Suku Arfak Gelar Temu Adat Sikapi Situasi Manokwari, Begini Hasilnya

Minggu, 01 September 2019 – 23:14 WIB
Tarian tumbuk tanah Suku Arfak saat menyambut kehadiran kepala suku pada Tatap Muka Masyarakat Adat Suku Arfak di Manokwari. Foto : ANTARA/Toyiban

jpnn.com, MANOKWARI - Suku Besar Arfak menggelar tatap muka masyarakat adat untuk menyikapi situasi keamanan di Kabupaten Manokwari, Papua Barat pada Minggu.

Pascakerusuhan yang terjadi di Manokwari pada 19 Agustus 2019, situasi keamanan di daerah tersebut belum 100 persen pulih.

BACA JUGA: Kapolda Papua Mengeluarkan 6 Maklumat, Tegas

Meskipun aktivitas masyarakat sudah berjalan lancar, tetapi kekhawatiran akan adanya aksi susulan masih menghantui warga.

BACA JUGA : Warga Manokwari Akan Demo Lagi, Kapolda Papua Barat : Polri - TNI tak Sedang Hadapi Musuh

BACA JUGA: Inilah 28 Tersangka Demo Anarkis di Jayapura Papua

Temu adat yang dipimpin tiga Kepala Suku Kesar Arfak, yakni Dominggus Mandacan, Keliopas Maidodga serta Nataniel Mandacan ini dilakukan untuk mempercepat proses pemulihan keamanan di daerah ini.

Selain tiga kepala suku besar, pertemuan yang menghadirkan ribuan warga Suku Arfak itu juga dihadiri para tokoh intelektual, pemuda serta perempuan dari kalangan suku tersebut, termasuk tokoh Suku Besar Arfak yang kini menjadi Bupati Manokwari, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak dan Teluk Bintuni.

BACA JUGA: 298 Demonstran di Papua Keluar dari Persembunyian, Pulang Naik Truk TNI

Wilayah adat Suku Besar Arfak meliputi Manokwari, Pegunungan Arfak, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Tambrauw hingga sebagian wilayah Teluk Wondama.

"Manokwari adalah rumah kita, pusat pemerintahan adat ada di sini," kata Dominggus Mandacan pada pertemuan itu.

BACA JUGA : Warga Suku Arfak Diperingatkan tak Ikut Aksi di Manokwari

Mandacan mengajak seluruh warga suku tersebut bersatu menjaga Manokwari. Dia tak ingin peristiwa 19 Agustus terulang kembali.

"Kita punya kantor DPR sudah dibakar, begitu pula kantor MRP, termasuk fasilitas lain serta tempat usaha masyarakat. Jangan sampai kantor gubernur lagi dibakar, awas di sana ada Kepala Suku Besar Arfak di lantai lima," kata Mandacan.

Dia pun berharap masyarakat Arfak terutama para kepala suku terbuka dan bisa mencegah kemungkinan buruk yang dapat terjadi.

Para kepala suku diminta untuk merangkul seluruh masyarakat di lingkungannya.

"Orang tua kita dulu menerima semua masyarakat yang datang dari suku apapun ke sini, bahkan mereka diberikan tanah supaya bisa bikin rumah dan bisa mencari makan. Maka sekarang kita minta mereka menghargai kita, jangan merusak rumah orang," kata Dominggus.

BACA JUGA : Diduga Ada Operasi Intelijen di Balik Kerusuhan di Manokwari dan Video UAS

Dominggus pun mengajak masyarakat Arfak tetap tenang serta tidak mengambil langkah yang dapat memperkeruh suasana.

"Kita harus saling menjaga, Suku Arfak harus bisa memberikan rasa aman supaya rumah besar ini damai, tidak ada aksi anarkis, tidak ada perusakan, tidak ada pembakaran dan penjarahan," katanya.

"Sejak Penginjil masuk ke Pulau Mansinam, tanah ini sudah diberkati, termasuk manusianya. Sekarang kita harus menjadi berkat bagi orang lain, berkat bagi Tanah Papua, berkat bagi Indonesia dan berkat bagi masyarakat dari seluruh suku yang ada," kata dia.

Dalam jumpa pers usai pertemuan tersebut Dominggus menjelaskan, melalui temu adat itu dia ingin masyarakat dari seluruh Suku Besar Arfak bersatu.

Selanjutnya, seluruh suku yang ada di daerah tersebut baik Papua maupun non-Papua akan dirangkul.

"Sekali lagi saya sampaikan, Manokwari ini rumah kita bersama. Maka semua suku harus saling menghargai dalam kerangka NKRI dan semua harus berkomitmen untuk jaga Manokwari," kata dia. (toyiban/ant/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tenang, Papua Sudah Relatif Aman


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler