jpnn.com, PADANG - Sebanyak 12.018 ton minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dan santan kelapa asal Provinsi Sumatera Barat diekspor ke China, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Sertifikasi ekspor komoditas perkebunan unggulan asal Ranah Minang ini difasilitasi oleh Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Padang.
BACA JUGA: Sesuai Perintah Jokowi, Mentan SYL Didampingi Ridwan Kamil Lepas Ekspor Pertanian
"Kelapa dan sawit di Sumbar memiliki potensi dan juga pasar ekspor yang besar. Sesuai kewenangan, kami bertugas memberikan fasilitasi ekspornya," kata Kepala Karantina Pertanian Padang Iswan Haryanto di Padang, Sabtu (12/12).
Dia memerinci komoditas yang diekspor ke China bertepatan dengan peringatan Hari Perkebunan Nasional 2020, yaitu sebanyak 18 ton olahan kelapa berupa santan senilai Rp 304 juta, dan CPO sebanyak 12 ribu ton senilai Rp 123,45 miliar.
BACA JUGA: Aturan Baru: Lulus SNMPTN 2021, Siswa Otomatis Ditolak Sistem Pendaftaran UTBK-SBMPTN
Menurut Iswan, fasilitasi berupa serangkaian tindakan karantina pertanian guna memastikan komoditas pertanian yang akan diekspor bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK).
Setelah semua persyaratan ekspor dipenuhi, pejabat Karantina Pertanian Padang menerbitkan phytosanitary certificate (PC). "Pelayanan cepat, cermat dan akurat dalam mendukung peningkatan ekspor akan terus kami prioritaskan," kata Iswan.
BACA JUGA: Ferdinand: Istilah Anak Sekarang, Rizieq Jiper juga
Pada peringatan Hari Perkebunan Nasional ke-63 tahun ini, Kementan melalui Badan Karantina Pertanian melepas 10 ragam komoditas perkebunan lainnya seperti kopi, lada, kelapa dan turunannya secara serentak dari 22 pelabuhan laut, dan bandar udara di seluruh Indonesia.
Mentan Syahrul Yasin Limpo menyampaikan pertanian memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pendekatan SDM, mekanisasi, teknologi, dan ilmu pengetahuan mendukung program Kementerian Pertanian yaitu Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menyampaikan 70 persen ekspor pertanian disumbang oleh subsektor perkebunan.
"Ke depan, agar dapat lebih memberikan dampak dan nilai tambah hasil perkebunan ini kita olah dahulu, baru diekspor," kata dia.
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Sumbar pada Oktober 2020 mencapai USD 130,07 juta atau mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,66 persen.
"Pada September 2020 ekspor Sumbar mencapai 123,10 juta dolar AS, Oktober naik menjadi 130,07 juta dolar AS," kata Kepala BPS Sumbar Pitono.
Secara terperinci, pada Oktober 2020 golongan barang yang paling banyak diekspor adalah lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 104,03 juta, dan golongan karet serta barang dari karet USD 15,80 juta.
Negara tujuan terbesar ekspor Sumbar pada Oktober 2020 adalah Tiongkok sebesar USD 31,95 juta dan India USD 28,62 juta. Selama periode Januari-Oktober 2020, ekspor ke India memberikan peran terbesar mencapai 25,34 persen.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam