jpnn.com, JAKARTA - Kandidat Ketua Tim Pemenangan petahana Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Maruf Amin sebagai pasangan calon presiden-wakil presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kini mengecurut ke dua nama, yakni Wakil Presiden Jusuf Kalla dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD. Namun, dikhawatirkan keduanya justru bisa menjadi kuda Troya. Apalagi Jokowi-Ma’ruf akan berhadapan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai pasangan capres-cawapres yang tak bisa dipandang remeh.
“Selamatkan Jokowi dari kemungkinan munculnya kuda Troya,” ungkap Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara Suhendra Hadi Kuntono dalam rilisnya, Senin (13/8/2018).
BACA JUGA: Kubu Prabowo - Sandi Belum Satu Suara soal Tim Pemenangan
JK, kata Suhendra, sesungguhnya hendak maju kembali sebagai cawapresnya Jokowi, namun terhalang konstitusi. Maka, katanya, ketika Partai Perindo mengajukan judicial review (uji materi) ke MK atas Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu terhadap Pasal 7 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, supaya JK yang sudah menjabat Wapres selama dua periode (2004-2009 dan 2014-2019) dapat maju kembali sebagai cawapres bagi Jokowi, JK pun mengajukan diri sebagai pihak terkait ke MK.
“Sayangnya, sampai pendaftaran capres ditutup KPU (Komisi Pemilihan Umum) pada 10 Agustus 2018, MK tak kunjung menyidangkan judicial review itu,” jelasnya.
BACA JUGA: Pilpres 2019: Prabowo Susah Tidur Sebelum Tes Kesehatan
Akhirnya, kata Suhendra, Jokowi pun memilih Mar’uf Amin sebagai cawapresnya, namun pemilihan Maruf pun merupakan jalan kompromi setelah sebelumnya sosok yang dijagokan Jokowi, Mahfud MD, ditolak parpol koalisi, terutama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“Jadi, selain JK, Mahfud pun berpotensi menjadi kuda Troya akibat kekecewaan mereka,” papar Suhendra yang juga sesepuh Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI).
BACA JUGA: Pilpres 2019: Prabowo, Tentara Takut Jarum Suntik
Jokowi, lanjut Suhendra, tentu tak lupa ketika JK pada detik-detik terakhir pencalonan Pilkada DKI Jakarta 2017 menyodorkan nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur berpasangan dengan Sandiaga Uno kepada Prabowo Subianto, dan akhirnya Anies-Sandi menang melawan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang didukung Jokowi.
“Masuk akal bila kini JK masih ragu-ragu menerima tawaran Jokowi sebagai ketua tim pemenangan. Kalau sejak awal sudah ragu-ragu, mengapa dipaksakan? Bukankah ia juga bisa menjadi kuda Troya?” tanya pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, 50 tahun lalu ini.
Adapun Mahfud, dinilai Suhendra, tidak cocok menjadi ketua tim pemenangan Jokowi-Maruf, karena sudah terbukti gagal ketika menjadi ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014. “Kapabel dalam bidang hukum ketatanegaraan di meja persidangan, belum tentu kapabel dalam percaturan politik di lapangan,” tukasnya.
Apakah dirinya siap jika ditunjuk menjadi Tim Pemenangan Jokowi-Maruf, secara lugas Suhendra mengaku siap. Apalagi ia sudah memiliki bekal massa yang besar, yakni Pujakessuma Nusantara yang beranggotakan 23 juta orang di seluruh Indonesia, dan PPDI yang berangotakan semua perangkat desa dari 73 ribu desa di seluruh Indonesia. “Dengan mengucap bismillah, inyaallah saya siap,” tandasnya.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak yang Kecewa Pilihan Jokowi, Golput Bakal Tinggi?
Redaktur & Reporter : Friederich