Suhendra: Pilpres 2019 Ibarat Pertarungan Pandawa Vs Kurawa

Kamis, 26 Juli 2018 – 19:10 WIB
Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara Suhendra Hadi Kuntono. Foto: Ist for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bak Duryudana, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Partai Demokrat yang juga mantan Presiden RI, terus menggalang kekuatan untuk melawan petahana Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Setelah bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang sempat diasumsikan publik sebagai “seteru bebuyutan”, sehari kemudian SBY bertemu Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, Rabu (25/7/2018). Setelah ini SBY akan bertemu Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.

BACA JUGA: Uji Materi Jabatan Wapres di MK Dianggap Langkah Mundur

“Bak si sulung Kurawa, SBY menggalang kekuatan adik-adiknya untuk bertempur di padang Kurusetra melawan Pandawa dalam perang Bharatayuda. Pilpres 2019 ibarat peperangan Pandawa versus Kurawa,” ungkap tokoh nasional yang juga Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara Suhendra Hadi Kuntono dalam rilisnya, Kamis (26/7/2018). Anggota Pujakessuma Nusantara sekitar 23 juta orang.

Dalam kisah Mahabharata, Duryudana adalah putra sulung Drestarasta-Dewi Gandari dari dinasti Kuru, sehingga keturunannya disebut Kurawa. Duryudana punya adik 99 orang, adik pertama bernama Dursasana.

BACA JUGA: Cak Imin: Parpol Koalisi Tetap Solid Mengusung Jokowi

Adapun Pandawa adalah lima anak dari Pandu-Dewi Kunti yang bernama Puntadewa atau Yudistira, Bima atau Wrekudara, Arjuna atau Janaka, dan si kembar Nakula-Sadewa. Pandawa adalah protagonis dan Kurawa adalah antagonis. Dalam perang Bharatayuda, Pandawa akhirnya keluar sebagai pemenang berkat kecerdikan Sri Krishna, seorang dewa yang menjelma sebagai manusia.

SBY yang kini berusia 69 tahun, kata Suhendra, lebih senior daripada Prabowo (67), Zulkifli (56) maupun Sohibul (53), maka wajar bila SBY “dituakan”, sehingga Prabowo dan Zulkifli-lah yang berkunjung ke rumah SBY di kawasan elite Kuningan, Jakarta Selatan.

BACA JUGA: Rommy: Terima Kasih SBY

“Apalagi SBY mantan Presiden,” cetus Suhendra yang juga Ketua Dewan Pembina Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) yang anggotanya para perangkat desa dari 73 ribu desa di seluruh Indonesia.

Mengapa Jokowi beserta partai politik pendukungnya, yakni PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Hanura diasumsikan sebagai Pandawa, sedangkan SBY dengan Partai Demokrat beserta calon mitra koalisinya, yakni Gerindra, PAN dan PKS diasumsikan sebagai Kurawa, menurut Suhendra, karena pemerintahan Presiden Jokowi-Wapres Jusuf Kalla sudah on the right track atau di jalur yang benar. Sementara Demokrat, Gerindra, PAN dan PKS hanya rajin mengkritik tapi tak bisa menawarkan solusi.

“Karakter Demokrat dan Gerindra Cs seperti Kurawa, sehingga yang timbul adalah kegaduhan,” tukasnyaujar Suhendra sembari menambahkan, karena Jokowi on the right track itulah maka Pujakessuma Nusantara dan PPDI pun akan mendukung Jokowi pada Pilpres 2019. “Ini berdasarkan pertimbangan akal sehat,” tegasnya.

Suhendra juga belum yakin koalisi Demokrat, Gerindra, PAN dan PKS akan terwujud, bahkan sebaliknya bisa-bisa mereka ibarat “rebut balung tanpa isi” (berebut tulang tanpa sumsum) alias sia-sia belaka.

“Terbukti, pertemuan SBY-Prabowo dan SBY-Zulkifli tidak secara konkret menghasilkan koalisi, karena masing-masing parpol punya cawapres sendiri-sendiri. Katakanlah Prabowo capres, lalu cawapresnya siapa? Demokrat menyodorkan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), PAN menyodorkan Zulkifli, dan PKS menyodorkan sembilan kadernya. Sulit untuk mencari titik temu. Bisa jadi di detik-detik terakhir Demokrat, PKS atau PAN justru mendukung Jokowi. Itulah politik, tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi kepentingan,” paparnya.

Di sisi lain, lanjut Suhendra, sebagai sesama “king maker”, SBY bisa saja akan kembali kalah dengan kecerdikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang ia asumsikan sebagai Sri Krishna, sebagaimana pada Pilpres 2014.

“Kalau kekeh menyodorkan AHY, bisa jadi calon mitra koalisi Demokrat akan kabur. Kecil pula kemungkinan Prabowo mengambil AHY sebagai cawapres karena sama-sama berlatar TNI sehingga tak akan memperluas ceruk pemilih,” tandasnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiai Maruf Amin Mau Saja Jadi Cawapres Jokowi, Tapi...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler