Sumbawa Perlu Pemimpin yang Cerdas untuk Mengurangi Pengangguran

Sabtu, 24 Oktober 2020 – 05:01 WIB
Para penari di ajang Festival Taliwang 2019 di Sumbawa BArat, NTB, Rabu (20/11). Foto: Kemenparekraf

jpnn.com, SUMBAWA - Pengamat Sosial Muhammad Ali menilai Kabupaten Sumbawa membutuhkan pemimpin atau kepala daerah yang cerdas dan memiliki jaringan kuat guna membangun perekonomian masyarakat sehingga dapat menekan tingkat pengangguran.

"Bagaimana mewujudkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan, sepanjang di Sumbawa masih memiliki angka pengangguran tinggi, maka selama itu hanya mimpi ingin sejahtera,” kata Ali kepada wartawan.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Prabowo ke AS terkait Pilpres 2024? Masjid-masjid Terancam, Rumah Orang Kaya DKI Bakal Digusur

Salah satu tokoh masyarakat di Sumbawa ini menambahkan, kondisi Kabupaten Sumbawa sekarang belum dapat mengakhiri persoalan pengangguran.

Tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup berimbas terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah.

BACA JUGA: Kunjungi Bea Cukai Sumbawa, Pemkab Dompu Bahas Potensi Penerimaan dari Rokok

Mantan pejabat Bappeda Kabupaten Sumbawa itu, menyatakan masyarakat di suatu daerah tidak menginginkan apa-apa, selain menuntut kesejahteraan dan hidup layak tanpa bantuan pemerintah daerah secara kontinyu.

Dalam hal ini menurut Ali, Kepala Daerah Kabupaten Sumbawa harusnya berupaya menciptakan lapangan kerja baru dan layak, agar masyarakat terlepas dari kemiskinan.

BACA JUGA: Pengumuman, Penerbangan Sumbawa-Lombok Dibuka Lagi

“Kami butuh pemimpin yang cerdas, tanggap, semangat, mempunyai link ke pusat dan mempunyai terobosan, sehingga pemerintah tidak hanya puas pada anggaran APBD saja tetapi bisa mendapatkan dana dari pusat untuk mengembangkan daerah ini,” ujar Ali.

Secara politis kepala daerah yang memiliki jaringan kuat ke pusat, diungkapkan Ali, akan sangat berpengaruh juga kepada perkembangan Sumbawa ke depan.

Ali mencontohkan soal jagung, pemerintah bangga karena telah mengirim 200 ribu ton jagung ke Filipina, namun persoalannya, produksi jagung belum dapat dipastikan cocok untuk diolah di Sumbawa.

Ali menyarankan peran desa melalui BUMDes sebenarnya bisa diandalkan, bahkan menjadi sumber pemasukan masyarakat nantinya, tetapi ini yang belum berjalan maksimal yaitu memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam sejumlah peluang di desa.

“Analisa mengenai potensi Sumbawa ini adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Pemimpin cerdas dapat menjawab tantangan menjadi peluang. Jangan sampai kita mengirim bahan baku dari Sumbawa ke daerah lain dengan harga murah tetapi nantinya akan dikirim lagi ke Sumbawa dengan produk yang bernilai tinggi, kita yang rugi,” tutur Ali.

Ali pun l mengingatkan rencana Pemerintah Provinsi NTB membangun kilang minyak dan transportasi kereta api di Pulau Sumbawa agar dapat berdampak positif bagi masyarakat untuk menyerap tenaga kerja lokal. Namun, Ali khawatir pemerintah daerah hanya mendapatkan "ampas" dari rencana kegiatan strategis daerah itu.

Harusnya rencana membuat transportasi kereta api juga harus melalui survey panjang dan secara keseluruhan, karena akan berefek buruk bagi usaha transportasi lainnya seperti bus atau angkutan umum konvensional.

Di lain pihak, Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Herry Yogaswara menerangkan, ada banyak faktor yang menyebabkan suatu daerah dilanda kemiskinan.

Misalnya, faktor budaya yang berkembang, atau persoalan kebijakan. “Semuanya berkelindan,” sebutnya.

Sepengamatan Herry, kebijakan pemerintah daerah yang untuk mengatasi berbagai permasalahan utama masih sangat langka dan tidak berkesinambungan. Misalnya penanganan stunting, yang sedikit banyak juga berkaitan dengan masalah kemiskinan.

“Misalnya, kasus stunting fokus pada stuntingnya. Padahal kan tidak. Sebab stunting itu ada kaitannya dengan gaya hidup dan gizi,” kata Herry. (cuy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler