JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terus mengumpulkan berbagai fakta untuk mengungkap penyebab celakanya Sukhoi Superjet (SSJ) 100 di tebing 1 Gunung Salak. Terbaru, institusi pimpinan Tatang Kurniadi itu memastikan kalau kendaraan untuk Joy Flight Rabu (9/5) bukan pesawat utama alias cadangan.
Kepada Jawa Pos, Ketua penyelidik di KNKT untuk kasus Sukhoi, Mardjono Siswosuwarno memastikan hal itu setelah mengecek register pesawat. Seharusnya, pesawat yang digunakan untuk joy flight adalah burung besi dengan nomor 97005. "Pesawat itu yang didaftarkan ke berbagai pihak termasuk Kemhub, dan Kemlu," ujarnya.
Namun entah kenapa pesawat seharga USD 30 juta tersebut mengalami masalah setelah melakukan joy flight di Kazakhstan. Begitu tiba di Pakistan, tepatnya Kota Karachi, pesawat itu dilaporkan tidak bisa melakukan joy flight. Sayang, Mardjono sampai sekarang tidak tahu pasti apa masalah itu.
"Kami tidak diberitahu, katanya ada sesuatu. Begitu saja," imbuhnya. Gara-gara itu, pesawat utama yang diproyeksikan untuk menyelesaikan rangkaian joy flight di Asia harus berhenti lebih dini. Sebab, Sukhoi Civil Aircraft Corporation, pabrikan yang membangun SSJ 100 memutuskan pesawat bernomor 97005 itu balik kandang.
Tidak mau penerbangan untuk demo tersebut berantakan, pabrikan akhirnya mengeluarkan pesawat pengganti. Nah, pesawat yang akhirnya menabrak tebing dengan 45 penumpang tersebut memiliki nomor berbeda. Setelah dicek, pesawat tersebut bernomor 97004 dan terbang dengan rute yang sama dengan sebelumnya.
Rute tersebut adalah Rusia, Kazakhstan, Pakistan, Myanmar, dan Jakarta. Mardjono juga menyebut kalau di beberapa negara tersebtu SSJ 100 sempat melakukan penerbangan. Untuk kondisi, dia memastikan pesawat pengganti itu prima. "Prima dalam arti layak terbang lho ya," tutur Guru Besar Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Saat disinggung apakah pesawat itu juga bermasalah seperti yang digantikannya, dia mengaku tak tahu pasti. Alasannya, proses penyelidikan kenapa pesawat itu bisa menabrak tebing masih dipelajari. Termasuk benar tidaknya peristiwa nahas itu terjadi karena human error atau kerusakan pesawat.
Bermasalahnya SSJ 100 bernomor 97005 tersebut menambah panjang daftar kerusakan pesawat SSJ 100. Seperti dilansir situs berita RIA Novosti, 19 Maret lalu SSJ 100 yang baru lepas landas dari Moskow menuju Astrakhan harus balik ke Moskow untuk mendarat darurat. Itu karena ada gangguan di bagian bawah pesawat yang mengangkut 65 penumpang.
Sebelumnya, SSJ 100 milik maskapai Aeroflot yang dioperasikan di Minsk, Belarusia, pada Desember lalu juga bermasalah. Bahkan, penerbangan komersial pertama Aeroflot dengan SSJ 100 21 April 2011 dari Yerevan, Armenia, ke Moskow, Rusia juga ada gangguan.
Meski demikian, Mardjono tidak mau berspekulasi terkait kondisi pesawat pengganti itu. Dia memilih untuk fokus pada penyelidikan Cockpit Voice Recorder (CVR) yang sudah dipegang KNKT. "CVR sudah dalam tahap transkrip. Sekarang tim sedang mendengarkan pembicaraan itu berulang kali," tandasnya.
Dia yakin proses pembacaan CVR bakal lebih cepat dari prediksi sebelumnya yang memakan waktu sekitar dua minggu. Sebab, salah satu bagian black box tersebut ternyata masih sangat bagus meski casing CVR gosong. "Saya baru saja dilapori. Untuk transkrip empat menit percakapan, butuh waktu 2 sampai 3 jam," terangnya.
Terkesan lama memang, tapi KNKT harus benar-benar memastikan apa yang dia catat sama persis dengan rekaman. Salah sedikit saja, bisa berakibat fatal yakni informasi tidak tersampaikan dengan sempurna. Setelah ini, transkrip tersebut akan diterjemahkan ke bahasa Inggris lantas Indonesia.
Sunaryo, Konsultan Bisnis PT Trimarga Rekatama, pihak yang mendatangkan Sukhoi ke Indonesia mengaku tidak tahu pasti terkait perbedaan pesawat tersebut. Dia mengaku kalau perusahaannya hanya menyebarkan undangan. Untuk perizinan, dia menyebut sudah dilakukan pihak Sukhoi sendiri. "Kami hanya menyebar undangan," terangnya.
Dia yakin kalau izin tersebut tidak ada masalah. Buktinya, joy flight kloter pertama sukses dilakukan. Kalau dinilai bermasalah, dia menegaskan otoritas berwenang seperti Kemhub tidak akan mengeluarkan izin. Tapi, dia mengaku tidak tahu pasti dengan pesawat SSJ 100 berikutnya.
Maksud Sunaryo adalah SSJ 100 yang saat ini dalam kondisi sedang dipesan beberapa maskapai Indonesia. Sebut saja Sky Aviation, Queen Air, hingga Kartika Airlines yang disebut-sebut sudah pesan 46 unit. "Pembelian juga belum ada update, masih berduka," ucapnya.
