Suku Bunga KPR Turun, Pembiayaan Properti Berubah

Rabu, 26 April 2017 – 22:27 WIB
Kompleks perumahan yang sedang dalam tahap pembangunan. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pola pembiayaan properti terpengaruh penurunan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR).

Pembeli yang sebelumnya mengangsur ke developer (in-house financing) kini lebih memilih menggunakan KPR.

BACA JUGA: Tol Akses Priok Dongkrak Properti

Menurut Direktur PT Ciputra Development Tbk Edy Mulyono, dalam dua tahun terakhir, sekitar 70 persen pembeli properti memilih menggunakan mekanisme in-house.

Sementara itu, sebanyak 20 persen pembeli memilih KPR dan sepuluh persen membayar secara tunai.

BACA JUGA: Apartemen BBC Usung Konsep Residensial dan Bisnis

’’Sekarang persentasenya terbalik. Sekitar 70 persen memakai KPR, 20 persen in-house, dan sepuluh persen tunai,’’ ujar Edy Mulyono, Selasa (25/4).

Tidak hanya suku bunga single digit yang menarik konsumen properti menggunakan KPR.

BACA JUGA: BTN Punya KPR Mikro, Plafon Rp 75 Juta

Tenor atau jangka waktu pinjaman perbankan yang lebih panjang membuat pembeli properti lebih leluasa mengatur keuangan.

’’Ada perbankan yang memberi suku bunga fix selama tiga tahun pertama,’’ jelasnya.

Dengan kelebihan tersebut, banyak konsumen in-house financing yang mengalihkan ke KPR.

Rata-rata konsumen tersebut sudah mengangsur ke developer selama dua tahun.

’’Fasilitas in-house yang kami berikan maksimal 36 bulan. Kalau tahun kedua beralih ke KPR, jangka waktu cicilan bisa lebih panjang,’’ tutur Marketing Manager The Taman Dayu Irawati.

Dalam beberapa bulan terakhir, sekitar sepuluh persen konsumen telah mengalihkan pinjamannya dari developer ke bank.

Animo memanfaatkan fasilitas kredit perbankan juga datang dari para pembeli baru.

Tahun ini, The Taman Dayu masih membidik segmen menengah dengan produk Cluster Keukenhof Hills dan Grand Riviera.

Sebelumnya, Taman Dayu telah menggarap segmen menengah melalui Cluster The Sagamore Hills.

Pada dua tahun lalu, permintaan properti mewah melejit sehingga porsi produk premium mencapai 70 persen.

Namun, porsi menengah saat ini menguat seiring pelemahan pasar menengah ke atas.

”Kami ingin diisi produk menengah dengan komposisi 70–80 persen,’’ ucapnya.

Secara umum, pada tiga bulan pertama tahun ini, gairah properti masih belum terlihat.

Edy memprediksi pembeli cenderung menunggu situasi politik domestik stabil sehingga risiko investasi lebih rendah.

Karena itu, Edy memprediksi pasar properti baru bergairah pada akhir tahun. (res/c20/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengembang Proaktif Cari Solusi Atasi Banjir


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
properti   KPR   Taman Dayu  

Terpopuler