jpnn.com - Mengecek pintu untuk memastikan sudah terkunci memang wajar. Tapi, jika cek dan ricek tersebut dilakukan terus-menerus, bahkan bisa tiga kali lebih, hal itu harus diwaspadai. Bisa jadi, sebenarnya ada gangguan kejiwaan ringan. Itu biasa disebut dengan obsessive compulsive disorder (OCD).
Dokter Spesialis Jiwa dr Didi Aryono Budiyono SpKJ(K) mengungkapkan bahwa obsessive diartikan sebagai isi pikiran. Sementara itu, compulsive adalah kegiatan yang dilakukan sebagai bagian dari perintah isi pikiran si penderita. Disebut disorder karena ada gangguan pada isi pikiran dan kelakuan si penderita.
BACA JUGA: Wanita yang Nggak Suka Yogurt Rugi Deh
’’Pada taraf yang ringan, umumnya penderita tidak sadar karena mereka menganggap kelakuannya itu normal,’’ ujarnya.
Misalnya saja, mengecek apakah jendela dan pintu sudah dikunci atau belum beberapa kali. Memang cukup wajar jika pengecekan dilakukan satu atau dua kali. Namun, pada penderita OCD, dia harus mengecek berkali- kali.
BACA JUGA: Come On Guys, Indofest Tebar Banyak Diskon
Jika itu tidak dilakukan, ada dorongan di dalam pikirannya yang membuatnya tidak tenang. Bahkan, tidak jarang mengunci pintu itu dilakukan berulang-ulang hingga dia merasa lelah sendiri. Didi menjelaskan bahwa pada orang dengan OCD, ada sesuatu yang ”korslet” di sirkuit pemikirannya.
Karena itu, dia terus mengulang sesuatu yang sebenarnya sudah dikerjakan. Korsleting tersebut bisa parah, bisa juga ringan. Jika hanya sampai pada taraf obsessive, keinginan untuk mengulang sesuatu itu hanya timbul di pikiran. Tapi, tidak sampai dikerjakan. Namun, jika sudah obsessive compulsive, ada efek, yaitu mengerjakan sesuatu secara berulang tadi.
BACA JUGA: Pecinta Kegiatan Outdoor dan Petualang Pasti Suka Ini!
Jika cukup parah, itu bisa sampai psikosis. Misalnya saja, penderita OCD tidak suka seseorang. Maka, di pikirannya akan muncul terus-menerus cara untuk menghindari orang yang tidak disukainya tersebut. Bahkan, mungkin bisa muncul pemikiran untuk menghilangkan orang yang tidak disukainya itu yang berujung pada pembunuhan.
OCD umumnya terjadi pada orang yang sangat perfeksionis. Biasanya, jika dalam keluarga ada penderita OCD, itu bisa ”menular” kepada anggota keluarga yang lain. Misalnya saja, ayah atau ibunya penderita OCD pada kebersihan. Mau tidak mau, kelakuan orang tuanya itu bakal ditiru anaknya. Akhirnya, si anak juga menderita OCD.
Meski begitu, OCD tetap bisa disembuhkan. Yaitu, melalui pemberian obat dan terapi perilaku. Awal terapi memang cukup sulit. Jika pasien konsisten berobat dan melakukan terapi, penyakit tersebut bisa disembuhkan. (jp/pda)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rasakan 5 Tanda ini? Bisa Jadi Anda Kuasai Indera Keenam
Redaktur : Tim Redaksi