Sementara itu di Halim Perdanakusuma, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov mengatakan kalau pihaknya terus mendatangkan perlengkapan tambahan. Kali ini, yang datang adalah zat reagen kimia seharga USD 700.000 atau sekitar Rp 6,3 miliar. "Permintaan pemerintah Indonesia untuk membantu identifikasi korban," katanya.
Reagen mahal itu terdiri dari 17 zat kimia, di antaranya AmpFLSTR Human Identifier Plus, Human DNA Quantification Kit, POP 4 dan Gene Scan 500 LIZ. Ivanov menjelaskan, peralatan tersebut murni dibiayai pemerintah Rusia sebagai wujud keseriusan Moskow untuk membantu proses identifikasi.
Barang sebanyak itu diangkut pesawat charter dan dimasukkan ke lima kontainer khusus. Tujuannya, ke RS Polri Dr Sukanto Kramatjati, Jakarta Timur. Kontainer-konteiner khusus tersebut diperlukan untuk menjaga suhu udara dan didampingi petugas forensik untuk memastikan tidak ada kerusakan.
Ivanov juga memastikan kalau Rusia siap menggelontorkan dana sebesar-besarnya untuk membantu proses investigasi, evakuasi dan identifikasi korban SSJ 100. Namun, dia tidak tahu pasti berapa plafon anggaran tersebut, apalagi hingga saat ini ketiga proses itu masih terus berlangsung. "Kalau sudah selesai, akan kami publikasikan," jelasnya.
Dia mengatakan, wajar kalau Rusia bakal mengeluarkan dana besar. Sebab, pihaknya berkepentingan untuk tahu apa penyebab utama peristiwa nahas Rabu (9/5) itu . Dia ingin memastikan kalau tragedi joy flight SSJ 100 tidak akan merenggangkan hubungan Moskow - Jakarta.
Ketua Tim forensik Rusia Prof Andrey Kovalev menambahkan, 17 macam zat reagen tersebut mencukupi untuk seluruh proses identifikasi. Senada dengan sang dubes, Kovalev menegaskan kalau pihaknya siap memenuhi segala kebutuhan tim. "Kalau ada kekurangan, kami siap mendatangkan dari Rusia," urainya.
Bagaimana dengan lanjutan identifikasi korban? Dokter forensik DVI Polri AKBP dr Agung Wijayanto mengatakan kalau data pendukung dari pihak keluarga belum cukup kuat. Meski proses rekonsiliasi atas 15 korban sudah dilakukan, pihaknya tetap melakukan pemeriksaan DNA terhadap keseluruhan potongan tubuh korban. "Karena dari proses DNA masih ada yang belum selesai dan kemungkinan bisa bertambah jumlah jenazah yang bisa teridentifikasi," katanya.
Ketika ditanya soal potongan tubuh yang diterima tim DVI, Agung mengungkapkan bahwa sebagian besar potongan tubuh tersebut tidak dalam kondisi utuh. Artinya, meski berupa potongan, bentuknya tidak sempurna. Potongan tubuh paling besar berupa bagian pinggang ke atas.
Sementara yang lainnya, berupa bagian tubuh seperti potongan kaki, tangan, dan kepala. Karena itu, kata dia, sangat sulit jika akan dilakukan rekonstruksi. "Karena tidak akan bisa seperti semula. Tapi kalau keluarga korban bisa melihat jasadnya dalam kondisi tidak sempurna seperti itu ya kita usahakan," jelas Agung yang pernah menjadi tim DVI dalam insiden bom Bali itu.
Soal proses evakuasi korban yang resmi dihentikan, Anton mengungkapkan pihaknya menghormati keputusan Basarnas tersebut. Menurut dia, sudah merupakan hal yang wajar jika dalam proses evakuasi korban semacam ini, tidak semua korban bisa ditemukan. Apalagi, medan yang dihadapi tim evakuasi cukup berat.
"Dalam musibah seperti ini tidak selalu semua korban bisa ditemukan. Kita sangat menghormati tim evakuasi yang telah menempuh medan berat,"ujarnya. Namun, Anton menegaskan, saat ini tim DVI Polri masih melakukan pemeriksan lebih lanjut, diantaranya pemeriksaan DNA dan sidik jari. Sehingga, tidak menutup kemungkinan jumlah korban yang teridenfikasi akan bertambah, sekalipun tidak ada lagi potongan korban tambahan.
"Pasti akan ada tambahan korban yang teridentifikasi. Kita masih ada beberapa proses, salah satunya DNA. Pasti nanti akan nambah lagi," tegasnya.
Meski begitu, dia tidak memungkiri jika ada kemungkinan akan ada korban yang tidak teridentifikasi, sampai batas waktu proses identifikasi habis. Jika hal itu terjadi, maka para korban tersebut dinyatakan hilang alias missing person. Anton pun siap memberitahukan kepada pihak keluarga yang bersangkutan terkait hal tersebut. "Ya, kalau memang ada yang tidak diketemukan jasadnya atau potongan tubuhnya, kita terpaksa mengatakan kepada pihak keluarga apa adanya,"ujar dia.
Sementara itu, terkait hasil identifikasi atas ke-15 jenazah, pihak kepolisian belum mau membuka identitas masing-masing kobran tersebut. Sebab, pihak keluarga yang sanak keluarganya telah teridentifikasi, menolak jika identitas korban diumumkan kepada publik. "Mereka (pihak keluarga) 100 persen menolak diumumkan. Semuanya akan diumumkan nama-namanya bersamaan saat penyerahan jasad korban pada keluarga," imbuh Anton. (dim/ken/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejar Target 60 Persen Pemda Raih WTP
Redaktur : Tim Redaksi