Suka Duka Relawan Tangani Orang dengan Gangguan Jiwa

Rabu, 22 Maret 2017 – 20:54 WIB
Ilustrasi pasung

jpnn.com, KEDIRI - Tidak semua orang rela bersentuhan dengan penderita gangguan jiwa. Apalagi sampai mengurusnya dan mengantar berobat secara cuma-cuma.

DINA ROSYIDHA, Kediri

BACA JUGA: Gangguan Kecemasan, Novi Dibuang di Jembatan

---

Sepintas tidak ada yang aneh dengan pembawaan Sam (bukan nama sebenarnya).

Pemuda 26 tahun yang tinggal di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, itu sesekali bisa diajak berkomunikasi oleh orang-orang di sekitar.

Namun, jika diperhatikan secara cermat, jawaban yang dia sampaikan itu melantur. Sam sering berbisik-bisik sendiri.

Dia didiagnosis sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Sabtu lalu (18/3) Tim Khusus (Timsus) 87 mendatangi rumahnya. Angka 87 adalah kode untuk orang dengan gangguan jiwa.

Heri Nurdianto, relawan anggota Timsus 87 itu mencoba mengajak Sam berbincang.

Saat dikunjungi, diketahui Sam belum meminum obat sama sekali. Padahal, obat tersebut diberikan tiga hari sebelumnya.

''Aku gak butuh obat ngene iki," ujar Sam menolak meminum obat dari puskesmas tersebut.

Sam menolak meminum obat itu karena dia sudah mencari informasi di internet bahwa obat tersebut untuk mengobati gangguan kejiwaan.

''Jajal browsing-en, obat kuwi kanggo mentalitas karo psikis,'' terangnya kepada Heri.

Tidak hanya mengaku tahu kegunaannya, dia juga tidak mau meminum obat tersebut karena dipercaya sudah kedaluwarsa.

Itu ditunjukkan dari sebuah tanggal yang tertera di kertas kecil yang berisi catatan obat yang ditulis petugas puskesmas.

Dengan sabar, Heri menunjukkan tanggal kedaluwarsanya. ''Tanggal kedaluwarsanya iki lho, di bungkusnya. Yang di kertas ini tanggal pemberian obat,'' jelas Heri yang kala itu didampingi anggora Timsus 87 yang juga personel Babinkamtibmas Kelurahan Ngampel Aiptu Komaruzaman.

Bukan sekali ini Heri dan Timsus 87 menangani ODGJ. Hingga kini, tim sudah menangani sekitar lima orang.

Timsus dibentuk oleh relawan-relawan sosial karena merasa iba dengan keberadaan ODGJ yang tidak mendapat perhatian.
''Relawan kami berasal dari Kelurahan Ngampel dan Gayam,'' ungkapnya.

Meski terbentuk setahun lalu, banyak pengalaman kurang menyenangkan yang dialami tim relawan.

Sebab, tidak mudah mengendalikan ODGJ. Apalagi jika mereka tiba-tiba membawa senjata tajam.

''Saya pernah hampir dibacok,'' ujar Komar -sapaan karib Aiptu Komaruzaman- kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Bukan hanya itu. Timsus 87 juga pernah kewalahan mengendalikan dua ODGJ. Mereka adalah Ka, 38, dan Men, 37.

Meski mengalami gangguan jiwa, ada rasa ketertarikan Men sebagai laki-laki kepada Ka. Begitu pula sebaliknya.

Ka sebagai perempuan juga tertarik kepada lawan jenis. Makanya, mereka tidak mau dipisah meski harus menjalani pengobatan.

''Perilakunya macam-macam. Jadi, kami harus sabar sekali mengurus mereka,'' tutur Endah Lukito Rini, salah seorang relawan asal Kelurahan Gayam.

Meski berat dan tidak mendapat apa-apa, Rini ikhlas. Dia sering tersentuh ketika tahu ada ODGJ telantar.

Upaya Timsus 87 pun tidak selalu berjalan mulus. Sering ditemui banyak hambatan justru datang dari keluarga penderita.
Mereka menganggap anggota keluarganya baik-baik saja.

''Padahal, dari tanda-tandanya, orang tersebut jelas mengalami gangguan jiwa,'' ujarnya. (*/ndr/c4/diq/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler