan papi? Kan papi main golf dengan om. Si om tarik napas sebenar lalu bilang papi udah nggak ada," ungkapnya.

Selly mengaku tidak pernah berpikir ayahnya akan pergi untuk selama-selamanya. Dalam hati ia menyangkal bahwa tidak mungkin ayahnya meninggal.

"Om Primanto hanya bilang papi udah nggak ada dan lagi di RSUD Ciawi. Saya masih belum bisa nyambung dan nangis. Saya masih diam dan ngomong sendiri, mungkin salah ngomong. Om Primanto bilang lagi saya harus kuat," tuturnya.

Selly mengaku saat menerima kabar ayahnya telah tiada, ia hanya bisa diam terpaku. Ia tak menyangka setelah bercandatawa beberapa menit lalu, ia harus kembali menghubungi dan memberitahu kabar dukacita itu kepada adiknya.

"Saya angkat telepon dan tidak tau harus ngomong apa. Tapi saya harus jujur sama adik. Waktu saya telepon, adik bilang apa lagi. Apa yang kurang lagi sambil dia ketawa-ketawa. Di situ saya langsung nangis dan sampaikan kematian papi," ungkap Selly sembari menambahkan sejak kecil hingga sekarang ayahnya selalu berpesan agar mereka rajin berdoa dan melakukan yang terbaik untuk Tuhan.(*)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler