jpnn.com - Bill Gates, Warren Buffet, dan Andrew Carnegie adalah orang-orang terkaya di dunia dari Amerika Serikat.
Mereka bukan hanya kaya, tetapi juga dikenal dermawan, manusia paling loman di dunia.
BACA JUGA: Tafsir Al Quran! Antara Borobudur, Nabi Sulaiman dan Ratu Penyembah Matahari
Bill Gates sudah menyumbangkan USD 30 miliar atau sekitar Rp 450 triliun untuk kepentingan sosial.
Warren Buffet menyumbangkan USD 26 miliar atau sekitar Rp 400 triliun.
BACA JUGA: Crazy Rich Priok Akui Dijodohkan dengan Airin di Pilgub DKI, Singgung Kata Pacaran
Andrew Carnegie menyumbangkan USD 10 miliar atau sekitar Rp 150 triliun.
Nama-nama itu sudah kondang di seluruh jagat sebagai sultan supercrazy rich yang sekaligus filantrop.
BACA JUGA: Pfizer-gate dan Bill Gates
Mereka orang kaya yang sudah mentok kemudian membagi-bagikan kekayaannya untuk kegiatan sosial di seluruh dunia.
Mereka membantu orang-orang miskin di berbagai penjuru dunia untuk mendapatkan pendidikan yang layak, layanan kesehatan, dan mendapatkan berbagai bantuan sosial.
Beberapa hari terakhir ini muncul satu nama filantropis yang tidak berasal dari Amerika, tetapi dari Arab Saudi.
Namanya Sulaiman Al-Rajhi. Anda yang pernah ke Arab Saudi bisa melihat Al-Rajhi Bank hampir di setiap sudut kota lengkap dengan gerai ATM. Itulah salah satu unit usaha milik Sulaiman Al-Rajhi.
Al-Rajhi bukan keturunan sultan atau punya hubungan dengan kerabat kerajaan.
Dia orang biasa, rakyat jelata yang miskin. Sekarang Al-Rajhi menjadi ‘’sultan’’ karena kekayaannya menembus USD 6 miliar atau setara dengan Rp 75 triliun.
Dengan kekayaan itu, Al-Rajhi masuk dalam daftar orang terkaya dunia versi Forbes.
Di Indonesia, publik tiap hari disodori berita mengenai crazy rich anyaran yang pamer kekayaan dengan membabi buta.
Rumah, mobil dan motor mewah, sampai pesawat pribadi dipamerkan ke publik.
Publik bertanya-tanya darimana anak-anak itu memperoleh kekayannya. Sekarang ketahuan bahwa sebagian di antara mereka memelihara pesugihan digital melalui aplikasi bodong yang menipu pengguna sampai ratusan miliar.
Para crazy superrich Amerika tidak terkenal karena flexing pamer kekayaan.
Mereka lebih dikenal karena kegiatan amalnya. Penampilan dan gaya hidup mereka sederhana.
Warren Buffet malah dikenal pelit justru kepada anak-anaknya sendiri. Buffet tidak mewariskan hartanya cuma-cuma kepada anak-anaknya.
Warren Buffett yang berusia 90 tahun akan mewariskan sebagian besar hartanya untuk kepentungan amal sosial.
Hartanya masih ada USD 100 miliar meskipun sudah banyak disumbangkan.
Buffett menegaskan kembali keyakinannya yang telah lama dipegangnya bahwa kekayaan akan lebih baik dihabiskan untuk tujuan filantropis daripada diwariskan kepada anak-anaknya.
Tentu tidak berarti Buffet menelantarkan anak-anaknya.
Mereka semua sudah aman dengan investasi di yayasan yang didirikan atas nama mereka dengan modal yayasan dari Buffet senilai USD 2 miliar.
Buffet belajar dari dinasti orang-orang sultan di seluruh dunia yang akhirnya hartanya habis untuk rebutan ahli waris.
Buffet hidup sangat sederhana. Tidak ada mobil-mobil supermewah di garasinya.
Dia masih suka naik kendaraan umum dan memilih kelas ekonomi ketika terbang.
Beda sekali gaya hidupnya dari crazy rich Indonesia yang suka naik pesawat pribadi tetapi ternyata palsu hasil pinjaman.
Hidup sederhana dan zuhud dijalani juga oleh Sulaiman Al-Rajhi. Di usianya yang sudah 93 tahun, dia memilih menyumbangkan seluruh hartanya termasuk uang tunai, saham, dan propertinya.
Semasa muda, dia hidup miskin sampai harus menjadi kuli panggul. Sekarang, ketika semua kekayaan sudah bisa dia dapatkan dengan kerja keras, dia malah ingin menyumbangkan semuanya.
Al-Rajhi lebih memilih mati sebagai orang melarat ketimbang harus meninggalkan harta bertumpuk yang menjadi rebutan ahli waris.
Dia pernah melarat dan tidak takut mati melarat. Dia tidak sempat mengenyam pendidikan lebih tinggi dari sekolah dasar karena kemiskinan, karena itu dia ingin menyumbangkan hartanya kepada orang miskin supaya bisa sekolah.
Sejak usia 9 tahun, dia sudah bekerja sebagai kuli angkut barang belanjaan para pengunjung pasar Al Khadra Riyadh. Ketika berusia 12 tahun Al-Rajhi bekerja sebagai
pengumpul kurma. Dia harus tidur tanpa tikar dan tidak punya baju lain untuk ganti.
Kemudian, dia mendapatkan pekerjaan sebagai koki di salah satu hotel di Riyadh dan menyambi menjadi penjual minyak.
Ketekunannya menabung membuatnya punya cukup modal untuk membuka toko kelontong sendiri.
Peruntungannya makin membaik. Dia kemudian bekerja di perusahaan pertukaran mata uang milik saudaranya, Saleh Al Rajhi.
Setelah cukup memahami bisnis pertukaran uang Sulaiman membuka perusahaan pertukaran mata uang miliknya sendiri pada 1970.
Ketekunan dan kerja keras membawanya berhasil membuka 30 cabang perusahaan di seluruh Arab Saudi.
Dia juga bisa mengembangkan usahanya di Mesir dan Lebanon.
Dia mendirikan bank syariah Al-Rajhi dan menjadi konglomerat terkemuka di Arab Saudi dan tercatat oleh Forbes sebagai salah satu manusia terkaya di dunia.
Al-Rajhi menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk kepentingan amal.
Dia menyumbangkan saham bank, peternakan unggas, perkebunan kurma, serta membangun universitas gratis untuk kaum duafa.
Dia menyerahkan dua hotel miliknya di Mekkah kepada Kementerian Kesehatan Saudi Arabia untuk penanganan Covid-19.
Al-Rajhi lebih dikenal sebagai orang kaya yang zuhud. Dia selalu datang ke masjid lebih awal, termasuk pada saat subuh.
Kalau muazin kebetulan terlambat, Al-Rajhi tidak segan-segan bertindak sebagai muazin pengganti.
Orang-orang superkaya ini menjadi dermawan dengan alasannya masing-masing. Sulaiman Al-Rajhi tidak ingin hartanya menjadi beban di akhirat.
Makin banyak harta yang dibawa mati akan makin berat audit akhirat yang dihadapinya.
Keyakinannya itu membuatnya rela melepas semua hartanya dan siap mati sebagai orang miskin karena yakin akan adanya akhirat.
Bill Gates, Warren Buffet, dan kawan-kawannya para philantropis Barat, tentu punya keyakinan dan alasan yang berbeda dari Al-Rajhi. Mereka bukan orang-orang yang religius, tetapi punya keyakinan humanisme yang tinggi yang membuat mereka rela membagi-bagikan kekayaannya untuk amal sosial.
Pajak kekayaan yang tinggi di Eropa dan Amerika menjadikan orang-orang kaya lebih suka mendirikan yayasan amal karena lebih aman dari kejaran pajak.
Negara-negara Eropa dan Amerika memperlakukan kekayaan yayasan sebagai ‘’tax deductable’’ yang hampir bebas pajak.
Kedermawanan dan filantropis Sulaiman Al-Rajhi didasarkan pada keyakinan akhirat, sementara kedermawanan Bill Gates dan kawan-kawan didasarkan kepada keyakinan kemanusiaan dan humanisme.
Mereka semua sama-sama bermanfaat untuk kemanusiaan meskipun motivasinya berbeda-beda.
Agama akan menjadi solusi bagi persoalan dunia ketika menjadi kekuatan transformatif yang mengubah manusia.
Sebaliknya, jika agama tidak bisa menjadi bagian dari solusi dan malah menjadi bagian dari problem maka agama akan menjadi bahan olok-olok.
Karen Armstrong menulis dalam ‘’The Lost Art of Scripture’’ (2021) bahwa pemahaman agama melalui kitab suci yang transformatif akan menjadikan agama sebagai kekuatan sosial yang membebaskan dan mencerahkan.
Menurut Armstrong, kitab-kitab suci semua agama mengajarkan kasih sayang, welas asih, dan permaafan kepada sesama manusia.
Pembacaan yang benar terhadap kitab suci akan mampu membuat seseorang bertransformasi menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat untuk kemanusiaan.
Sulaiman Al-Rajhi menjadi manusia yang transformatif karena kekuatan Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diyakininya.
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia mempunyai kekuatan transformasi yang hebat.
Pembacaan yang benar terhadap semangat kitab suci akan melahirkan manusia-manusia seperti Al-Rajhi, dan Indonesia akan mengalami transformasi yang sangat mencerahkan dan membebaskan. (*)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror