jpnn.com, JAKARTA - Pelibatan TNI dalam pengejaran terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora, mutlak dilakukan. Alasannya, pengejaran terhadap kelompok teroris yang telah memenggal seorang peladang dan menembak dua anggota Brimob 31 Desember lalu, hingga kini tak kunjung ada hasilnya.
Perlu diketahui, operasi pengejaran kelompok MIT dilakukan sejak 2015. Awalnya nama operasi tersebut Cama Maleo, namun pada 2016 operasi tersebut berganti nama menjadi Operasi Tinombala. TNI mulai dilibatkan dalam pengejaran setelah hampir setahun pengejaran yang dilakukan kepolisian belum maksimal.
BACA JUGA: MIT Tergolong Teroris Tamkin, Harus TNI yang Bereskan
Pascapelibatan TNI, mulai banyak anggota MIT yang tertangkap. Dari 28 orang menjadi tersisa 4 orang, yang puncaknya tewasnya pimpinan MIT Santoso alias Abu Wardah. Santoso tertembak oleh Tim Alfa 29 Kostrad, salah satu pasukan yang diterjunkan TNI.
Namun, mulai 2018 lalu, Operasi Tinombala hanya melibatkan personel dari Polda Sulawesi Tengah (Sulteng). Langkah tersebut ternyata membuat MIT yang kini dipimpin Ali Kalora bisa berulah dengan memenggal kepala seorang warga dan menembak dua polisi.
BACA JUGA: Polri Yakini Kekuatan Teroris Ali Kalora Cs Tinggal 10 Orang
Pengamat Terorisme Al Chaidar menuturkan bahwa kesulitan medan pengejaran, serta karakter MIT yang merupakan teroris tamkin atau berdasarkan teritori yang paling menghambat. ”Beda dengan kelompok teror biasa yang fleksibel bergerak dan tidak memahami geografis,” ujarnya.
Teroris tamkin, lanjutnya, biasanya berasal dari daerah tersebut. Sehingga, sangat mengenali wilayah, baik hutan, jalan tikus hingga lokasi yang menguntungkan untuk melakukan penyerangan. ”Masalahnya, polisi tidak sepeka TNI dalam hal geografis dan teritori,” paparnya.
BACA JUGA: Terkendala Cuaca, Polisi Kesulitan Buru Kelompok Teroris MIT
Bila tidak melibatkan TNI untuk menuntaskan MIT, bisa jadi pengejaran ini akan berlarut-larut. Tenang sebentar, lalu meletup kemudian. ”Apakah semua mau begitu terus. Satu per satu warga dan anggota Polri berguguran adalah risikonya,” ujarnya.
Mau tidak mau, maka pengejaran total melibatkan TNI ini menjadi sangat urgen. Sudah empat tahun lebih pengejaran dilakukan. Tapi, kelompok ini setelah berkurang drastis jumlah anggotanya, malah bisa bertambah. ”Ini sangat merugikan semua,” paparnya.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menuturkan bahwa Polri telah mengirimkan bantuan personil untuk mengejar kelompok tersebut. Artinya, saat ini Polda telah mendapatkan tambahan tenaga. ”Jumlahnya banyak,” ujarnya.
Yang perlu dipahami, Polda mendapatkan bantuan personil karena saat ini sedang terbelah. Membantu pemulihan pascabencana gempa Palu, lalu ternyata ada pemenggalan yang dilakukan MIT. ”Itulah mengapa ditambah,” terangnya.
Soal pelibatan TNI, dia menuturkan bahwa tidak menutup kemungkinan pengejaran tersebut melibatkan TNI. Hal tersebut sedang dalam pertimbangan. ”Kalau memang perlu ya dilibatkan,” terang jenderal berbintang satu tersebut. (idr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satgas Tinombala Temukan Tiga Bom Milik Kelompok Teroris MIT
Redaktur & Reporter : Soetomo