Sukamta: Kebebasan tanpa Batas Memicu Ketidakstabilan Negara, Swedia Contoh Terbaru

Selasa, 19 April 2022 – 22:25 WIB
Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR Sukamta menyoroti kebebasan tanpa batas yang terjadi di Swedia baru-baru ini. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR RI Sukamta menyebutkan, sikap anti-Islam dan islamofobia makin meluas. Hal ini dimanfaatkan politikus di berbagai negara untuk menarik perhatian.

Menurut dia, pemanfaatan terhadap narasi islamofobia untuk kepentingan politik merugikan hubungan sosial masyarakat.

BACA JUGA: Kemampuan Tempur KKB Makin Meningkat, Sukamta PKS Singgung Hal Ini

''Membuat ketidakstabilan kondisi negara. Swedia menjadi contoh paling terbaru,'' kata Sukamta, Selasa (19/4).

Anggota Komisi I DPR RI itu mengatakan, negara-negara di dunia harus mengubah pandangan, bahkan aturan perundang-undangan.

BACA JUGA: PBB Tetapkan 15 Maret Hari Memerangi Islamofobia, Sukamta PKS Merespons Begini

Terutama yang berkaitan dengan pemberian kebebasan tanpa batas atas dasar hak asasi manusia (HAM). Aturan tersebut tentu perlu diubah.

Terbukti, kata dia, kebebasan tanpa batas memunculkan kerusakan, kerusuhan, dan konflik sosial seperti yang terjadi di Swedia.

BACA JUGA: 8 Pegawai PTT Meninggal Dunia oleh KKB, Sukamta Bereaksi Begini

Di sisi lain, kata Sukamta, Indonesia harus memetik pelajaran dari kebablasan tanpa batas yang diterapkan negara asing.

"Harus jadi pelajaran bagi pemerintah Indonesia untuk menjaga kebebasan kehidupan bernegara yang berlandaskan nilai Pancasila. Bukan mendorong ke arah kebebasan ala Barat," tuturnya.

Sebelumnya, kerusuhan mengguncang Kota Linkoping di Swedia, Kamis (14/4).

Pemicunya ialah rencana politikus anti-Islam, Rasmus Paludan, untuk menggelar aksi membakar Al-Qur'an.

Rencananya, pembakaran kitab suci umat Islam itu dilaksanakan pukul 15.30 waktu setempat. Namun, hingga pukul 17.00, aksi itu tak kunjung berlangsung.

Rasmus Paludan merupakan politikus Partai Stram Kurs (garis keras).

Dia berencana menggelar aksi yang di dalamnya akan diisi pembakaran Al-Qur'an.

Namun, sebelum aksi itu berlangsung, kerusuhan terjadi. Huru-hara muncul di Distrik Skaggetorp, Linkoping.

Lebih dari 50 persen penduduk distrik itu lahir di luar Swedia. Pembakaran Al-Qur'an tak terlaksana karena polisi setempat sibuk mengatasi kerusuhan.

"Suasana menjadi kacau dan ada beberapa serangan terhadap polisi di lokasi kejadian," ujar Asa Willsund selaku juru bicara kepolisian setempat dalam wawancara dengan Sveriges Television (SVT). (ast/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Aristo Setiawan, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler